Tentara India dan Tiongkok Bentrok di Perbatasan yang Disengketakan

Venus Upadhayaya

Pasukan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) kembali bentrok dengan pasukan India di perbatasan yang disengketakan, kali ini meletus di Arunachal Pradesh pada 9 Desember. Para ahli  kepada The Epoch Times mengatakan bahwa pertempuran terbaru kemungkinan terjadi karena jalan raya perbatasan baru senilai $ 4,8 miliar  yang sedang dibangun pemerintah India di Arunachal Pradesh.

New Delhi melaporkan adanya korban luka di kedua belah pihak.

“Pasukan PLA menghubungi LAC [garis kontrol aktual] di sektor Tawang, yang diperebutkan oleh pasukan [kami] sendiri dengan keras dan tegas. Bentrokan ini menyebabkan cedera ringan pada beberapa personel di kedua pihak,” ungkap pejabat hubungan masyarakat pertahanan India dalam sebuah pernyataan dari markas besar militer India di Tezpur.

Terakhir kali bentrokan besar berdarah terjadi di antara kedua pasukan  pada 15 Juni 2020, di Galwan di Ladakh timur di Himalaya Timur Laut, tempat di mana 20 tentara India dan 40 tentara PLA tewas. Rezim Tiongkok mengklaim hanya empat orang yang tewas , tetapi sumber-sumber India dan Rusia membantahnya. Pertempuran itu juga terjadi karena infrastruktur perbatasan yang sedang dibangun India di wilayah tersebut.

Peta yang menunjukkan kemungkinan lokasi bentrokan 9 Desember 2022 antara tentara India dan Tiongkok di sektor Tawang di Arunachal Pradesh. (Screenshot dari Google Maps/Courtesy of Frank Lehberger)

Bentrokan baru-baru ini terjadi di Himalaya Timur, atau yang disebut Sektor Timur dalam istilah militer, lebih dari 950 mil jarak udara dari pertempuran Galwan. Lebih dari 300 tentara Tiongkok mencoba memasuki wilayah India, di perbatasan yang disengketakan di negara bagian Arunachal Pradesh, demikian menurut sumber media India.

Rezim Tiongkok mengklaim Arunachal Pradesh sebagai wilayahnya dan menyebutnya sebagai Tibet Selatan. Pada peta Tiongkok, terjemahan harfiahnya adalah “Wilayah [地区] Tibet Selatan (Diduduki secara Militer oleh India [印]).”

Sumber-sumber resmi India yang berbasis di New Delhi tak membagikan lokasi pasti bentrokan atau rincian tentang jumlah tentara yang terluka. Mereka tidak menanggapi permintaan The Epoch Times untuk informasi lebih lanjut. Namun, laporan media India mengklaim bahwa setidaknya enam tentara India terluka, dan ada lebih banyak cedera di antara tentara PLA.

Dalam sebuah pernyataan kepada Lok Sabha atau majelis rendah Parlemen India pada  Selasa (13/12), Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengatakan bahwa “tidak ada korban jiwa atau korban serius” di pihak India. Dia mengatakan bahwa pasukan PLA “mencoba untuk melanggar LAC di daerah Yangtse dan secara sepihak mengubah status quo.”

“Pertikaian berikutnya menyebabkan perkelahian fisik di mana tentara India dengan berani mencegah PLA melanggar ke wilayah kami dan memaksa mereka untuk kembali ke pos mereka,” kata Singh, menambahkan bahwa pihak Tiongkok diminta untuk menahan diri dari tindakan seperti itu dan untuk menjaga perdamaian dan ketenangan di sepanjang perbatasan.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) tidak mengakui adanya perkelahian dalam briefing media hariannya pada  Selasa.

“sejauh yang kami tahu, daerah perbatasan Tiongkok-India umumnya stabil, dan kedua belah pihak telah mempertahankan komunikasi yang lancar tentang masalah-masalah terkait perbatasan melalui saluran diplomatik dan militer,” klaim Juru bicara Wang Wenbin ketika diminta mengomentari pernyataan resmi India tentang bentrokan di perbatasan India dan Tiongkok. 

Lokasi Strategis

Claude Arpi, seorang sejarawan, penulis, dan ahli Tibet yang terkenal, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa serangan 9 Desember oleh PLA bisa saja dilancarkan dari desa Xiaokang di daerah Yangtse.

“Xiaokang” adalah nama generik untuk “desa-desa masyarakat kaya” yang dibangun dalam beberapa tahun terakhir oleh rezim Tiongkok di perbatasan India-Tiongkok yang disengketakan.

“Ada beberapa daerah di Garis Kontrol Aktual di Sektor Timur, di mana persepsi India dan Tiongkok tentang LAC berbeda. Tempat-tempat utama yang disengketakan adalah daerah Sumdorong Chu, Yangtse, dan Longju. Longju, tempat bentrokan pertama antara India dan Tiongkok terjadi pada Agustus 1959, saat ini sepi, karena tidak pernah dipatroli oleh India selama beberapa dekade. Daerah Sumdorong Chu juga relatif damai,” kata Arpi.

Warga India kelahiran Prancis itu mengatakan bahwa dari media sosial, tampaknya sebuah jalan baru dibangun atau di-upgrade di utara tempat konflik, dan sebuah desa Xiaokang baru-baru ini dibangun di dekatnya. “Itu bisa saja digunakan sebagai pangkalan oleh PLA untuk melancarkan serangan mereka.”

Yangtse adalah sub-sektor di utara sektor Tawang. Petugas humas pertahanan India mengatakan dalam pernyataan resminya bahwa Tawang memiliki area tertentu dari persepsi perbatasan yang berbeda di mana kedua belah pihak berpatroli di daerah tersebut hingga garis klaim mereka, yang telah menjadi norma sejak  2006.

