Pakar Intelijen : Sangat Penting Membedakan antara Tiongkok dengan PKT

Laporan Zhang Ting – Epoch Times

Seorang perwira pelatihan AU (Angkatan Udara) sekaligus pakar intelijen AS (Amerika Serikat) bernama Jimmy Chien merilis artikel berjudul “Is Our Competitor ‘China’ or the Chinese Communist Party?” di situs pertahanan dan keamanan internasional “Defense One”. 

Betapa pentingnya dapat membedakan antara “Tiongkok” dengan “PKT (Partai Komunis Tiongkok)” secara tepat seperti diulas dalam artikel tersebut. 

Chien pernah menjalankan misi intelijen, pengawasan dan juga pengintaian mulai dari Timur Tengah, Afrika, juga kawasan Indo-Pasifik, serta pernah hidup di Taiwan maupun Beijing.

Ia menulis :  “Acap kali, kita telah mencampur-adukkan antara ‘Tiongkok’ dengan ‘Partai Komunis Tiongkok’, sehingga mengorbankan sasaran strategis kita sendiri untuk memperkuat rezim otoriter.” 

“Kata ‘Tiongkok’ ini adalah istilah yang telah dipakai sejak zaman Tiongkok kuno. Sedangkan pada tahun 1949, wilayah kedaulatan ‘Tiongkok’ turun temurun itu kemudian menjadi wilayah yurisdiksi di bawah Republik Rakyat Tiongkok (RRT, atau People’s Republic of China atau PRC, red.) yang dikuasai oleh Partai Komunis Tiongkok (partai tunggal PKT, atau dalam bahasa Inggris: Chinese Communist Party atau CCP, red.). 

Berdasarkan pemahaman warga Tiongkok, RRT adalah kekuatan politik yang menguasai wilayah peradaban Tiongkok ini. Banyak orang Tionghoa yang kemudian menyebut RRT ini sebagai ‘PKT/CCP’ dan bukan ‘Tiongkok/China’, yang ditekankan disini adalah ‘Komunis’, karena singkatan ini menandakan bahwa itu adalah partai komunis.” Tandas Chien.

PKT Terus Berupaya Menghapus Perbedaan Antara Negara Dengan Partai

Chien menegaskan, “PKT selama ini terus berupaya keras menghapus perbedaan antara negara dengan partai politik. pemimpin negara saat ini Xi Jinping, bahkan dibandingkan dengan para pendahulunya Xi lebih gigih berusaha membuat rakyat Tiongkok agar tidak memandang diri mereka sendiri sebagai anggota/bagian dari peradaban Tiongkok kuno, melainkan sebagai roda gigi mesin partai komunis. Persis seperti yang dijelaskan oleh wartawan BBC di Shanghai: ‘Strategi partai komunis adalah berusaha mencampur-adukkan antara partainya dengan mesin pemerintahan beserta konsep negara Tiongkok’.” 

Ia juga mengatakan, menggunakan kosa kata yang tepat untuk membedakan antara rezim PKT dengan rakyat Tiongkok berikut peradaban kunonya, adalah salah satu cara untuk memperlambat langkah Xi Jinping mengarah ke sasaran yang diinginkannya.

 Chien menguraikan, “Di antara 1,4 milyar jiwa rakyat Tiongkok, hanya 95 juta atau sekitar 6,7% di antaranya merupakan anggota Partai Komunis Tiongkok. Rakyat Tiongkok memiliki sejarah yang panjang dalam berpikir dan bertindak secara independen, dan ini saling bertolak belakang dengan sentralisasi pusat.”

Propaganda PKT bahkan telah membingungkan masyarakat Barat. Chien menyatakan, dalam berbagai komentar dalam Bahasa Inggris mereka semua menggunakan kata “Tiongkok” (China) untuk menyebut RRT (PRC). 

Berita yang positif telah menimbulkan kebanggaan bagi rakyat Tiongkok, sementara PKT malah mengklaim semua prestasi adalah berkat kehebatan PKT; sedangkan berita negatif justru menimbulkan rasa agresif dari masyarakat terhadap seluruh peradaban Tiongkok. Inilah hasil dari propaganda PKT.

