Ribuan Karyawan Foxconn Meninggalkan Taman Industri untuk Pulang Kampung dengan Berjalan Kaki Puluhan Kilometer

NTD

Karyawan dan karyawati Foxconn meninggalkan taman industri Foxconn di Kota Zhengzhou, Tiongkok dengan berjalan kaki untuk pulang kampung sejauh puluhan kilometer.

Pabrik pengecoran iPhone terbesar di dunia, Foxconn di kota Zhengzhou baru-baru ini mengalami “serbuan” COVID-19 sehingga banyak karyawannya dikonfirmasi positif tertular. Pabrik terisolasi dari dunia luar, mengakibatkan infeksi cluster yang semakin serius. Beberapa hari yang lalu, karyawan memilih “melarikan diri” untuk pulang kampung meskipun terpaksa harus menempuh jalan kaki sejauh puluhan kilometer.

Rekaman video yang diposting di medsos menunjukkan sejumlah besar anak muda yang menyeret koper dan membawa tas besar, melangkah di sepanjang jalan raya, bahkan jalan tak beraspal antar pedesaan.

Ada juga penduduk yang baik hati meletakkan air mineral, roti dan makan kecil di pinggir jalan dengan meletakkan di sana lembaran kertas tebal dengan pesan : “Para karyawan Foxconn yang sedang pulang kampung, silakan menikmati pasokan ini secara gratis”.

Seorang netizen memposting tulisan yang berbunyi : “Di kedua sisi jalan Raya Huaxia Avenue setidaknya ada 2.000  orang anak-anak muda yang sedang pulang kampung dengan berjalan kaki. Sangat sedih melihatnya”.

Ada juga orang yang mengungkapkan bahwa para karyawan dan karyawati Foxconn itu memilih pulang dengan berjalan kaki sejauh 30, 50 kilometer. Katanya ada seorang karyawan yang rumahnya di Jiaozuo terpaksa berjalan kaki tambahan sejauh 50 Km untuk menghindari petugas pos yang melakukan pemeriksaan dan membujuknya untuk kembali. Sehari semalam itu ia menempuh perjalanan total 165 Km untuk tiba di rumah.

Pada 30 Oktober, Su Dongxia, seorang wanita yang duduk sebagai Sekretaris Komite Partai Komunis di perusahaan Foxconn di Kota Zhengzhou mengeluarkan pemberitahuan yang isinya mengakui bahwa Taman Industri Foxconn yang memiliki 20.000 lebih orang karyawan tidak mampu secara sendirian mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh epidemi. Akibat bantuan dari pihak eksternal sangat minim, maka manajemen terpaksa mengizinkan para karyawan untuk kembali ke kampung halamanan masing-masing.

Su Dongxia bahkan dalam pengumumannya menuliskan kalimat sindiran berupa : Seberapa besar dana dan waktu yang dihabiskan oleh otoritas di tempat tinggal kalian dalam upaya mengatasi penyebaran epidemi ? Selain secara simbolis memberikan sekantong sayuran untuk menyenangkan. Apa lagi yang kalian terima ? Apakah otoritas yang berwenang memberi makan 3 kali sehari ? 

Dia mengatakan bahwa memang perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk mengendalikan opini publik, bisa jadi beberapa informasi negatif merupakan bagian dari fakta. “Tetapi tolong kalian percaya bahwa perusahaan ini jelas lebih bersih daripada masyarakat ini”. (sin)