Rumah Sakit di Guizhou Tiongkok Diekspos Menggaet Uang Haram, Mengambil Banyak Organ Pasien

oleh Yi Ru

  • Bulan lalu, wakil kepala dokter Rumah Sakit Xiangya Kedua, Liu Xiangfeng terungkap keterlibatannya dalam pengambilan organ tanpa sepengetahuan pasien, alias pencurian organ pasien yang jelas merupakan pelanggaran serius terhadap hukum.
  • Baru-baru ini, anggota keluarga dari korban malpraktek medis mengungkapkan kepada NTD bahwa Sun Fa, mantan dokter di Rumah Sakit Afiliasi Universitas Kedokteran Guizhou, dan lainnya dicurigai melakukan tindakan serupa Liu Xiangfeng yang mengakibatkan kematian tragis ibunya di meja operasi

Pada 22 Januari 2013, Xie Yourong, seorang wanita berusia 65 tahun, pergi ke klinik spesialis Rumah Sakit Afiliasi Universitas Kedokteran Guizhou untuk berkonsultasi dan pemeriksaan karena sesekali mengalami hematuria (ada darah dalam urine) ringan. Saat itu, dokter rawat jalan tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan dokter sistoskopi juga tidak melakukan biopsi. Dengan tidak adanya diagnosis pertama di klinik rawat jalan, dokter rawat mengklaim bahwa Xie Yourong memiliki tumor kandung kemih dan menghendakinya langsung masuk rumah sakit untuk perawatan.

Hari berikutnya Xie Yourong dirawat di rumah sakit, dan dokter Sun Fa dan Tang Kaifa yang menangani mengeluarkan perintah untuk melakukan pemeriksaan lengkap. Meskipun hasil pemeriksaan rutin Xie Yourong setelah masuk rumah sakit menunjukkan normal dan baik, tetapi  dokter bersikeras minta pasien menjalani sistoskopi dan pemasangan kandung kemih buatan pada 1 Februari 2013.

Putri Xie Yourong, Zhang Xiaojing mengatakan : “Tindakan medis yang seharusnya kecil ini tetapi dilakukan dokter dengan melakukan laparotomi (pembedahan pada dinding perut) selebar 15cm dengan tanpa memberitahu keluarga sebelumnya. Selama operasi berjalan, tindakan dokter bedah menyebabkan pembuluh darah aorta perut ibu terputus, sehingga terjadi pendarahan hebat, karena itu ibu tidak sadarkan diri dan meninggal pada pukul 14:30 hari itu”.

Namun, Dr. Sun Fa pun tidak segera memberitahu keluarga tentang berita tersebut.

Zhang Xiaojing mengatakan : “Sampai pukul 17:00, dokter masih terus mengeluarkan kandung kemih, dan secara ilegal mengeluarkan rahim ibu, usus buntu, dinding vagina dan organ lainnya dari tubuh ibu, dengan alasan katanya untuk keperluan hemostasis dan pemeriksaan medis. Pada pukul 18:00, dokter menipu keluarga dengan mengatakan bahwa operasi ibu berjalan lancar, baik dan ibu dalam kondisi stabil. Lalu pada pukul 20:00 ibu yang badannya sudah dingin dan tidak memiliki tanda hidup, dikirim ke ruang ICU terisolasi untuk menjalani perawatan palsu”.

Keesokan paginya, dokter baru mengizinkan keluarga untuk masuk ke dalam ruang ICU menjenguk Xie Yourong dan menyatakan bahwa Xie Yourong telah meninggal dunia secara klinis.

“Ibu meninggal dalam kondisi tubuhnya telanjang dan dingin, perutnya masih berdarah dan penuh dengan lubang bekas tindakan medis, terdapat memar besar dan benjolan berwarna ungu tua di bahu kanan ibu, hidungnya penuh darah, gigi atas dan bawahnya terkatup rapat menggigiti lidahnya yang menjulur panjang. Ini jelas bukan fenomena tindakan medis yang normal. Ibu masuk rumah sakit dalam keadaan sehat, mengapa ia meninggal secara tragis setelah 13 jam operasi ? Keluarga kami tidak bisa menerimanya. Rasanya seperti langit tiba-tiba runtuh”, tutur Zhang Xiaojing.