Chien juga mengatakan, dengan memahami perbedaan makna dari sebutan RRT, Partai Komunis Tiongkok, negara Tiongkok, dan rakyat Tiongkok serta menggunakannya secara tepat, maka AS dapat membantu rakyat Tiongkok melindungi kebudayaan aslinya dan status sejarahnya, agar tidak ikut terjerumus ke dalam realita yang diciptakan oleh PKT.

 Ia selain itu mengatakan, dengan memisahkan kosa kata ini, tidak hanya akan membuat strategi PKT menjadi rumit, juga membuat kelemahan pada teori “Benturan Peradaban” (Clash of Civilization) karya Samuel Huntington menjadi semakin terlihat jelas, Huntington menilai perbedaan kebudayaan mengakibatkan konflik tidak dapat dihindari. Chien berkata, rakyat Tiongkok berikut semua orang yang berdarah Tionghoa adalah berbeda dengan Partai Komunis Tiongkok dan RRT. Dengan secara keliru mencampur-adukkan istilah-istilah tersebut, “maka telah membentuk dan memperkuat bias bahwa semua warga Tiongkok dan etnis Tionghoa ada kaitannya dengan PKT dan RRT”.

 Ia juga menekankan membedakan secara benar antara rakyat Tiongkok dengan PKT juga memiliki makna penting dalam hal melindungi etnis Tionghoa di luar negeri. Ia berkata, “Kerusakan yang ditimbulkan akibat kita mencampur-adukkan kosa kata ini telah merembet ke negara kita sendiri dan rakyat kita sendiri. 

Kekerasan yang timbul terhadap etnis Tionghoa di Amerika dan etnis Asia pada umumnya di Amerika — telah eksis cukup lama di tengah masyarakat AS — dan sekarang tengah meningkat kembali, karena banyak orang secara keliru telah menyalahkan orang AS etnis Asia di Amerika sebagai penyebab merebaknya pandemi COVID-19.”

 COVID-19 pertama kali meledak di Wuhan, Tiongkok, tapi karena di tahap awal PKT menutupi situasi dan kondisi pandemi terhadap dunia luar, sehingga mengakibatkan virus tersebut menyebar ke seluruh dunia pada awal 2020, serta menewaskan banyak orang di seluruh dunia. 

Menlu AS Anthony Blinken pada April 2021 lalu mengecam bahwa pemerintah RRT tidak melakukan hal yang seharusnya dilakukannya di awal merebaknya COVID-19, tidak memberitahu pakar kesehatan dunia terkait virus tersebut, tidak membiarkan pakar masuk ke Tiongkok untuk melakukan investigasi, dan tidak segera berbagi informasi terkait, sehingga menyebabkan virus menyebar tak terkendali.

 Pompeo: Kebohongan Terbesar PKT Adalah Menyebut Dirinya Mewakili Tiongkok

Mantan Menlu AS Pompeo belum lama ini merilis serangkaian rekaman video dirinya berdialog langsung dengan rakyat Tiongkok. Pada 13 September lalu, ia merilis sebuah video, yang berjudul “Partai Komunis Tiongkok Tidak Mewakili Rakyat Tiongkok” (The Chinese Communist Party Does Not Represent the Chinese People, red.)

Dalam rekaman video tersebut Pompeo berkata, “Kebohongan terbesar yang disebarkan oleh PKT adalah ia menyebut dirinya sebagai representatif yang mewakili Tiongkok, dan mewakili peradaban Tiongkok, serta menurut saya PKT tahu betul bahwa ini adalah suatu kebohongan. Jika Beijing merasa benar-benar telah mewakili rakyat Tiongkok, maka ia tidak akan menghabiskan anggaran pertahanan yang begitu besar, untuk menindas dan mengawasi rakyat Tiongkok.

 “Jika PKT benar-benar mewakili rakyat Tiongkok, maka seharusnya PKT besok akan menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil, namun PKT tidak akan melakukannya, karena apa yang disebutnya Republik Rakyat itu, sesungguhnya adalah memusuhi rakyatnya sendiri.” (sud)