Ribuan Warga Mengepung Kantor Polisi Minta Penjelasan Atas Kasus Perundungan Terhadap Seorang Gadis Sichuan, Tiongkok

oleh Li Yun, Gu Xiaohua

Beberapa gadis di Kota Mianyang, Sichuan, Tiongkok  memukuli seorang gadis berusia 13 tahun dan membuat videonya untuk keperluan pamer. Hal ini menyebabkan kemarahan publik. Beberapa hari yang lalu, ribuan orang tua siswa mengepung kantor polisi untuk meminta penjelasan, tetapi mereka justru ditindas secara brutal oleh sejumlah besar polisi, beberapa orang dipukuli sampai berdarah-darah dan banyak yang ditangkap.

“Hukum berat pelaku, hukum berat pelaku, hukum berat pelaku ….” teriak orang-orang.

Pada 22 November, seorang wanita asal Kota Mianyang bermarga Zhang mengungkapkan bahwa pada 18 November, seorang gadis berusia 13 tahun dibawah paksa oleh beberapa siswa lain ke atap sebuah gedung di seberang sekolah lalu dipukuli secara ramai-ramai. Rekaman yang dirilis ke media sosial menimbulkan kemarahan masyarakat, yang kemudian memicu ribuan orang mendatangi kantor polisi untuk meminta penjelasan dan hukuman berat terhadap para pelaku.

Mrs. Zhang mengatakan : “Rekaman video itu dikirimkan ke ponsel saya. Pada saat itu, saya melihat gadis ini dipukuli. Bagaimana perasaan orang tuanya ? Jadi semua orang yang jumlahnya sampai belasan ribu secara spontan mendatangi kantor polisi di sana sehingga kantor polisi tampak seperti terkepung. Warga-warga ini datang untuk meminta penjelasan. Kabar yang beredar adalah pelaku pemukulan itu adalah anak-anak pejabat atau keturunan dari orang kaya, jadi mereka menuntut polisi agar orang tua mereka uga ikut diperiksa”.

Mrs. Zhang mengatakan bahwa pada 21 Novermber siang juga ada sekitar belasan ribu warga yang datang ke kantor polisi untuk meminta penjelasan.

“Banyak sekali orangnya, semakin lama semakin banyak jumlahnya”.

“Polisi melakukan pemukulan, polisi memukul warga …”.

Rekaman video menunjukkan, sejumlah besar polisi menangkap warga warga yang menuntut bahkan beberapa orang dijatuhkan ke tanah lalu dipukuli, dan banyak lagi warga yang dibawa pergi secara kasar oleh polisi.

Penduduk setempat mengatakan bahwa sejumlah besar petugas polisi dikerahkan ke Kabupaten Santai untuk memukuli dan menangkap warga.

Pria bermarga Wang mengatakan : “Cukup banyak polisi yang didatangkan katanya untuk menjaga ketertiban. orang-orang berkerumun di depan gerbang kantor polisi dan berbagai persimpangan jalan. Karena polisi dikirim dari Kota Mianyang, jadi beberapa warga yang emosional langsung ditangkap. Yang saya lihat ada 3 orang ditangkap polisi, suasananya cukup kacau, terlihat ada beberapa orang sampai terluka dan berdarah”.

Pada 20 November malam, pihak Biro Keamanan Publik Santai mengeluarkan berita yang menyebutkan bahwa pada 18 November sore, ada 3 orang siswi yang membawa paksa seorang siswi ke atap sebuah bangunan tempat tinggal untuk dipukuli dan membuat rekaman video untuk disebarluaskan. Korban “tidak dalam kondisi serius” dan penyelidikan sedang dilakukan.

Berita tersebut membuat marah para orang tua setempat, yang ramai-ramai datang ke kantor polisi sebagai protes karena khawatir anak-anak mereka juga menghadap kasus perundungan yang sama.

