OPEC+ Memutuskan untuk Mempertahankan Resolusi Pengurangan Produksi Minyak

 oleh Li Xin

Pada Minggu (4/12) aliansi produksi minyak OPEC+ memutuskan untuk mempertahankan produksi minyaknya pada level saat ini. Hal ini membuat Amerika Serikat dan sekutu Barat yang berupaya untuk mengekang harga minyak yang tinggi kembali terhambat.

Kelompok 23 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya telah mengadakan pertemuan online selama sekitar 20 menit pada Minggu, dan memutuskan untuk menangguhkan penilaiannya terhadap ekonomi global yang terguncang oleh penurunan permintaan dari Tiongkok serta ketidakpastian atas pasokan minyak Rusia. Di pasar minyak, kesepakatan untuk memangkas produksi sebesar 2 juta barel per hari yang baru saja dicapai pada pertemuan bulan Oktober akan tetap dipertahankan.

OPEC+ menegaskan kembali bahwa keputusan Oktober untuk memangkas produksi adalah “tindakan yang tepat” tetapi tidak menguraikan apakah akan terjadi perubahan lebih lanjut di waktu mendatang.

Dampak penuh dari pemotongan produksi ini tidak jelas di tengah volatilitas harga yang liar. Namun setelah pada 28 November, harga minyak mencapai level terendahnya di bulan September, harga minyak mentah Brent akhirnya membukukan kenaikan mingguan terbesarnya dalam sebulan.

Naik turunnya harga minyak dunia didorong oleh sanksi dari Uni Eropa dan batasan harga yang diberlakukan oleh blok Barat pada ekspor minyak mentah dari Rusia, yang mulai diberlakukan pada Senin (5 Desember).

Sementara itu, Tiongkok secara tentatif melonggarkan langkah-langkah penguncian COVID-19 yang telah mengikis tingkat konsumsi Tiongkok, negara terbesar dunia yang mengimpor minyak mentah.

Keputusan koalisi produsen minyak yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia ini (OPEC+) muncul setelah aliansi Barat pada hari Jumat mengumumkan pemberlakuan batasan harga untuk minyak mentah Rusia. 

Negara-negara anggota Uni Eropa mencapai kesepakatan pada hari Jumat untuk menetapkan batas atas terhadap harga minyak mentah Rusia sebesar USD. 60,- per barel. Kelompok Tujuh (G7) dan Australia kemudian menyatakan dukungannya terhadap pendekatan tersebut.

Pada Senin (5 Desember), Uni Eropa akan mulai mengenakan embargo minyak Rusia, sementara Kelompok Tujuh dan sekutunya akan mengenakan batas harga USD. 60,- per barel pada minyak mentah Rusia.

Karena minyak mentah perlu dipesan berminggu-minggu sebelumnya, jadi pemotongan produksi yang diumumkan pada Oktober baru mulai terjadi di pasar selama beberapa minggu terakhir. Selain itu, pelepasan minyak dari stok strategis AS secara bertahap terus menurun.

Langkah Barat tersebut membuat marah pihak Moskow. Seorang juru bicara dari otoritas berwenang Rusia mengatakan bahwa Rusia tidak akan menerima adanya batas harga atas. Ia menuduh Barat dengan mengatakan bahwa ini semata-mata untuk memotong dana perang Rusia yang bertujuan menghambat kemampuan negara dalam berperang di Ukraina.

OPEC+ telah menolak upaya AS untuk memblokir keputusan yang dibuat pada bulan Oktober terkait pemangkasan produksi.

Presiden AS Joe Biden melakukan perjalanan ke Arab Saudi musim panas ini untuk bertemu dengan Mohammed bin Salman, putra mahkota Arab Saudi di tengah melonjaknya harga bensin di Amerika Serikat.

Pada pertemuan Oktober tahun ini, OPEC+ memangkas produksi minyak mentah sebagai tanggapan atas kekhawatiran terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi AS dan Eropa.

Sekarang, situasi wabah di Tiongkok dan protes rakyatnya telah menciptakan lebih banyak ketidakpastian.

Pada Jumat (2 Desember) harga minyak mentah di pasar turun ke USD. 85,42 per barel dari USD. 98,- sebulan yang lalu.

Menurut American Automobile Association (AAA), harga bensin di AS turun menjadi USD. 3,41. (sin)