Rumah Duka di Xi’an, Tiongkok Penuh Sesak  dengan 300 Jenazah per Hari Menunggu Kremasi, Juga Terjadi di Sejumlah Kota

Luo Tingting/Wen Hui

Setelah Beijing dan Shanghai, jumlah kematian akibat epidemi di Xi’an, Ibu Kota Provinsi Shanxi Tiongkok  juga meroket. Gambar lautan manusia di rumah duka di Xi’an viral di Internet, tetapi langsung diblokir oleh Weibo. Menurut orang dalam, lebih dari 300 jenazah dikirim untuk dikremasi setiap hari dan rumah duka di Xi’an  penuh sesak selama beberapa hari berturut-turut.

Pada 28 Desember, sebuah gambar menjadi viral di media sosial di daratan Tiongkok. Di aula kebaktian sebuah rumah duka di Xi’an, kerumunan orang berpakaian berkabung  berbondong-bondong ke konter untuk meminta tempat. Di alun-alun di luar rumah duka, hampir seribu kerabat yang berkabung.

Seorang netizen berkata: “Gambar rumah duka di Xi’an penuh dengan  orang-orang yang berdesakan. Apakah tak takut terinfeksi lebih lanjut? Biarkan orang-orang dari Komisi Kesehatan dan Kesejahteraan melihatnya. Ada ratapan di mana-mana!”

Media Hong Kong “Ming Pao”  melaporkan bahwa orang dalam di Xi’an mengungkapkan bahwa rumah duka telah penuh sesak selama beberapa hari berturut-turut, dengan lebih dari 300 jenazah dibawa setiap hari. Dulu rumah duka hanya bekerja setengah hari, dan sekarang  bekerja sepanjang hari dan masih tidak bisa mengkremasi semua jenazah.

Akun Weibo V “Arthur Duan Dong” memposting padal 25 Desember dengan bertuliskan : “Seorang senior meninggal dunia di Xi’an karena infeksi coronavirus. Krematorium kekurangan mobil jenazah dan ambulans disewa untuk membawa jenazahnya. Aula pemakaman penuh sesak dengan orang-orang. Freezer mayat penuh dan tidak ada tempat. Ada lebih dari 50 jenazah berjejer di freezer menunggu untuk dikremasi.”

Pada  28 Desember, akun “Zhang Yi’an-Long Zhan Yuye” menuliskan pesan : Secara resmi, hanya tiga kematian yang dilaporkan pada 27 Desember, tetapi kerumunan orang di rumah duka Xi’an dan antrean panjang di rumah duka Guangzhou tidak disebabkan oleh coronavirus. Kami diberitahu oleh para ahli terkemuka dan mantan pemimpin redaksi yang terkenal bahwa tidak ada penyakit serius atau kematian yang meluas. Saya sama sekali tidak marah.”

Akun “liudaitsing” menuliskan pesan pada 29 Desember: “Ada kerumunan besar orang di dalam dan di luar rumah duka di Xi’an. Netizen dari seluruh negeri juga melaporkan bahwa rumah duka dan krematorium semuanya penuh. Zhong Nanshan tak percaya bahwa jutaan orang meninggal dunia di Tiongkok setelah blokade dibuka. Mengapa Anda tidak keluar dan menjelaskannya fenomena sekarang? Apakah benar atau tidak?”

Namun, seorang reporter dari NTD memeriksa pada 29 Desember dan menemukan bahwa gambar lautan manusia di rumah duka di Xi’an telah diblokir di Weibo.

Netizen dengan marah menegur: “Mengapa gambar ini tidak boleh dilihat? Bukankah ini kenyataan? Anda mempostingnya dan menghapusnya dalam hitungan detik, tidak ada yang akan dapat melihatnya.”

Ribuan Orang Berbaris di Rumah Duka Guangzhou

Ada antrian panjang di semua rumah duka di Guangzhou selama beberapa hari.

Video di internet menunjukkan bahwa jumlah orang yang mengantre sudah mencapai ribuan orang dan beberapa orang telah membawa bangku untuk duduk dan menunggu.

Ada juga “calo” di rumah duka yang menjual kembali nomor kremasi, dan dipukuli oleh anggota keluarga almarhum, dan polisi tidak dapat menghentikan mereka.

Rumah Duka Shanghai Penuh Sesak, Nomor Antrean Kremasi Dijual Seharga 30.000 Yuan

Sebuah rumah duka di Shanghai juga penuh sesak dengan orang-orang yang memanfaatkan kesempatan untuk menjual nomor kremasi, dengan satu nomor dijual seharga 30.000 RMB.

Seorang karyawan perusahaan layanan pemakaman di Shanghai mengatakan kepada NTD, “Terlalu banyak kematian, (mobil jenazah) tidak bisa dipanggil, sekarang mereka pergi ke rumah duka untuk mengantre, tampaknya hanya ada 200 nomor sehari.

Warga di Shanghai Memperingatkan tentang Kremasi Jenazah di Lingkungannya

Seorang warga Desa Caiuyu Er di Pudong, Shanghai, memposting pesan di grup komunitasnya pada  28 Desember. Ayahnya meninggal dunia pada  26 desember setelah terjangkit COVID, tetapi rumah duka tidak dijadwalkan untuk menerimanya sampai setelah Hari Tahun Baru. Ia terpaksa mencari tempat terbuka di lingkungannya untuk membakar jenazahnya. Insiden ini membangkitkan perhatian internet. Komite warga setempat dan polisi segera turun tangan untuk memindahkan jenazah dan berjanji akan mengkremasinya hari ini.

Rumah Sakit Fangcang Shenyang Digunakan Sebagai “Kamar Mayat”

Rumah duka di Beijing tidak mampu mengkremasi, sehingga banyak orang mengambil kesempatan untuk menghasilkan uang dengan membantu orang-orang mengatur “kremasi mendesak” melalui koneksi, melakukan pungli dengan  RMB.10.000 hingga RMB.50.000 per jenazah.

Rumah duka di Shenyang, Liaoning, tidak memiliki tempat untuk menyimpan jenazah dan harus meminta rumah sakit darurat Fangcang sebagai “kamar mayat”. Ratusan jeanazah ditempatkan di rak rumah sakit darurat.

Netizens berkomentar: “Setelah digunakan orang hidup, dan sekarang digunakan oleh orang mati. Semuanya dijadikan peluang bisnis di mana-mana.” (hui)