Gentingnya Lockdown Shanghai yang Membutuhkan Setidaknya 60 Hari Penimbunan Pasokan

oleh Li Enzhen/Wen Hui

Setelah gelombang anti-blokade skala besar meletus di Shanghai, pejabat Shanghai mengeluarkan sejumlah langkah untuk memperketat pencegahan dan pengendalian epidemi. Pada 29 November, otoritas Shanghai mengeluarkan pemberitahuan yang menyatakan bahwa semua unit diharuskan menimbun pasokan anti epidemi tak kurang dari 60 hari yang menimbulkan spekulasi dari dunia luar

Pada 26 November, pejabat Shanghai menginformasikan bahwa layanan pengetesan secara gratis di titik pengetesan asam nukleat Shanghai yang dinormalisasi diperpanjang hingga 31 Desember pada tahun ini. Setiap wilayah mengatur layanan pengujian asam nukleat komunitas setidaknya dua kali seminggu. Pejabat setempat mengatakan, situasi pencegahan dan pengendalian epidemi sangat ketat. 

Pada 27 November, Komisi Perdagangan Kota Shanghai mengumumkan bahwa mulai pukul 00:00 pada 29 November, orang-orang yang memasuki layanan katering kota termasuk bar, pusat perbelanjaan termasuk department store, supermarket, pasar sayur, salon kecantikan, dan pemandian harus menunjukkan sertifikat negatif COVID-19 yang berlaku selama 48 jam.

Caixin.com melaporkan bahwa pada 29 November, Komisi Kesehatan Distrik Huangpu Shanghai mengeluarkan pemberitahuan yang menyatakan bahwa semua unit di bawah Komisi diharuskan menimbun bahan anti-epidemi setidaknya selama 60 hari.

Pemberitahuan tersebut juga menyatakan agar semua unit harus memastikan bahwa cadangan cukup, sehingga “lebih baik mempersiapkan daripada menggunakan dan tidak mempersiapkan jika tidak tersedia.” Mulai 1 Januari 2023, setiap unit akan bertanggung jawab atas pengadaan bahan sekali pakai untuk pencegahan epidemi, dan setiap unit wajib menyelesaikan penandatanganan perjanjian strategis dengan “Shanghai Huaihai Commercial (Group) Co. Ltd” sebelum akhir tahun.

Terkait instruksi ini, netizen daratan Tiongkok berkata : “Virus Covid tak mengerikan, tetapi sangat disayangkan bahwa otoritas lokal telah meningkatkan skalanya. Melihat kembali putaran terakhir pelarangan, saya tak memiliki kekuatan untuk mengeluh, dan saya akan pasrah pada takdir!.” 

Netizen lainnya berkata :  “Shanghai semakin buruk.” 

Ada lagi yang menulis : “Jika kamu tak menjadi gila dalam penguncian, kamu akan binasa dalam penguncian.”

Netizen lainnya berkata, “bagian keuangan menghabiskan uang?  mengalir dengan lancar ke kantong berbagai rumah tangga terkait. Jaminan kualitas, penyimpanan dan pengamanan bahan pasokan semuanya adalah lubang tikus. Ketika benar-benar digunakan, mereka masih akan ketahuan,  kita akan menunggu dan menyaksikanya. Uang rakyat harus digunakan dengan bijak, tentukan yang mana saja akan dibeli. Lalu siapa yang menjadi kaya?”

Mengenai berbagai pemberitahuan yang dikeluarkan oleh otoritas Shanghai, beberapa netizen juga mengatakan, “Untuk rezim otoriter, dalam menghadapi gerakan hak asasi manusia seperti Gerakan kertas Putih, hanya ada satu pilihan: gunakan segala cara untuk menekannya, lalu lanjutkan untuk memperketat kontrol sosial. Selama menyerah satu langkah, dan masa depan akan mundur, sama saja dengan matinya rezim otoriter.”

Pada  29 November, seorang netizen Twitter dengan nama “Jalan Tengah Urumqi!” memposting unggahan : “Berita terbaru adalah  Shanghai telah memulai kembali blokade kawasan pemukiman, terutama mereka yang pernah ke kawasan pemukiman di Jalan Tengah Urumqi sudah ditutup. Semua warga tak bisa keluar dari gerbang komunitas, komunitas anak saya telah ditutup dan beberapa orang akan dihukum setelah ditangkap, sistem pemantauan Big Data sangat berguna saat ini.”

Baru-baru ini, orang-orang yang berasal lebih dari belasan kota, termasuk Shanghai dan Beijing, turun ke jalan dan meluncurkan “revolusi kertas kosong” memprotes ketidakpuasan mereka terhadap “kebijakan nol kasus” PKT .

Pada  26 dan 27 November, sejumlah besar orang-orang di Shanghai berkumpul di Jalan Tengah Urumqi untuk mengadakan kegiatan mengenang para korban di Xinjiang. Kerumunan meneriakkan “Buka blokir Urumqi” dan “Buka blokir seluruh negara”. Bahkan meneriakkan slogan-slogan seperti “Partai Komunis mundur”, “Xi Jinping mundur”, “Tidak ada kediktatoran, tapi demokrasi” dan juga meneriakkan  “Kebebasan”.

Pada 27 November, 12 unit mobil polisi muncul hanya dalam jarak 100 meter dari Jalan Urumqi di Shanghai, tempat massa berkumpul.

Stasiun Jalan Songfa Shanghai Metro Jalur 3 Ditutup

Pada  30 November, akun Weibo resmi Shanghai Metro shmetro mengumumkan bahwa berdasarkan pemberitahuan dari atasan, Stasiun Jalan Songfa Jalur 3 akan ditutup mulai pukul 12:27 pada  30 November hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Namun demikian, para pejabat tak menyebutkan alasan penghentian tersebut. Netizen daratan Tiongkok mempertanyakan, “Apa alasannya? Harus ada penjelasan! Apa yang terjadi dengan pemberitahuan atasan? Ketika  terjadi, atasan memberitahu atasan. Rakyat biasa seharusnya berhak mengetahuinya!”

Setelah ditanyai oleh netizen, Shanghai Metro shmetro hanya menjawab, “Terkena dampak epidemi, Stasiun Jalan Songfa di Jalur 3 ditutup sementara.”

Seorang netizen berkomentar, “Kata-kata ‘pemberitahuan superior’ terlalu ambigu. Apakah begitu sulit untuk menjelaskan alasannya dengan jelas?” Saya tidak bisa mengetikkan alasan penutupan lokasi bersamaan dengan jelas. Saya harus membalas satu per satu di kolom komentar. ” (hui)