Lockdown Dilonggarkan Karena Isu Keuangan Pemda di Tiongkok, Sampai Surat Promes Dipakai Sebagai Alat Pembayaran

oleh Li Enzhen

Setelah pecah Revolusi Kertas Putih, banyak tempat di Tiongkok mengumumkan pelonggaran terhadap beberapa tindakan pencegahan epidemi. Sebuah artikel yang diposting di Internet Tiongkok menyatakan bahwa tes PCR berskala besar dan isolasi terpusat telah ditiadakan, lantaran keuangan pemda sudah habis terpakai, bahkan sampai surat promes IOU (I owe you, saya berhutang kepada anda) telah digunakan sebagai alat pembayaran.

Menurut China Digital Times, artikel tersebut telah dihapus dari platform akun NetEase, sedangkan postingan Zhihu lainnya yang berjudul “Mohon sertifikasi : Apakah kas sudah benar-benar kosong, sampai IOU beredar di mana-mana ?” juga dihapus pihak berwenang.

Artikel tersebut menyebutkan bahwa teman sekelas lama (penulis) yang memegang jabatan publik di Distrik Haizhu Kota Guangzhou, dia adalah orang yang dianggap paling tahu mengapa pemerintah setempat tiba-tiba melonggarkan penguncian. Kata teman sekelasnya itu : “Secara finansial, saya bahkan tidak bisa mengeluarkan satu sen pun. Semua (pembayaran) sudah dalam bentuk IOU, sudah defisit”.

Misalnya, di lokasi isolasi terpusat, semua tempat yang bisa ditemukan sudah penuh sesak oleh pasien terkonfirmasi maupun suspek, bahkan pihak hotel sudah mulai membujuk orang untuk keluar. Kita jelas sudah tidak berdaya lagi, karena semua biaya terdahulu yang menjadi kewajiban kita belum selesai perhitungannya, sedangkan hotel juga tidak mungkin untuk terus menerus menyediakan akomodasi dan makanan gratis. Jadi, sekarang mereka hanya bisa memanfaatkan ruang kelas sekolahan sebagai tempat isolasi. Di mana menyebabkan banyak keluhan warga, bahkan sampai marah.

Artikel tersebut mengungkapkan bahwa karena krisis keuangan, otoritas bahkan tidak dapat menemukan sukarelawan, jadi mereka terpaksa merekrut guru untuk melakukan pekerjaan pencegahan epidemi. Hal mana mengakibatkan kekurangan guru di sekolah, dan anak-anak terpaksa diatur untuk mengikuti kelas online berdasarkan kelas. Adapun mengapa sampai merekrut guru untuk pekerjaan pencegahan epidemi, artikel menyebutkan bahwa itu karena dinas pendidikan masih bisa membayar gaji secara normal, sehingga guru masih bisa dimobilisasi.

Artikel tersebut menyatakan bahwa pada akhirnya, lembaga yang menangani tes  PCR  pasti tumbang karena no money. Tanpa uang, tidak cuma pekerjaan pencegahan dan pengendalian yang tidak akan berkelanjutan, tetapi dari perspektif situasi ekonomi secara keseluruhan, tingkat pertumbuhan PDB Guangzhou tahun ini hanya 2%, jika situasi ini terus berlanjut, resesi atau bahkan krisis dapat terjadi. Ekonomi swasta Guangzhou yang tadinya berkembang, sekarang juga sangat terpukul, jika sejumlah besar industri dan bisnis bangkrut, pengangguran pasti akan merajalela. Saat itu, jangankan cicilan rumah dan kredit mobil, menjaga stabilitas pun jadi masalah besar. Ini adalah situasi nyata di Kota Guangzhou yang tidak mungkin diberitahukan oleh media resmi kepada kalian.

Artikel tersebut memberikan contoh tentang situasi di Kota Shijiazhuang, alasannya sama, tidak ada yang gratis. Ada orang secara bercanda mengatakan bahwa pergi saja ke lokasi isolasi terpusat selama beberapa hari untuk mendapatkan makanan gratis … Banyak orang yang tinggal dalam rumah, melihat staf akar rumput sibuk ke sana ke mari untuk mengatur tes PCR, mengurusi pengangkutan warga ke lokasi isolasi terpusat, mendaftarkan kasus warga dari rumah ke rumah dan sebagainya. Tetapi jika para pekerja akar rumput ini menemukan bahwa tugas mereka semakin berat dan banyak, tetapi upah mereka semakin berkurang, bahkan otoritas menunggak upah mereka, “Bagaimana menurut Anda berapa lama mereka bisa bertahan ? Mereka itu adalah manusia yang bertahan hidup dengan bekerja, mencari uang”.