Pada 21 November sore, polisi setempat kembali mengeluarkan pemberitahuan yang menyebutkan bahwa keenam orang yang terlibat dalam kasus perundungan telah datang ke kantor polisi untuk diinterogasi. Dengan kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa pada saat pemukulan terhadap korban terjadi, ada orang lain yang merekam video, dan banyak orang lagi yang mencemooh.

Rekaman video tersebut memperlihatkan ada beberapa siswi yang menjatuhkan siswi korban ke tanah, lalu menjambak rambutnya, menampar wajahnya, lalu membenturkan kepalanya ke tanah hingga menyebabkan kepalanya berdarah, dan dipukul wajahnya hingga menyebabkan mimisan. Penyerang memintanya untuk menyeka darah lalu kembali memukulinya.

Pelaku mengatakan : “Percuma lapor polisi, kita semua masih di bawah umur”.

Mrs. Zhang mengatakan : “Para pelaku itu telah memukuli 3 orang siswi lainnya dengan cara yang sama. Korban pertama tidak keluar untuk berbicara. Ibu korban kedua sampai 2 kali melaporkan kasus yang dialami putrinya tetapi tidak ada kabar berita dari pihak polisi. Para pelaku pemukulan itu bahkan berkoar telah memukuli beberapa orang pada bulan September. Hal yang paling membuat marah adalah kantor polisi berusaha menutupi perbuatan para pelaku kejahatan itu. Kakek dan nenek siswa korban ketiga yang orang desa tidak bisa berbuat banyak lantaran takut. Tetapi orang banyak memberinya keberanian dan menyuruhnya untuk tampil melapor dan tidak perlu takut”.

Mrs. Zhang mengatakan bahwa gadis berusia 13 tahun itu menjadi depresi setelah mengalami kejadian itu. Neneknya mengatakan bahwa dia sekarang jadi takut dengan gelap, tidak berani menemui orang, dan takut untuk berbicara.

Mrs. Liu, seorang pensiunan dosen universitas di Tiongkok mengatakan : “Kasus perundungan di kampus telah memiliki sejarah yang panjang. Begitu seorang siswa atau siswi mengalami hal seperti itu, fisik dan psikologisnya akan terluka. Putri saya juga pernah mengalami hal serupa di sekolah dasar lebih dari 20 tahun silam. Beberapa siswi meminta putri saya untuk pergi ke lokasi yang mereka tentukan untuk dipukuli oleh mereka. Saya dan suami akhirnya pergi ke tempat itu untuk menemui mereka dan mengatakan bahwa saya akan melaporkan kasus pemukulan ini kepada pihak sekolahan, orang tua dan polisi. Mendengar hal itu mereka tidak berani bertindak seenaknya lagi”.

PKT mempromosikan pertarungan, kepalsuan dan kejahatan sehingga seluruh masyarakat dipenuhi dengan warna kekerasan. Petugas penegak hukum sendiri juga menggunakan kekerasan untuk menggertak warga. Anak-anak mencontoh hal itu, mengira kekerasan dapat menyelesaikan masalah. Sekarang kasus perundungan dalam kampus semakin menjadi-jadi.

Mrs. Liu mengatakan : “Berapa generasi warga Tiongkok telah dihancurkan oleh rezim PKT. Sekolah harus menekankan pentingnya moralitas. Dan ketika menghadapi hal-hal seperti itu, mereka harus menanganinya secara serius. Saya juga berharap para orang tua untuk mendidik anak-anak mereka sejak kecil agar tidak berbuat kejahatan. Ketika anak-anak mereka menghadapi hal-hal seperti itu, mereka harus berani memberitahu orang tua, memberitahu para guru, atau melapor ke polisi. Perilaku tidak bermoral atau bahkan kriminal semacam ini, jika Anda memaafkan, maka Anda sebenarnya juga sedang mendorong para pelaku untuk berbuat jahat”.

Mrs Liu mengatakan bahwa jika pelaku tidak dihukum, mereka akan terus melakukan kejahatan. Jika terus seperti ini, kasus perundungan akan semakin merajalela yang akhirnya pasti akan menjadi bumerang bagi para penguasa. (sin)