Kasus Epidemi di Urumqi yang Ditutup Selama 90 Hari Terus Bertambah, Padahal Nol Kasus Parah dan Kematian

oleh Li Li

Meskipun Xinjiang telah ditutup selama hampir 90 hari demi mencegah penyebaran epidemi, tetapi jumlah kasus baru selain tidak berkurang malahan terus bertambah. Sementara itu  penyakit parah dan tingkat kematian yang terjadi selama ini tercatat nol kasus.

Epidemi merebak di Xinjiang sejak awal bulan Agustus tahun ini, sehingga banyak tempat ditutup yang hingga kini sudah berlangsung selama 90 hari. Banyak penduduk mengeluh kesulitan hidup dan semangat mereka pun runtuh akibat pemblokiran dan persediaan makanan yang menipis. Di Weibo daratan Tiongkok kita dapat melihat banyak netizen Xinjiang meminta uluran tangan.

Ada netter yang menulis pesan : “Sulit membayangkan melewati waktu 3 bulan terakhir ini, bukan soal makanan tetapi semangat orang akan jatuh. Ini sebenarnya kenapa ?”

Ada netizen yang bertanya-tanya dengan marah : “Saya tidak mengerti mengapa PPKM sudah berjalan selama 3 bulan justru kasus terus bertambah ? Rasanya seperti tidak sedang mencegah epidemi”.

“China Digital Times” melaporkan pada 10 November bahwa blogger Weibo “MLRS270” menganalisis situasi epidemi di Kota Urumqi berdasarkan data resmi yang dirilis oleh pihak berwenang Tiongkok, menemukan bahwa selama penutupan yang berlangsung 90 hari, kasus epidemi tidak turun melainkan bertambah, padahal tingkat keparahan pasien dan kematian sejauh ini tercatat nol kasus.

MLRS270 menyebutkan bahwa setelah Kota Urumqi ditutup selama 90 hari dan pelaksanaannya juga cukup ketat, menurut data publik, kita dapat mengetahui : 

1. virus yang menyerang Xinjiang saat ini adalah BF.7 yang merupakan strain mutan Omicron. BF.7 adalah singkatan dari BA.5.2.1.7, yang dianggap sebagai subtipe generasi ketiga Omicron BA.5.

2. Sebagai hasil dari penutupan selama 90 hari, situasi epidemi secara keseluruhan tidak melambat sama sekali, sebaliknya, jumlah infeksi baru yang dikonfirmasi dan yang tanpa gejala masih meningkat akhir-akhir ini.

3. Menurut kebiasaan, jika ada pasien yang mengalami penyakit serius atau kematian, biasanya beritanya akan muncul dalam pengumuman hari itu. Namun sejak 10 Agustus, hal itu tidak pernah disinggung secara resmi. “Jadi bisa dianggap bahwa kasus sakit parah dan kematian karena COVID-19 adalah nol kasus”.

Menurut laporan BBC, Omicron adalah varian virus corona baru yang paling banyak bermutasi dan terdaftar sebagai varian strain of concern (VOC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). tetapi secara keseluruhan gejala penyakitnya jauh lebih ringan, sehingga jumlah kasus yang membutuhkan rawat inap berat atau kematian secara signifikan lebih sedikit dari varian-varian  sebelumnya.

Menurut data US Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit dan kematian yang disebabkan oleh terinfeksi Omicron umumnya tidak serius.

Michael J. Ryan, ahli epidemiologi di Organisasi Kesehatan Dunia, percaya bahwa akhir pandemi sudah dekat dan diharapkan bisa berakhir pada tahun 2022.

Pada 18 September, dalam wawancara yang disiarkan “60 Menit” oleh Stasiun TV CBS pada hari Minggu, Presiden AS Biden mengatakan : “Kami masih menghadapi masalah yang disebabkan oleh virus corona jenis baru. Kami masih melakukan banyak hal, banyak tindakan untuk menghadapinya. Tapi pandemi sudah hampir berakhir. Anda akan melihat, bahwa tidak ada yang memakai masker sekarang. Semua orang tampaknya sehat”.

Pada September, Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa jumlah kematian global akibat COVID-19 saat ini telah mencapai titik terendah sejak wabah mulai pada Maret 2020, Mudah-mudahan segera berakhir.

Tidak seperti kebanyakan negara di dunia, PKT masih menggunakan kebijakan blokade ekstrim untuk menangani epidemi. Apalagi, dalam laporan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok yang baru saja berakhir, Xi Jinping mengaku tidak akan goyah dalam menjalankan Kebijakan Nol Kasus. (sin)