Beijing Mengeksploitasi Kepentingan Ekonomi demi Pemisahan Eropa dengan Amerika Serikat

 oleh Lin Cenxin dan Luo Ya

Kanselir Jerman Olaf Scholz menjadi salah satu dari tujuh pemimpin yang pertama mengunjungi Beijing sejak penyebaran epidemi COVID-19. Bagaimana dunia menilai pencapaian dan untung ruginya atas kunjungan Scholz ke Beijing saat ini ? Para analis memberikan penjelasan seperti berikut.

Pada Jumat (4/11) Olaf Scholz mengakhiri kunjungan cepatnya ke Tiongkok. Media Tiongkok melaporkan bahwa ketika Scholz tiba di Beijing, Airbus Perancis baru saja menyelesaikan penandatanganan kontrak pembelian sebanyak 140 unit pesawat baru dengan  nilai total mencapai USD. 170. juta.

Rombongan perwakilan bisnis Jerman yang ikut Scholz datang ke Beijing  antara lain adalah Bos Volkswagen, Siemens, Deutsche Bank, BMW, Adidas, dan Bayern.

Sedangkan beberapa hari yang lalu, Scholz, meskipun ditentang oleh kabinet dan koalisi yang berkuasa, tetap memberi persetujuan terhadap investasi pemerintah Tiongkok lewat perusahaan COSCO Group untuk mengakuisisi 24,9% saham terminal di Pelabuhan Hamburg.

Analisis : Beijing mengeksploitasi kepentingan ekonomi demi pemisahan Eropa dengan Amerika Serikat

Tang Jingyuan, seorang komentator politik yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan kepada The Epoch Times pada 6 November : “Kunjungan Olaf Scholz ke Tiongkok bukanlah sebagaimana yang diklaim oleh Beijing sebagai kemenangan dari diplomatik besar PKT, tetapi lebih tepatnya adalah diplomasi uang atau diplomasi pesanan yang biasa diterapkan PKT menunjukkan kemampuannya dalam menggoda Jerman”.

Tang Jingyuan mengatakan bahwa, tidak seperti persaingan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, yang menekankan nilai-nilai dan konfrontasi ideologis, PKT sengaja mengadopsi diplomasi pragmatis terhadap sekutu Amerika, yaitu suap ekonomi.

Ia juga mengatakan, PKT sebenarnya sedang memanfaatkan pengaruh ekonomi untuk menggoyah aliansi politik antara AS dengan sekutunya di Eropa. Pada saat yang sama, Beijing juga sedang mencari saluran non-AS yang dapat memenuhi kepentingannya sendiri, yakni mendapatkan teknologi Barat. Ini sejalan dengan strategi ketiga PKT tentang Eropa, yaitu ingin memperlemah pengaruh dan kepemimpinan Amerika Serikat dengan memisahkan Eropa dengan Amerika Serikat. 

Wang He, seorang komentator politik di Amerika Serikat mengatakan kepada The Epoch Times pada 6 November, bahwa kunjungan Olaf Scholz, pemimpin negara besar Eropa ke Tiongkok saat ini memberi kesempatan kepada rezim Beijing untuk bersorak gembira dan berpropaganda, bersamaan dengan baru diselesaikannya penandatanganan kontrak pembelian pesawat senilai USD. 17 miliar, memberi persetujuan penggunaan vaksin kerjasama dengan BioNTech Jerman”.

Analis : Persaingan AS – Tiongkok semakin intensif, langkah Jerman berpihak ke Tiongkok bisa merugikan

Pada saat Amerika Serikat menganggap Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional, dan Uni Eropa menganggap Tiongkok sebagai pesaing sistemik, ancaman institusional, dan sedang mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Beijing, kunjungan Kanselir Jerman ke Tiongkok kali ini telah menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan baik di dalam negeri maupun di luar Jerman.

Kata Tang Jingyuan, saat ini, Tiongkok sedang menghadapi tekanan pertumbuhan ekonomi dan pemisahan / decoupling teknologi dari Amerika Serikat. Ia sangat perlu untuk menemukan jalan keluarnya, dan Jerman sekarang dianggap sebagai alternatif terbaik. Ia menambahkan bahwa perang dan decoupling teknologi yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap PKT telah cukup membebaskan ruang di pasar Tiongkok dimana telah dilirik oleh Jerman yang berusaha untuk mengisi kekosongan itu.

Tang Jingyuan memperkirakan bahwa Jerman tampaknya telah menerapkan model “mengandalkan keamanan kepada Amerika Serikat tetapi menyandarkan ekonominya kepada Tiongkok”. Model ini mungkin saja menarik untuk waktu yang singkat, tetapi dengan meningkatnya persaingan strategis antara Tiongkok dengan Amerika Serikat, dan Tiongkok semakin intensif dalam mengekspansi pengaruhnya, maka model ini akan dengan cepat kehilangan daya tariknya. Ia khawatir langkah spekulatif Olaf Scholz ini akan membuat Jerman di hari-hari mendatang kembali pasif secara strategis, sama halnya ketika di masa lalu mereka terpaksa mengandalkan kebutuhan energi kepada Rusia.

Scholz Menyinggung Soal isu Taiwan dan Xinjiang yang membuat PKT naik darah

Dalam kesepakatan koalisi yang dipimpin oleh Scholz, termasuk Partai Sosial Demokrat, Partai Hijau, dan Partai Demokrat Liberal, telah menyatakan konsensus dalam merumuskan strategi baru untuk Tiongkok. Menurut media perdagangan Jerman “Handelsblatt”, dokumen mengenai strategi Jerman terhadap Tiongkok akan dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jerman pada musim semi tahun 2023.

Wang He mengatakan bahwa kunjungan Scholz kali ini tidak serta merta menunjukkan bahwa pemerintahan Scholz akan melakukan penyesuaian besar dalam kebijakan Tiongkok-nya. Sama seperti tahun 2017 ketika Kongres Nasional ke-19 berakhir, lalu Presiden AS Trump berkunjung ke Beijing, waktu itu juga menuai kritik. Tetapi Trump kembali ke Amerika Serikat dan memulai perang dagang yang membuat Beijing terkejut. 

Bagi Wang He, setelah kunjungan Scholz ke Tiongkok kali ini, apakah kebijakan Tiongkok-nya Jerman yang akan diumumkan tahun depan juga memainkan kejutan serupa ? Ini patut menjadi perhatian kita semua. 

Scholz membahas hak asasi manusia, agresi Rusia terhadap Ukraina dan isu Selat Taiwan pada konferensi pers dengan Li Keqiang.

Wang He mengatakan bahwa Scholz menekankan bahwa masalah Selat Taiwan harus diselesaikan secara damai, serta keprihatinan Jerman tentang masalah hak asasi manusia di Xinjiang.

“Kedua pandangan Scholz ini membuat PKT sangat kesal. Tampaknya Scholz ingin menggunakan cara ini untuk memberikan tekanan tertentu terhadap Beijing,” katanya. (sin)