Remaja  Wuhan Terserang Paru-Paru Putih, Pakar : Khawatir Sudah Muncul Varian Virus yang Baru

oleh Luo Tingting

Baru-baru ini, seorang remaja pria Wuhan berusia 12 tahun mengalami fenomena paru-paru putih yang cukup serius setelah terinfeksi COVID-19, demam dan batuk. Seminggu kemudian, kondisinya semakin memburuk. Belakangan sejumlah besar pasien parah di banyak tempat di Tiongkok mengalami fenomena paru-paru putih. Para pakar medis khawatir bahwa mungkin sudah muncul varian virus dengan tingkat kematian yang lebih tinggi di Tiongkok.

Media resmi : Itu konsekuensi perbuatan remaja pria yang dibesar-besarkan netizen

Pada 27 Desember, media resmi Wuhan “Yangtze River Daily Newspaper” melaporkan bahwa Zhouzhou, seorang remaja pria berusia 12 tahun, mulai mengalami demam dan batuk seminggu yang lalu. Setelah demam mereda, gejala batuk Zhouzhou tidak kunjung membaik, bahkan ia mengalami muntah dan sesak dada.

Orang tuanya buru-buru membawa Zhouzhou ke Departemen Pediatri Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Provinsi Hubei. Melalui diagnosis, dokter menetapkan bahwa Zhouzhou terserang radang-paru-paru (pneumonia). Hasil CT scan paru-paru menunjukkan bahwa sebagian besar jaringan pada salah satu paru-paru Zhouzhou sudah memutih. Ini merupakan manifestasi dari pneumonia virus korona (radang paru-paru akibat COVID-19) yang parah.

Laporan menyebutkan bahwa setelah perawatan, gejala Zhouzhou telah membaik secara signifikan.

Dokter mengingatkan orang tua bahwa gejala pneumonia virus korona hampir mirip dengan pneumonia biasa. Manifestasinya yang umum adalah batuk berkepanjangan. Begitu gejala pneumonia berat muncul, seperti sesak napas, wajah membiru, hipoksia, dll., harus segera mencari bantuan medis.

Media resmi melaporkan bahwa penyebab dari Zhouzhou mengalami fenomena paru-paru putih itu tak lain adalah gara-gara dia takut pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter. Jadi fenomena itu merupakan konsekuensi dari perbuatannya sendiri, yang kemudian dibesar-besarkan oleh para netizen.

Berikut tulisan para netizen di media sosial Tiongkok : 

“Bukannya kita yang tidak mau membawanya ke rumah sakit. Saya melihat sendiri seorang anak di Rumah Sakit Anak dengan demam 40 derajat sudah mengantri sampai 5 jam pun belum mendapat giliran masuk. Ayah anak itu yang sangat cemas sampai bertengkar dengan perawat. Anak siapa yang sudah sakit tidak mau dibawa ke dokter agar bisa cepat sembuh ?”

“(Rumah sakit) pada dasarnya harus mengantri paling sedikit 8 jam untuk mendapatkan nomor. Gila !”

“Saya tidak mau mengambil risiko sendiri. Tahukah bahwa kemarin saya ke rumah sakit, ruang untuk CT scan sudah penuh, sehingga saya tidak mendapat giliran untuk diperiksa. Obat anti inflamasi pun sudah habis. Saya tidak bisa memeriksakan kesehatan lagi pula tidak bisa mendapatkan obat, Jadi apa gunanya saya pergi ke rumah sakit ?”

“Apakah kita ingin mengambil risiko sendiri ? Kata pakar Tiongkok : Tidak usah ke rumah sakit, di rumah saja bisa sembuh, paling-paling batuk selama beberapa hari, lalu akan sembuh dengan sendirinya. Sekarang sudah muncul begitu banyak gejala sisa, mengapa semua pakar hanya diam tanpa komentar ?”

