Responden Jajak Pendapat Terbaru Mengenai Pemilihan Paruh Waktu AS Peduli Terhadap 3 Isu Terpenting

 oleh Linda Jiang 

Kurang dari sebulan sebelum pemilu paruh waktu 2022 di Amerika Serikat, indikator polling yang selalu berubah menyoroti suasana tegang pemilu.

Dalam survei terbaru yang dirilis pada 14 Oktober, Pusat Studi Politik Amerika/Harris Poll Harvard menunjukkan bahwa isu inflasi, kejahatan, dan imigran adalah masalah yang paling dikhawatirkan oleh para pemilih. Dan kebijakan bipartisan dalam menangani masalah ini juga akan mempengaruhi suara akhir pemilih.

Pada ketiga isu teratas, pemilih lebih cenderung memilih Partai Republik daripada Demokrat, survei menemukan.

Isu inflasi

Inflasi di Amerika Serikat saat ini berada pada titik tertinggi dalam 40 tahun terakhir, sehingga mempengaruhi sandang, pangan, papan dan transportasi setiap warga setiap hari.

Menurut data terbaru yang dirilis Kementerian Tenaga Kerja AS, indeks harga konsumen (CPI) bulan September tahun ini naik 0,4% dan naik 8,2% yoy. Di antaranya indeks yang mewakili bahan pangan rumah tangga telah meningkat 13% selama tahun lalu, melampaui tingkat inflasi tahunan untuk semua barang konsumsi.

Di sisi lain, untuk menekan laju inflasi yang tidak terkendali, Federal Reserve terus menaikkan suku bunga, sehingga suku bunga tetap untuk pinjaman selama 30 tahun naik sampai mendekati 7%.

Jajak pendapat Pusat Studi Politik Amerika/Harris Poll Harvard pada 12 dan 13 Oktober menemukan bahwa 74% pemilih yang disurvei menganggap isu inflasi “sangat penting”, 22% pemilih menganggap itu “agak penting”, dan hanya 4% pemilih yang menganggap “tidak penting”.

Jadi, isu inflasi yang bersifat destruktif terhadap politik ini, 48% pemilih cenderung akan memberikan suaranya buat mendukung Partai Republik dan 36% lebih mungkin memilih Partai Demokrat.

Jajak pendapat juga menemukan bahwa 84% warga Amerika percaya bahwa AS sekarang atau akan berada dalam resesi, dan mayoritas warga AS mengatakan bahwa situasi keuangan mereka sedang memburuk.

Isu kejahatan

Selama epidemi tahun 2020, dimana gerakan “Black Lives Matter” sedang meningkat di seluruh Amerika Serikat. Kaum radikal dan liberal meneriakkan slogan “Defund the Police”. Kota-kota besar termasuk Los Angeles, New York, dan Seattle mulai memotong pendanaan buat operasi kepolisian dan membatasi fungsi kepolisian.

Laporan selanjutnya menunjukkan kejahatan di banyak kota telah meningkat. Insiden seperti pembunuhan, perampokan, pencurian mobil, dan kekerasan sering terjadi.

Di Los Angeles, sejak awal tahun ini hingga 8 Oktober tercatat ada 24.450 insiden kejahatan kekerasan dan 75.975 insiden kejahatan kekayaan yang terjadi. Lonjakan mencapai lebih dari 10% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020.

Data yang dirilis New York Police Departement pada bulan September menunjukkan bahwa kasus-kasus kejahatan seperti pemerkosaan, perampokan, pencurian besar dan pencurian kendaraan secara keseluruhan meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Banyak kebijakan pemerintah Negara Bagian California seperti upaya membebaskan penjahat lebih awal dari hukumannya, tidak menghukum penjahat, dan menjatuhkan hukuman yang ringan kepada penjahat, merupakan juga salah satu alasan penting bagi warga untuk memilih mengikut arus “gelombang warga hengkang” dari California yang semakin membesar.

Jajak pendapat menemukan bahwa 68% pemilih mengatakan bahwa isu kejahatan adalah “sangat penting”, sementara 26% mengatakan itu “agak penting”. Karena meningkatnya kejahatan, 47% pemilih lebih cenderung memilih Partai Republik dan hanya 25% pemilih yang memilih Partai Demokrat.

移民

Isu imigran

Penanganan imigran oleh pemerintahan Biden banyak menimbulkan kontroversi. Jajak pendapat Pusat Studi Politik Amerika/Harris Poll Harvard pada 12 dan 13 Oktober menemukan bahwa 59% pemilih menyebut isu imigran “sangat penting”, sementara 31% lainnya menganggap itu “agak penting”.

Pada September tahun ini, Aliansi untuk Reformasi Imigrasi Amerika (FAIR) dalam analisis biaya tentang penanganan kaum imigran baru-baru ini menemukan bahwa selama pemerintahan Biden, tercatat sekitar 2,3 juta orang imigran ilegal berhasil memasuki komunitas Amerika Serikat. Itu berarti warga AS pembayar pajak menerima beban tambahan sebesar USD. 20,4 miliar per tahun untuk membantu para imigran ilegal ini.

Dalam isu imigran ini, jajak pendapat menunjukkan bahwa 46% pemilih lebih cenderung memilih Partai Republik, hanya 35% pemilih yang memilih Demokrat.

Survei terbaru oleh Pusat Studi Politik Amerika / Harris Poll didasarkan pada sampel dari 2.010 pemilih terdaftar.  (sin)