Sejumlah Petugas Pencegah Epidemi Ber-APD di Beijing Mogok Kerja Minta Pembayaran Upah

oleh Zhao Fenghua, Hong Ning

Situasi chaos tak henti-hentinya terjadi dan keluhan publik terus bermunculan akibat penerapan kebijakan ekstrem dalam mencegah penyebaran epidemi di Tiongkok. Baru-baru ini, sejumlah petugas pencegah epidemi di Distrik Chaoyang, Beijing berkumpul di depan kantor berwenang setempat untuk memprotes, dan menuntut upah hasil jerih payah mereka yang belum dibayar.

Selain itu di Kota Shenyang, Liaoning, sebuah rumah sakit tumor menghentikan semua perawatan pasien karena instruksi lockdown. Anggota keluarga pasien mengeluh kepada reporter Epoch Times, mengatakan bahwa lockdown dapat membahayakan nyawa pasien, PKT sama sekali tidak peduli terhadap nyawa manusia, memaksa orang menemui ajal.

Dari video yang diberikan oleh narasumber, terlihat ada puluhan petugas pencegah epidemi berpakaian APD sedang berkumpul di depan Kantor Kecamatan Anzhen di Distrik Chaoyang, Beijing untuk menuntut pembayaran upah mereka. Serempak mereka berteriak : “Bayar upah hasil jerih payah kami !” “Bayar hasil keringat kami !” Bahkan di TKP ada yang mengatakan bahwa uang hasil jerih payahnya itu ia dapatkan dari mempertaruhkan nyawa anaknya” sehingga tidak rela dibiarkan hilang. Berita tentang insiden itu sempat menyebar luas di Internet Tiongkok, sehingga diblokir pihak berwenang.

Pada 29 November, beberapa netizen Weibo mendesak dukungan sosial, mengatakan bahwa petugas pencegah epidemi lokal yang Ber-APD mogok kerja karena masalah upah, sehingga menghadapi kesulitan dalam hidup. Netizen tersebut menyebutkan : “Gedung No. 6, Anhuaxili, Jalan Anzhen, saat ini dalam keadaan terbengkalai”.

Pada hari yang sama, netizen lain memposting tulisan di Weibo yang menyebutkan : “Terjadi juga mengenai perlindungan hak yang terjadi di Jalan Anzhen, tapi sebelumnya adalah warga yang datang untuk menuntut pembukaan blokiran, kali ini giliran petugas pencegah epidemi berpakaian APD yang menuntut instansi untuk membayar upah mereka (rekaman video warga telah disensor pihak berwenang)”.

Warga Beijing : Petugas pencegah epidemi bersama-sama menuntut pembayaran upah

Mr. Lin, seorang penduduk Anzhen, Distrik Chaoyang, Beijing mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 30 November, bahwa para personil berpakaian APD sedang mogok kerja, mereka mendatangi kantor pihak berwenang untuk menuntut pembayaran upah.

Mr. Lin mengatakan : “Wilayah di tempat tinggal kami di sini sudah lebih dari 10 hari diblokir. Jelas bahwa meminta gaji terjadi beberapa hari yang lalu. Para petugas pencegah epidemi yang berpakaian APD datang menuntut upah, mereka bersama melakukan pemogokan kerja. Mereka berteriak-teriak di depan kantor pihak berwenang untuk menuntut pembayaran upah. Rekaman videonya disensor, (otoritas) takut sampai warga murka”.

Ms. Liu dari Distrik Anhuali mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 30 November bahwa selama periode penguncian, para warga lanjut usia yang tidak tahu cara berbelanja online tidak akan bisa mengisi perut.

“Para pemogok yang meminta pembayaran upah itu adalah mereka yang ditugaskan untuk menjaga pintu gedung yang ditutup. Setelah pemogokan, Gedung No. 6 di Anhuaxili telah ditinggalkan mereka. (Sekarang) tugas itu telah diserahkan kepada sekelompok petugas baru yang ber-APD telah diganti. Situasinya sedikit membaik, hari ini (warga) dapat melakukan tes asam nukleat, dan para pengantar paket boleh keluar masuk. Selama periode penguncian ketat, kasihan para lansia yang tidak dapat berbelanja secara online, mereka sulit untuk mendapatkan makanan”.

Reporter Epoch Times kemudian menelepon dua nomor sambungan telepon di Jalan Anzhen dan Komite Lingkungan Komunitas Anhuali di Jalan Anzhen, tetapi tidak ada yang tersambung.

Anggota keluarga : Rumah sakit tumor tutup dan pengobatan ditiadakan

Kebijakan Nol Kasus dalam mencegah penyebaran COVID-19 menyebabkan keluhan serius dari warga sipil Tiongkok. Pada 29 November, di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, sebuah rumah sakit tumor tiba-tiba ditutup dan menghentikan semua pengobatan terhadap pasien. Mrs. Zheng, anggota keluarga pasien, mengeluh kepada reporter Epoch Times, mengatakan bahwa tampaknya Partai Komunis Tiongkok lebih menghendaki pasien sakit kritis cepat mati.

Mrs. Zheng menuturkan bahwa pada 29 November rumah sakit tumor yang berlokasi di Distrik Dadong, Kota Shenyang, Provinsi Liaoning diblokir karena terdeteksi ada 2 orang staf kebersihan mereka yang positif COVID-19, dan semua operasi bedah dihentikan secara paksa, dan melarang dokter jaga memasuki bangsal untuk merawat pasien tumor atau kanker.

“Pasien dibiarkan tanpa ada yang merawat, dipaksa mati ?!? Sekarang bahkan semua dokter dan perawat tidak diizinkan masuk bekerja, kecuali dokter yang bertugas semua pemeriksaan dan perawatan telah dihentikan. Partai Komunis Tiongkok tidak menghargai nyawa rakyat”, kata Mrs. Zheng.

“Hari ini (30 November) semua pasien diisolasi di Gedung No.3. Mulai pukul 08:00 kemarin pagi, semua pintu akses ditutup, termasuk untuk dokter dan perawat rumah sakit. Hanya beberapa orang perawat yang ditugaskan untuk menjaga bangsal. Semua perawatan dan pemeriksaan yang telah diskedulkan sebelumnya terpaksa ditiadakan. Lebih parahnya lagi, pasien di seluruh gedung dibiarkan tanpa ada yang mengurus. Terus terang, (pasien) dibiarkan menunggu mati dalam gedung”, katanya.

Mrs. Zheng mengatakan bahwa sekarang suara ratapan terus muncul di gedung bangsal, baik pasien serta anggota keluarga mencaci maki pihak berwenang dan berteriak : “Ganyang Partai Komunis Tiongkok !”

Dia mengatakan : “Kebijakan epidemi ketat PKT telah membunuh masyarakat sipil. Orang-orang yang berhati nurani mari kita bersatu untuk mengganyang PKT, iblis jahat tidak berperikemanusiaan !”

Pada 30 November, reporter The Epoch Times mencoba menghubungi ketiga nomor telepon rumah sakit tumor termaksud, tetapi 2 diantaranya tidak tersambung, dan satunya yang merupakan telepon induk tidak ada yang menjawab telepon. Reporter kemudian menelepon Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Distrik Dadong, tetapi telepon juga tidak dapat tersambung. Setelah itu menelepon hotline Komisi Kesehatan Kota Shenyang, yang dijawab oleh petugas jaga bahwa dia tidak tahu menahu soal situasi di masing-masing rumah sakit. (sin)