Setelah kematian Xie Yourong, keluarga berulang kali meminta rumah sakit untuk mengeluarkan laporan identifikasi kematian dan melakukan otopsi, tetapi perwakilan rumah sakit berulang kali menghindar, mengklaim bahwa “kecelakaan dan kematian selama operasi adalah biasa” dan menolak untuk bertanggung jawab dan menolak untuk menjawab pertanyaan keluarga.

Dokter rumah sakit Tang Kaifa juga mengancam keluarga untuk segera melunasi biaya operasi dan sebagainya, jika tidak, akta kematian tidak akan diterbitkan.

Zhang Xiaojing mengatakan : “Kami segera bertanya berapa biaya operasinya ? Sejak awal dokter tidak memberitahu kami sampai saat ini baru dokter mendesak pelunasannya. Total biaya operasi palsu yang lebih mengarah pada pembunuhan ini sebesar RMB. 63.573,- ! Sedangkan kami telah membayar lebih dari RMB. 13.000,- untuk biaya pemeriksaan sebelum dokter mengatakan perlu melakukan tindakan pembedahan”.

Di penghujung tahun 2013, pihak keluarga terpaksa menggugat ke pengadilan negeri setelah negosiasi yang alot dengan pengacara rumah sakit mengalami jalan buntu. Pihak keluarga menerima berkas rekam medis yang diserahkan oleh dokter ke pengadilan pada tahun 2014 dan 2015. Baru kemudian mereka mengetahui bahwa semua rekam medis yang dikeluarkan rumah sakit itu adalah palsu, disembunyikan datanya, atau dirusak, menciptakan pertentangan logika, banyak yang tidak tidak bertandatangan, dan lain-lain. Selain itu, sebagian besar “dokter” yang berpartisipasi dalam “diagnosis dan operasi” tidak memiliki sertifikat kualifikasi, dan semuanya tidak memiliki kualifikasi bedah yang dituntut medis, sehingga mereka tergolong praktik ilegal kedokteran.

“Hingga saat ini dalam proses menuntut pertanggung jawaban pihak rumah sakit, termasuk Departemen Kesehatan Provinsi Guizhou dan Biro Pengawasan Kesehatan dari Komisi Kesehatan dan Keluarga Berencana Nasional terus berusaha mengulur-ulur pemeriksaan, menunda, menolak untuk mengajukan kasus, tidak mau mengidentifikasi dan tidak mau menyelidiki kasus ini. Termasuk Kejaksaan  Guizhou juga menolak pengusutan. Kami 2 kali mengajukan banding via situs resmi Mahkamah Agung Rakyat untuk meminta pemeriksaan ulang, tetapi keduanya ditolak”, kata Zhang Xiaojing.

Selama ini Dr. Sun Fa masih terus mendapat promosi jabatan meskipun telah melakukan malpraktek medis dan diadukan ke pengadilan. Kini ia menjabat sebagai Direktur Komisi Kesehatan Provinsi Guizhou.

Seorang reporter NTD mencoba untuk menelepon Sun Fa tentang insiden itu, tetapi telepon tidak ada yang menjawab. Staf di ruang shift Rumah Sakit Afiliasi Universitas Kedokteran Guizhou yang sempat dihubungi mengatakan bahwa dirinya tidak tahu menahu soal tindakan malpraktek tersebut.

Zhang Xiaojing masih terus mencari keadilan bagi mendiang ibunya, dan bekerja keras untuk mengungkap bukti faktual lewat Internet. Namun, 7 atau 8 akun di Weibo miliknya, 3 akun WeChat, dan lusinan akun situs web lainnya telah diblokir oleh pihak berwenang, bahkan catatan obrolan pesan pribadinya juga dipantau 24 jam sehari. Baru-baru ini, ponselnya pun mengalami penyerangan serius, sehingga tidak dapat dihidupkan maupun dioperasikan. (sin)