Fasilitas Kesehatan Beijing Kolaps Mengancam Orang-orang yang Terinfeksi, Ribuan Pasien Kanker Tak Memiliki Akses ke Kemoterapi

Zheng Gusheng/Lin Qing

 Partai Komunis Tiongkok (PKT) secara tiba-tiba mengubah kebijakan pencegahan epidemi dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya, sebagian besar tanpa persiapan. Para pejabat Beijing dengan cepat “berbalik arah” yang menyebabkan fasilitas medis kolaps, kesulitan dalam mengakses perawatan medis bagi mereka yang terinfeksi parah dan ancaman terhadap nyawa pasien sakit kritis lainnya.

Dikutip NTD, Rabu (14/12/2022) jumlah orang yang terinfeksi di Beijing meningkat dengan cepat, dan sistem perawatan kesehatan kelebihan beban dengan sejumlah besar tenaga kesehatan yang juga terinfeksi. Pihak berwenang telah meningkatkan jumlah klinik demam secara signifikan, tetapi masih ada antrean panjang orang-orang yang mencari pengobatan. Banyak netizen lokal melaporkan antrian berjam-jam untuk klinik demam, dengan beberapa orang mengantri dari siang hari hingga dini hari untuk masuk ke rumah sakit.

Menurut Radio Free Asia, nomor panggilan darurat 120  juga kolaps. Seorang netizen mengatakan bahwa seorang lansia di keluarganya sakit parah, tetapi antrian untuk panggilan 120 melebihi urutan 4000. Seorang operator 120 di Beijing mengatakan kepada wartawan tanpa ragu-ragu bahwa ada lebih dari 40 orang yang menunggu ambulans pada saat panggilan telepon.  Jika mereka terinfeksi, mereka dapat pergi sendiri ke rumah sakit, mereka tidak harus menunggu ambulans, yang tidak akan tiba selama enam jam.

Keruntuhan perawatan kesehatan tak hanya berdampak kepada pasien sakit parah yang terinfeksi, tetapi pasien sakit kritis lainnya juga berada dalam ambang bahaya.

Media Tiongkok dan Hong Kong mengutip seorang anggota keluarga pasien kanker paru-paru  mengatakan bahwa hanya sembilan rumah sakit di Beijing yang masih bisa membuat janji untuk kemoterapi, sementara sebagian besar rumah sakit lainnya telah menutup departemen onkologi mereka dan hanya merawat pasien yang disebut “sakit kritis”. Seorang relawan dari kelompok kanker mengungkapkan bahwa ribuan pasien kanker di Beijing  tidak dapat menerima kemoterapi karena merebaknya wabah.

Selain Beijing, kota Shijiazhuang di Hebei dan Harbin di Heilongjiang juga dilaporkan berisiko bagi pasien kanker paru-paru dan pasien glomerulonefritis. Pasalnya, mereka juga mengalami kesulitan mencari perawatan medis.

Saat ini Partai Komunis Tiongkok ambruk di banyak tempat dalam memerangi pandemi, para pejabat telah melakukan semua yang mereka bisa untuk mempromosikan gagasan bahwa “virus itu tak menakutkan” dan  kasus-kasus yang dicurigai penyakit serius serta kematian menjadi hal tabu untuk dilaporkan. Beberapa media di daratan hanya  melaporkan situasi berbahaya dari orang-orang yang tidak terinfeksi dengan penyakit serius.

Namun, menurut berita yang beredar di internet, meskipun tingkat keparahan dan  kematian strain Omicron relatif rendah, peningkatan penularan yang cepat dan runtuhnya sistem medis juga akan membunuh banyak orang yang terinfeksi, terutama orang lansia dengan kondisi medis berisiko, dan sejumlah besar kematian telah terjadi.

Menurut berbagai laporan di internet,   pemakaman di Beijing sudah mulai kelebihan beban. Baru-baru ini, rilis obituari untuk para pensiunan lansia di situs web Universitas Tsinghua telah menarik perhatian luas.

Pemodelan dari para dokter dan kelompok media yang beredar di Internet menunjukkan bahwa, berdasarkan tingkat kematian Omicron di Hong Kong, secara kasar dapat dihitung bahwa setidaknya 30.000 orang yang terinfeksi akan meninggal dunia di Beijing. Mengingat tingkat polusi udara yang tinggi di sejumlah tempat seperti Beijing, tingkat vaksinasi yang efektif lebih rendah daripada di Hong Kong. Tingkat kematian di Beijing hanya akan lebih tinggi ketika pihak berwenang “ambruk sepenuhnya”.

Baru-baru ini, menurut berita dari kelompok medis, tiga anak dari Shijingshan, Tangshan dan Yanjiao meninggal dunia di Rumah Sakit Anak Beijing,  setelah menderita demam tinggi. Mereka masing-masing berusia 13 tahun, 8 tahun dan 2,5 tahun. Mereka awalnya sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit bawaan.

Selain itu, seorang wanita berusia 32 tahun meninggal dunia karena terus menerus mengalami demam tinggi  di Kota Nanchong, Provinsi Sichuan.