“Yangtse di sini adalah nama Tibet dari bagian pegunungan [Himalaya] di mana LAC membentang di sebelah timur lembah utara-selatan yang dalam ini,” ujar Frank Lehberger, seorang Sinolog dan ahli Tibet yang berbasis di Eropa, mengatakan kepada The Epoch Times dalam korespondensi elektronik.

Arpi mengklaim bahwa bentrokan kecil juga terjadi di sub-sektor Yangtse di Tawang pada  2021.

Xiaokang dalam bahasa Mandarin berarti desa berbenteng, dan laporan media sosial mengidentifikasi desa berbenteng Tiongkok yang terkait dengan pelanggaran terbaru PLA sebagai “Tangwu 汤乌 ketinggian 4150m,” menurut Lehberger.

“‘Xiao Kang’ 小康 adalah keliru karena hanya menunjukkan jenis umum dari desa berbenteng tersebut. Jadi asal-usul Tiongkok dari bentrokan di sektor ini terkait dengan desa Tangwu ini,” tulisnya.

Tentara Angkatan Darat India mendemonstrasikan posisi senjata Bofors di Penga Teng Tso di depan Tawang, dekat Line of Actual Control (LAC), negara tetangga Tiongkok, di negara bagian Arunachal Pradesh, India pada 20 Oktober 2021. (Money Sharma/AFP via Getty Images )

Ninong Ering, seorang anggota majelis legislatif Arunachal Pradesh dan mantan menteri di pemerintah federal India, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ia berbicara dengan wakil komisaris daerah tersebut dan menemukan bahwa “pertemuan bendera” telah terjadi antara kedua belah pihak di Bumla dan masalah-masalah tersebut kemudian diselesaikan.

Wakil komisaris adalah administrator tertinggi distrik itu dalam birokrasi India.

Pejabat humas pertahanan India dan menteri pertahanan juga menyebutkan dalam pernyataan mereka bahwa disengagement segera dicapai “sesuai dengan mekanisme terstruktur untuk memulihkan perdamaian dan ketenangan.”

Agenda PLA

Menurut Lehberger, Tiongkok ingin mengendalikan dataran tinggi di Yangtse untuk mendapatkan keuntungan strategis dan melihat apa yang terjadi di jalan Sela-Tawang dari atas sana.

Sela-Tawang adalah satu-satunya jalan dari dataran Assam ke Tawang. Panjangnya lebih dari 1.200 mil dan merupakan proyek jalan raya perbatasan terberat yang pernah ada di Arunachal oleh pemerintah India. Assam adalah negara bagian India yang berbatasan dengan Arunachal Pradesh di India.

“Semua bala bantuan militer hanya bisa melalui jalan yang satu ini dengan terowongan barunya,” kata Lehberger. Laporan media India juga menggambarkannya sebagai jalan raya koridor industri yang menghubungkan India barat ke India timur, dan menjadi berita akhir bulan lalu karena pemerintah India mempercepat pembangunannya.

“Jika Tiongkok bisa duduk di puncak gunung di Yangtse dan melihat semua lalu lintas dari dan ke Tawang dan Bomla, mereka sudah memiliki ide yang baik tentang apa yang sedang terjadi dengan operasi militer India,” katanya.

Jika terjadi konflik di masa depan, Tiongkok dapat, tanpa banyak usaha, mencegah Angkatan Darat India menggunakan jalan ini (Sela-Tawang), dan Tawang dapat dengan mudah diserbu dan dianeksasi oleh Tiongkok, demikian menurut Lehberger.

“Itulah mengapa  strategis! Artinya jika terjadi perang  dengan senjata di masa depan, artileri roket atau rudal kecil Tiongkok dapat dengan mudah memblokir/menghalangi India untuk membawa bala bantuan ke perbatasan di sekitar Bomla,” katanya.

Jika jalan tersebut dipotong atau dibuat tidak dapat berfungsi oleh Tiongkok, hanya Angkatan Udara India (IAF) dengan helikopter yang dapat memasok Tawan, yang sangat mahal, berbahaya karena cuaca dan rudal permukaan-ke-udara Tiongkok, dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang, bahkan jika IAF sangat mampu dan berpengalaman, tambahnya.

Ering mengatakan bahwa Tiongkok ingin mengambil alih Arunachal Pradesh dari India, dan itulah sebabnya pertempuran merupakan taktik intimidasi.

“Kami tidak setuju dengan itu. Orang-orang kami sangat tegas dalam hal ini,” katanya.

Kekhawatiran yang Lebih Besar

Kolonel Purnawirawan Vinayak Bhat, seorang ahli citra satelit dan veteran intelijen militer India, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa ada hal-hal  lebih besar yang harus menjadi perhatian India di Arunachal Pradesh, sebuah wilayah yang diklaim Tiongkok sebagai miliknya dan ditunjukkan dalam peta teritorialnya.

Dia mengklaim bahwa PLA telah menyusup jauh ke dalam wilayah India dan telah membangun pangkalan bawah tanah serta markas bawah tanah di wilayah India yang telah mereka duduki.

“India harus mengambil langkah-langkah kuat untuk memastikan bahwa tidak ada kehilangan wilayah lebih lanjut yang terjadi. India dan Angkatan Darat India mampu menangani bentrokan-bentrokan kecil ini,” kata Bhat, seraya menambahkan bahwa Angkatan Darat India selanjutnya akan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan tidak ada wilayah yang hilang atau eskalasi konflik. (asr)