Korut Luncurkan 6 Rudal dalam 12 Hari, AS Kecam Suaka Beijing dan Moskow di PBB

Shimizu Toshiko dan Li Mei

Baru-baru ini Korea Utara sering menggelar uji coba rudal, menyusul peluncuran rudal balistik jarak menengah pada Selasa 4 Oktober yang terbang di atas wilayah udara Jepang. Kemudian berbalik ke arah Jepang pada Kamis 6 Oktober dengan meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek. Para pemimpin Jepang dan Korea Selatan menggelar pembicaraan telepon pada Kamis 6 Oktober untuk mengkoordinasikan tanggapan terhadap meningkatnya provokasi Korea Utara. AS menuduh Beijing dan Moskow memberikan suaka ke Korea Utara.

Koresponden NTD Jepang Toshiko Shimizu melaporkan bahwa Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik jarak pendek pada 6 Oktober. Peluncuran korut dipandang sebagai penolakan tajamnya terhadap penempatan kembali kelompok penyerang kapal induk USS Ronald Reagan di Laut Jepang.  Amerika Serikat ‘ meminta digelarnya pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB. Sebagai respon, militer Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan, termasuk USS Ronald Reagan, melakukan latihan pertahanan rudal di Laut Jepang pada 6 oktober.

Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Jepang dari dekat Samseok di ibu kota, Pyongyang, pada Kamis 6 Oktober sekitar pukul 6 pagi.

Menteri Pertahanan Jepang Yasuichi Hamada i memprotes keras dan mengutuk Korea Utara melalui kedutaannya di Beijing.

Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, rudal pertama terbang sekitar 350 kilometer. Yang kedua terbang sekitar 800 kilometer, mungkin mengubah orbit. Kedua rudal tersebut diduga mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Itu adalah uji peluncuran keenam pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dalam 12 hari dan peluncuran rudal ke-24 tahun ini, sebuah rekor tertinggi.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida: “Ini adalah peluncuran keenam dalam waktu singkat sejak akhir September dan tidak boleh ditoleransi.”

Fumio Kishida melakukan percakapan telepon dengan Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol selama sekitar setengah jam sore itu. Para pemimpin kedua negara mengutuk keras peluncuran rudal balistik Korea Utara. Kedua pihak mencapai kesepakatan untuk secara serius menanggapi meningkatnya provokasi Korea Utara dan berjanji untuk sepenuhnya mempertimbangkan kehidupan dan keselamatan rakyat.

Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol berkata: “Pemerintah kami akan sepenuhnya mempertimbangkan kehidupan dan keselamatan rakyat, berdasarkan aliansi kuat AS-Korea Selatan dan kerja sama keamanan AS-Jepang-Korea Selatan.”

Yoon Seok-yeol juga menjelaskan pergerakan kapal induk USS Ronald Reagan.

Setelah menyelesaikan latihan bersama Korea Selatan-AS, USS Reagan pergi ke pos berikutnya, memasuki perairan dekat Korea Selatan Rabu malam  dan kembali ke Laut Jepang.

Analisis menunjukkan bahwa peluncuran rudal Korea Utara pada  6 Oktober, mungkin merupakan tindakan balasan, tetapi tidak mengesampingkan faktor Beijing di baliknya.

Linda Greenfield, duta besar AS untuk PBB berkata: “Korea Utara memiliki perlindungan penuh dari dua anggota Dewan Keamanan.”

Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat pada Rabu. Greenfield, duta besar AS untuk PBB, mengkritik Tiongkok dan Rusia karena melindungi Korea Utara. Dia mengatakan bahwa sejak awal tahun ini, sebanyak 13 dari 15 anggota Dewan Keamanan mengutuk tindakan ilegal Korea Utara dan mendukung sanksi terhadap Korea Utara, kecuali Tiongkok dan Rusia.

Linda Greenfield mengatakan jelas bahwa Tiongkok dan Rusia memberi penghargaan kepada Korea Utara atas perilaku buruknya dan mencegah Dewan Keamanan menganggapnya serius.”

Dunia luar khawatir bahwa Korea Utara tidak perlu takut dan mempercepat laju ekspansi nuklir. Korea Utara dapat melakukan uji coba nuklir pertamanya dalam lima tahun, yang ketujuh, dalam beberapa minggu mendatang, kata pejabat AS dan Korea Selatan. Secara terpisah, militer Korea Selatan mengatakan Korea Utara akan segera melakukan uji coba rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam. (hui)