Artikel itu menyebutkan : Sulit membayangkan bahwa otoritas melalui pencegahan epidemi sampai memaksa seluruh warga kota untuk tidak beraktivitas. Orang tidak bekerja, tidak belajar, tidak berdagang, tidak mengkonsumsi, kecuali tinggal di rumah. Kekayaan setinggi gunung sekalipun akan lenyap dalam waktu pendek. 

Alasan mengapa Guangzhou berhasil membobol blokade adalah karena ekonomi Guangdong terlalu penting bagi negara. Tahun ini, Guangdong telah menyerahkan dana paling banyak ke kas pemerintahan pusat, ia menyetor sebanyak 40% dari total dana yang diperoleh kas pemerintah pusat. Untuk apa dana itu ? Yang pasti adalah untuk menutupi lubang dana pensiun yang cukup dalam. Jika Guangdong tidak dapat menghasilkan uang ini, ada kemungkinan uang pensiun di Provinsi Timur Laut tidak akan dibayarkan.

Baru-baru ini, Revolusi atau Gerakan Kertas Putih meletus di lebih dari belasan kota termasuk Shanghai, Beijing, Wuhan, Chongqing, Chengdu, Guangzhou, Nanjing dan lainnya. Slogan seruan mereka berbunyi : Cabut lockdown ! PKT mundur ! Wujudkan kebebasan dan demokrasi !

Selanjutnya, banyak tempat di Tiongkok mulai terlihat fenomena melonggarkan pencegahan epidemi ekstrem. Baru-baru ini, otoritas Beijing, Guangzhou, Chongqing, Chengdu, Zhuhai dan tempat lain telah mengumumkan : Tidak perlu melakukan tes PCR jika tidak diperlukan. Ada sejumlah besar stasiun pengujian PCR yang dibongkar. Naik transportasi umum dan pergi ke tempat umum di luar ruangan sudah tidak akan diperiksa bukti negatif tes PCR.

Dalam beberapa tahun terakhir, PKT telah mengadopsi langkah-langkah ketat untuk mencegah penyebaran epidemi dengan menutup kota, hal itu menyebabkan munculnya banyak bencana sekunder, menyebabkan kerusakan parah pada ekonomi, dan mata pencaharian masyarakat, mendorong banyak Warga kaya dan menengah hengkang dari daratan Tiongkok.

Menurut laporan Reuters, bahwa Presiden Dewan Eropa Charles Michel bersama dengan pejabat senior UE lainnya telah mengunjungi Beijing dan bertemu dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping pada 1 Desember.

Pejabat senior Uni Eropa mengatakan bahwa, dalam pertemuan itu Xi Jinping menjelaskan ihwal Gerakan Kertas Putih yang dimotori oleh kaum pemuda itu terjadi karena adanya pencegahan epidemi yang berlangsung selama 3 tahun. Xi Jinping menyebutkan bahwa varian Omicron kurang mematikan jika dibandingkan dengan virus Delta. Hal ini mengindikasikan bahwa pihak berwenang dapat lebih jauh melonggarkan pembatasan dalam pencegahan epidemi.

Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor dari Aiken School of Business di University of South Carolina, pernah mengatakan kepada Epoch Times, bahwa penyimpangan politik PKT juga sangat mengejutkan. Misalnya, karena kebijakan Nol Kasus, tiba-tiba sebuah komunitas, distrik atau satu kota dikunci hanya gegara beberapa hasil tes PCR. Hal ini mengejutkan komunitas internasional.

Dia mengatakan bahwa situasi ekonomi Tiongkok saat ini telah memburuk sedemikian rupa. Seluruh dunia telah dikejutkan oleh betapa cepatnya resesi, kemerosotan sistem ekonomi, dan pecahnya gelembung real estat itu terjadi. (sin)