“Awalnya saya ikuti jadi diam di rumah. tetapi demam kita sudah berlangsung selama 5 sampai 6 hari. Lalu katanya batuk lebih dari sepuluh hari itu termasuk normal. Sekarang lain lagi yang dibicarakan. Yang mana ucapan kalian yang dapat dipercaya ?”

“Antrean panjang di apotek, klinik, rumah sakit, dan rumah duka. Selama 30 tahun lebih saya belum pernah melihat fenomena seperti ini”.

“Katanya cuma flu ringan, apakah TM ini flu ringan ???” “Artinya virus ini sama sekali tidak seperti yang dikatakan oleh para ahli Tiongkok”.

Wanita di Shenzhen Menjadi Pasien ICU, Fenomena Paru-paru Putih Muncul di Seluruh Negeri

Setelah otoritas Tiongkok melonggarkan pencegahan dan pengendalian epidemi pada awal  Desember tahun ini, epidemi menyebar dengan cepat ke seluruh negeri. Pemerintah yang berwenang telah menyatakan bahwa virus Omicron saat ini terutama hanya menginfeksi saluran pernapasan bagian atas, secara umum tidak masuk ke paru-paru, dan memiliki tingkat kematian yang rendah, juga tidak membuat penyakit menjadi parah. Itu cuma “flu besar” katanya. Namun, di banyak bagian Tiongkok, sekarang muncul sejumlah besar pasien dari segala usia, tidak hanya lansia yang mengalami fenomena paru-paru putih yang parah.

Pada 26 Desember, seorang wanita muda di Shenzhen, Guangdong juga menjadi pasien yang sakit kritis setelah terinfeksi. Ketika dia di rumah sakit, dia mengambil video selfie dan mengatakan : “Saya telah menjalani CT scan, yang menunjukkan bahwa saya menderita radang paru-paru parah, tekanan darah saya tinggi, dan detak jantung saya rendah”.

Seorang wanita muda di Shenzhen menjadi sakit parah setelah positif terinfeksi virus COVID-19, dia sedang dirawat di rumah sakit. (video screenshot)

Suara wanita itu lemah, dan disertai batuk parah saat berbicara. Dia mengatakan : “Saya mengalami kesulitan bernapas, dan dada saya sangat sesak. Saya sedang diinfuse dan menunggu tempat pembaringan”.

Video tersebut memperlihatkan seorang wanita duduk di kursi di ruang gawat darurat yang dikelilingi oleh pasien yang sakit kritis berbaring di tempat tidur rumah sakit. Ia sedang menerima inhalasi oksigen dan infus sambil menunggu sampai ada tempat pembaringan yang kosong.

Menurut laporan dari Radio Free Asia, seorang netizen Tiongkok yang memposting tulisan untuk kalangannya sendiri menyebutkan bahwa seorang kolega di Beijing yang merupakan seorang ahli patologi mengatakan sesuatu yang “mengerikan”. Yaitu ada laporan internal PKT yang bunyinya : Ada banyak strain asli yang entah dari mana asalnya yang bercampur-baur dalam epidemi ini, jadi ada banyak orang dewasa yang mengalami paru-paru putih

Netizen tersebut juga menyebutkan : Karena tidak melakukan pengurutan asam nukleat, sehingga tidak diketahui apakah itu strain asli atau bukan.

Sebelumnya, seorang peneliti bermarga Li dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hebei Handan menjelaskan kepada Radio Free Asia pada 22 Desember, bahwa saat ini, kedua galur mutan Omicron dan Delta mungkin ada di Tiongkok pada waktu yang sama, sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Karena penguncian, jadi virus tidak memiliki waktu untuk bermutasi dari Delta ke Omicron, sehingga keduanya hidup berdampingan, menimbulkan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada Hongkong, Singapura, dan wilayah lainnya.

Para ahli khawatir dengan penyebaran epidemi di Tiongkok yang berpenduduk 1,4 miliar jiwa ini dapat menyebabkan mutasi baru virus, dan membentuk strain mutan dengan patogenisitas dan tingkat kematian yang lebih kuat. (sin)