Chip Ilegal Merajalela di Pasar Tiongkok, Konsumen Dirugikan Akibatkan Tingkat Gangguan Tinggi dan Keamanannya Diragukan

oleh Huang Yimei

Sanksi chip AS terbaru telah menyebabkan pasar chip di Tiongkok kehabisan persediaan dan menimbulkan kepanikan bagi industri otomotif Tiongkok. Akibatnya transaksi chip ilegal merajalela, pasar dibanjiri dengan chip bekas atau chip lama. Tentunya produk yang menggunakan chip-chip semacam itu menimbulkan masalah keamanan yang serius.

Setelah Amerika Serikat memberlakukan langkah-langkah kontrol ekspor semikonduktor yang lebih menyeluruh terhadap Tiongkok, pasar Tiongkok semakin kekurangan chip. Menurut Bloomberg, akibat situasi itu perdagangan chip bawah tanah atau ilegal merajalela. Banyak perusahaan pembuat mobil Tiongkok terpaksa membeli chip lama atau bekas dari dealer ilegal. Tidak heran chip di bawah standar telah memasuki rantai pasokan mobil, sehingga membahayakan konsumen akibat kualitas dan keamanan mobilnya meragukan.

Sumber menunjukkan bahwa 3 perusahaan otomotif listrik Tiongkok yang terdaftar di Amerika Serikat, NIO, Li Auto dan Xpeng Motors semuanya mencoba untuk mendapatkan chip melalui perantara tanpa izin resmi. Bahkan, kecuali BYD, yang memiliki chip sendiri, hampir semua produsen mobil Tiongkok menggunakan chip yang dibeli dari pasar ilegal.

Pakar keuangan Taiwan Edward Huang mengatakan : “(Akibat program Swasembada Chip yang didukung pemerintah Tiongkok) banyak perusahaan chip lokal bermunculan di Tiongkok, tetapi hasil produksi mereka tidak disertifikasikan, karena waktu yang dibutuhkan untuk sertifikasi adalah antara 3 hingga 5 tahun, masalah yang dihadapi produsen adalah pabrik sudah jadi, investasi sudah berjalan, pinjaman sudah terpakai tetapi pemasukan tidak ada. Lalu bagaimana ? Akhirnya mereka menetapkan untuk terus memproduksi chip yang tanpa sertifikasi, karena masih ada pasar bawah tanah atau penampung ilegal yang membutuhkan”.

Banyak broker mengatakan bahwa chip yang diproduksi tanpa sertifikasi telah banyak masuk ke rantai pasokan, buat mobil akan lebih membahayakan keselamatan. Coba bayangkan, jika modul rem Anti-lock Braking System (ABS) kendaraan dibuat dengan chip bekas atau yang tidak memenuhi syarat, bagaimana jika terjadi rem blong ?

Edward Huang berpikir hal yang harus lebih berhati-hati adalah soal chip tanpa sertifikasi atau chip yang dihasilkan oleh pabrik yang tidak jelas, jika chip itu dipakai di pasar otomotif, itu sangat berbahaya. Lalu jika chip tidak sampai dipakai oleh pasar otomotif, itu juga menjadi sorotan masalah perkembangan industri chip yang sedang dihadapi Tiongkok yaitu membanjirnya produk cacat”.

Cui Dongshu, sekretaris jenderal Asosiasi Informasi Pasar Mobil Penumpang Tiongkok mengatakan, bahwa sanksi AS telah memicu babak baru kekacauan chip baik di pasokan, distribusi maupun harganya, apakah itu chip kelas bawah atau kelas atas. Karena itu chip berpotensi ditransaksikan di daerah abu-abu atau pasar gelap.

Tidak cuma produsen otomotif Tiongkok yang menghadapi masalah pasokan chip, bahkan sampai Rusia pun marah-marah karena tingkat cacat dari chip produksi Tiongkok yang digunakan dalam industri militer juga cukup tinggi.

“Media Rusia mengungkapkan bahwa mereka membeli chip produksi Tiongkok untuk digunakan dalam industri militer mereka. Tetapi tingkat afkirannya cukup tinggi, bisa mencapai sekitar 40%. Itulah yang dilaporkan media Rusia. Mari kita asumsikan bahwa jika chip buatan Tiongkok itu digunakan dalam produk yang diekspor, bagaimana jadinya ? Juga mencelakakan Anda andaikata perusahaan Anda yang menggunakan chip itu”, kata Edward Huang.

Media Rusia “Kommersant” pada 17 Oktober melaporkan bahwa sebelum perang antara Rusia dengan Ukraina, tingkat kegagalan chip yang diimpor dari Tiongkok adalah sekitar 2%, tetapi sejak perang, tingkat kegagalan telah mencapai 40%, dan hampir setengah dari chip itu benar-benar tidak dapat digunakan.

Para cendekiawan berpendapat bahwa tidak hanya Rusia, tetapi militer Tiongkok pun menghadapi masalah yang sama di kemudian hari.

Su Tzu-yun, direktur Institut Strategi dan Industri Militer Institut Penelitian Keamanan Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan : “Secara bertahap peralatan militer di era baru ini akan mengalami stagnan bahkan mundur karena tidak ada komponen elektronik utama sebagai penggantinya. Peralatan militer yang sudah ada juga akan sulit untuk mendapatkan chip di masa depan. Di sektor sipil dan ekonomi, tentu saja, dampaknya pada penerapan kecerdasan buatan AI akan sangat besar, termasuk sistem pengawasan sosial, karena ia menggunakan apa yang disebut pengenalan gambar, dan lainnya, pokoknya secara bertahap akan menyusut di masa depan”.

Pemerintah AS telah memasukkan raksasa telekomunikasi Tiongkok Huawei ke daftar hitam dengan alasan keamanan nasional, tetapi Bloomberg melaporkan bahwa startup misterius yang berbasis di Shenzhen, Pengxin Microelectronics sedang membantu Huawei untuk melewati sanksi AS, karena ia berhasil mendapatkan akses ke chip kelas atas dan bahkan teknologi inti AS. Kejadian ini menarik perhatian pemerintah Amerika Serikat.

Su Tzu-yun mengatakan : “Ketika Amerika Serikat belum sepenuhnya memberlakukan pembatasan teknologi dan chip buat Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok menggunakan produsen swasta Tiongkok untuk memesan chip dari perusahaan TSMC. Chip yang mereka rancang diproduksi oleh TSMC. Paling tidak chip yang dipakai di persenjataan militer Tiongkok berkinerja lebih aman dan stabil. Meskipun itu juga merupakan jenis lain dari pasar gelap, karena pelanggannya yang palsu. Namun setelah semua saluran ini terputus di masa mendatang, maka bisa jadi ini adalah kebijakan Nol Kasus chip yang diterapkan AS bagi Tiongkok”.

Kementerian Perdagangan AS baru-baru ini mengumumkan sejumlah perluasan larangan bagi industri semikonduktor Tiongkok, menyebabkan hampir semua industri semikonduktor Tiongkok mengalami “kelumpuhan”. (sin)