Rumah Duka di Beijing Beroperasi Non-Stop, Kematian Mendadak di Kereta Bawah Tanah Shanghai Kerap Terjadi

Li Qian/Chang Chun/Zhong Yuan

Baru-baru ini, beberapa sumber mengindikasikan bahwa jumlah orang yang terinfeksi virus wuhan (Covid-19) di daratan Tiongkok mengalami lonjakan. Krematorium di Beijing dan tempat-tempat lainnya beroperasi siang dan malam. Bahkan, tidak dapat memenuhi permintaan kremasi dan pemakaman.

Wartawan NTD menelepon rumah duka di Dongjiao, Tongzhou, Daxing, Fangshan, Babaoshan, Changping, Shunyi, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak ada yang menjawab atau mereka menutup telepon.

Akhirnya, Rumah Duka Yanqing menjawab panggilan tersebut.

Pekerja di Rumah Duka Yanqing berkata : “Saat ini kami memiliki 40 hingga 50 antrean kremasi, dan antrean mobil berjarak dua kilometer. Anda dapat menghubungi yang terdekat dan bertanya, karena jenazah yang dibawa ke sini, hanya dapat ditempatkan di dalam mobil. “

Staf rumah duka Yanqing mengatakan bahwa rumah duka itu  hanya memiliki tiga tungku kremasi, dan rata-rata membutuhkan waktu hampir dua jam untuk mengkremasi jenazah. Meskipun beroperasi selama 24 jam, tidak mungkin untuk memproses semua jenazah tepat waktu.

Video yang beredar menunjukkan bahwa di luar Rumah Pemakaman Babaoshan Beijing, terjadi antrian panjang mobil untuk melewati proses penyetoran abu jenazah hingga mencapai Jalan Chang’an.

Rumah Pemakaman Dongjiao Beijing adalah salah satu krematorium yang ditunjuk secara resmi untuk menangani jenazah pasien COVID. The “Wall Street Journal” melaporkan pada 16  Desember bahwa staf rumah duka mengatakan bahwa biasanya tiga puluh atau empat puluh jenazah dikirim, tetapi sekarang ada sekitar 200 jenazah setiap hari. Rumah duka sibuk 24 jam sehari, dan mereka terlalu sibuk. Banyak anggota staf juga terinfeksi COVID.

Menurut Reuters, permintaan jasa kremasi di Rumah Duka Miyun juga meningkat, dan banyak karyawan yang dinyatakan positif COVID. Rumah duka Huairou mengungkapkan bahwa dibutuhkan rata-rata tiga hari untuk mengkremasi jenazah. 

Di internet, seorang netizen Beijing mengunggah tulisan bahwa setelah ayahnya meninggal dunia, dia menghubungi banyak rumah duka, tetapi tidak ada tempat. Lalu dibawa ke kamar mayat Rumah Sakit Wangfu, tetapi mereka juga mengatakan tidak ada kamar, sehingga terpaksa dibawa pulang. Ia juga menelepon polisi dan hotline 12345 juga tidak berhasil. Netizen mengeluh: Tidak ada tempat untuk meletakkan orang mati, jadi Anda juga tidak bisa meletakkannya di rumah!

Berbeda dengan Beijing, belum ada laporan tentang  penuhnya rumah duka di Shanghai, tetapi seorang anggota staf metro Shanghai mengatakan kepada Epoch Times bahwa banyak pekerja kereta bawah tanah terinfeksi  dan sering terjadi kematian mendadak pada penumpang.

Anggota staf tersebut memberikan pemberitahuan dari Shanghai Metro yang menyatakan bahwa baru-baru ini telah terjadi rentetan kematian penumpang secara mendadak dan stasiun-stasiun diharuskan untuk memperkuat inspeksi serta pemeriksaan harian mereka.

Mr Yan, seorang warga Shanghai, juga mengatakan bahwa COVID di Shanghai menyebar dengan cepat, dan banyak orang yang dia kenal  terinfeksi.

Mr. Yan berkata : “Dalam dua hari terakhir, hampir sebagian besar teman saya  positif COVID. Saya punya teman yang bekerja di hotel, dan semua staf di hotel mereka, staf layanan dan staf, semuanya positif, tetapi hotel tetap buka seperti biasa.”

Yan mengatakan bahwa para pejabat sekarang benar-benar berdusta dan  berhenti mempublikasikan angka infeksi. Sejauh yang dia tahu, banyak orang yang  terinfeksi, dan beberapa berada dalam kondisi serius.

Mr. Yan juga berkata : “Beberapa orang baru saja mulai mengalami gejala, dan gejalanya belum jelas, sementara beberapa gejala sudah sangat serius, dan seluruh tubuh terasa sakit tak tertahankan.”

Yan juga memperhatikan  adanya perbedaan antara orang-orang yang telah menerima vaksin  dan mereka yang belum.

Yan: “Tampaknya orang yang telah mendapatkan lebih banyak suntikan, dan mereka yang telah mendapatkan dua atau tiga kali suntikan, menderita penyakit yang lebih serius, sementara mereka yang belum mendapatkan vaksinasi juga menderita penyakit serius, tetapi lebih sedikit.

Pada  7 Desember, pihak berwenang PKT tiba-tiba beralih dari penutupan nol COVID yang sudah berlangsung lama dan ekstrem ke penutupan terbuka tanpa persiapan sistem medis yang memadai, diikuti oleh peningkatan tajam dalam jumlah infeksi di berbagai tempat. Ditambah dengan  puncak musim flu dan virus lainnya, kesehatan penduduk yang buruk setelah tiga tahun penutupan dan  perawatan medis yang tidak tepat waktu baik pada saat penutupan maupun setelah dicabut, mengakibatkan kurangnya perawatan yang efektif bagi pasien, terutama orangtua, dan banyak dari mereka yang meninggal dunia secara menyedihkan. 

Namun, Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok Daratan belum memperbarui jumlah kematian COVID sejak  7 Desember, dan kasus kematian terakhir dilaporkan  pada  3 Desember.

Informasi internet menunjukkan bahwa selain Beijing, tempat-tempat seperti Shenyang di Liaoning, Shijiazhuang di Hebei dan Shuangjiashan di Heilongjiang juga dikabarkan  rumah duka dipenuhi dengan jenazah dan tidak ada tempat untuk menyimpan jenazah. (Hui)