Beijing Kendalikan Narasi Media di 16 Negara—AS Salah Satunya

John Mac Ghlionn

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Partai Komunis Tiongkok (PKT) mengoperasikan kerajaan media yang dikontrol secara ketat dan dikoreografi dengan hati-hati. Operasi ekspansif ini menyentuh hampir setiap sudut dunia, mempengaruhi narasi dan membentuk pikiran massa.

Bahkan, beberapa tahun terakhir, PKT telah mengintensifkan dorongannya melakukan kontrol secara total atas narasi global. Beberapa negara secara khusus menerima tuntutan PKT. 

Sebuah laporan baru-baru ini, yang diterbitkan oleh orang-orang baik di Freedom House, mengidentifikasi sejumlah negara di mana mendalamnya campur tangan Tiongkok. Yang mengkhawatirkan, Amerika Serikat adalah salah satunya.

Menurut laporan, yang berjudul “Beijing’s Global Media Influence: Authoritarian Expansion and the Power of Democratic Resilience,” upaya infiltrasi media PKT dianggap “tinggi” atau “sangat tinggi” di 16 dari 30 negara yang dianalisis. 

Tak mengherankan jika Taiwan, Amerika Serikat, saingan terbesar Tiongkok, dan Inggris, negara yang memiliki hubungan dekat dengan Tiongkok, mengalami upaya infiltrasi yang paling kuat. Negara-negara lain yang juga mengalami tingkat campur tangan Tiongkok yang intens termasuk Argentina, Italia, Kenya, Filipina, dan Spanyol. Operasi pengaruh yang jelas terlihat ini bersifat global.

Sesuai laporan, Nigeria adalah negara yang rentan terhadap pengaruh media PKT karena kegemarannya pada otoritarianisme dan kurangnya kebebasan pers. Pemerintah Nigeria memandang “rezim Tiongkok sebagai model penindasannya terhadap kebebasan berekspresi lokal.” Selain itu, pemerintah Nigeria, dan mungkin masih, “menggunakan teknologi yang dioperasikan oleh perusahaan yang berbasis di Tiongkok demi tujuan ini.” 

Apalagi, pejabat Nigeria terbantu dalam upaya mereka untuk meniru Beijing karena opini publik “sangat positif terhadap Tiongkok sebagai model ekonomi.” Faktanya, model ekonomi Tiongkok adalah sesuatu yang menurut banyak orang Nigeria harus ditiru oleh negara mereka, menurut laporan itu.

Di Inggris, campur tangan Tiongkok diberi label “sangat tinggi.” Seperti yang dicatat dalam laporan itu, konten berbayar dari Huawei, raksasa telekomunikasi Tiongkok yang memiliki hubungan dekat dengan PKT, secara rutin muncul di The Economist. The Financial Times, tabloid Inggris lainnya yang memiliki reputasi besar, memuat “China Watch.” 

Menariknya, Daily Mail and General Trust (DMGT)—perusahaan media multinasional yang menerbitkan Daily Mail, Mail on Sunday, Metro, MailOnline, dan New Scientist—adalah anggota lama dari Belt and Road News Network (BRNN). Berkantor pusat di Beijing dan dipelopori oleh People’s Daily, corong utama PKT, BRNN didirikan untuk menyebarkan konten yang menguntungkan tentang Tiongkok dan Belt and Road Initiative (BRI) Tiongkok. Seperti yang disoroti oleh laporan Freedom House, People’s Daily kebetulan memiliki kantor di Inggris. Corong lain yang terkait dengan PKT, termasuk China Daily, China Global Television Network, dan Xinhua, juga memiliki kantor di seluruh Inggris.

Demikian pula, di Amerika Serikat, pengaruh Tiongkok di ruang media diidentifikasi sebagai “sangat tinggi.” Selama bertahun-tahun, Tiongkok telah mempengaruhi berbagai platform media sosial dan mencuri rahasia intelijen AS. Mengapa PKT tak berusaha mempengaruhi operasi media?

Selama bertahun-tahun, metode yang digunakan oleh aktor yang didukung PKT telah berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Beijing telah memompa banyak uang dalam kampanye disinformasi yang canggih dan perekrutan berbagai influencer media sosial. Termasuk juga mengatur serangan siber di outlet berita utama.

Penindasan dunia maya terhadap jurnalis juga “terjadi dengan frekuensi yang lebih besar,” menurut laporan itu, ketika media pemerintah yang didukung PKT “berjuang untuk mendapatkan audiensi arus utama di Amerika Serikat dan opini publik terhadap Beijing menjadi lebih negatif.”

Penulis laporan mengidentifikasi beberapa outlet berita regional dan nasional terkemuka yang telah menyisipkan iklan berbayar dari kantor berita yang terkait langsung dengan PKT. Pelanggar termasuk Los Angeles Times, USA Today, CNN, dan, agak mengejutkan,  Foreign Policy.  The New York Times dan The Washington Post, dua publikasi besar, telah memasukkan sisipan berbayar dari Tiongkok di masa lalu.

Laporan itu juga membahas bagaimana Huawei dikenal “mensubsidi perjalanan wartawan ke Tiongkok,” meskipun para senator AS telah berbicara panjang lebar tentang bahaya yang ditimbulkan oleh teknologi multinasional.

Terakhir, laporan tersebut menguraikan bahaya yang ditimbulkan oleh perusahaan media sosial yang berbasis di Tiongkok seperti WeChat Tencent dan TikTok ByteDance, dua aplikasi yang didukung PKT dengan puluhan juta pengguna Amerika. Hampir 25 persen populasi AS sekarang menggunakan TikTok, yang berfungsi sebagai alat pengawasan dan mesin disinformasi untuk Beijing.

Dari Lagos hingga Los Angeles, “Beijing menggandakan kampanyenya untuk mengontrol bagaimana hal itu digambarkan di dunia dan  membengkokkan media asing sesuai keinginannya,” kata Michael J. Abramowitz, presiden Freedom House. 

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh laporan itu dengan jelas, sejumlah negara, termasuk Kolombia dan Israel, telah menolak campur tangan Tiongkok, dengan keras kepala menolak untuk tunduk pada tuntutan PKT. 

Agak membingungkan, Amerika Serikat, yang konon negara paling kuat di dunia, bukan salah satunya. Amerika Serikat, tampaknya, gagal mencegah PKT membentuk narasi yang dikonsumsi oleh begitu banyak orang-orang Amerika. (asr)