Pakar : Otoritas Tiongkok Dinilai Sengaja Mendorong Warga Terinfeksi COVID-19 Demi Mencapai Herd Immunity

 Hannah Ng dan Kevin Hogan

Setelah meluasnya aksi protes terhadap lockdown pada  November 2022, rezim Tiongkok tiba-tiba membalikkan kebijakan nol-COVID yang ketat pada awal Desember dalam dorongan berbahaya bagi Tiongkok demi mencapai herd immunity atau kekebalan kawanan  secepat mungkin.  Hal demikian diungkapkan oleh seorang pakar. 

Sejak pembalikan aturan, COVID-19 telah memporak-porandakan populasi Tiongkok, yang tidak siap menghadapi perubahan mendadak setelah tiga tahun pembatasan nol-COVID.

Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah secara sengaja membalikkan kebijakannya sehingga negara itu dapat mencapai Herd Immunity (kekebalan kawanan) secepat mungkin, demikian ungkap mantan ahli virologi Angkatan Darat Amerika Serikat Dr. Xiaoxu Sean Lin.

“Jadi pada dasarnya PKT mengadopsi strategi yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan kebijakan Nol-COVID, mereka benar-benar mendorong orang untuk terinfeksi agar mendapatkan apa yang disebut Herd Immunity sesegera mungkin,” Dr. Lin, yang juga asisten profesor di Departemen Ilmu Biomedis di Feitian College kepada NTD pada 3 Januari.

“Sebenarnya, saat ini, Anda lihat di Tiongkok, mereka mengizinkan banyak tempat untuk menyelenggarakan acara besar, untuk perayaan Tahun Baru. Anda melihat puluhan ribu orang berkumpul bersama untuk merayakan Tahun Baru,” tambahnya.

Dr. Sean Lin, mantan direktur lab cabang penyakit virus di Walter Reed Army Institute of Research. (Sumber The Epoch Times)

Menurut laporan dari media yang dikelola pemerintah Tiongkok, Global Times, pada  31 Desember, ribuan orang berkumpul di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok Tengah untuk menghadiri acara hitung mundur. The Bund, jalan setapak tepi sungai yang terkenal di Shanghai, penuh sesak dengan orang-orang. Sementara itu, kerumunan besar orang menyaksikan kembang api di jalanan di Xi’an, Provinsi Shaanxi, barat laut Tiongkok, pemandangan yang belum pernah terjadi dalam tiga tahun.

“Mereka pada dasarnya mendorong banyak orang untuk terinfeksi parah dan banyak yang akan berakhir di ICU atau meninggal dunia dan itu terjadi pada saat Tiongkok berada dalam kekurangan, sangat buruk bahkan untuk obat-obatan anti [COVID] Paxlovid,” katanya.

Satu-satunya obat asing untuk pengobatan COVID-19 yang telah menerima persetujuan nasional dari regulator Tiongkok adalah Paxlovid. Namun, mendapatkan akses ke sana cukup sulit. Obat antivirus itu ditawarkan melalui portal perawatan kesehatan Tiongkok awal bulan ini, dan dengan cepat terjual habis, demikian yang dilaporkan CNN pada 26 Desember.

Dia menggambarkan situasinya sebagai “bencana yang sangat besar” karena “begitu banyak orang akan meninggal dunia karena mereka tidak dapat mengakses perawatan medis.”

Kebocoran Angka Infeksi yang Disengaja

Sebagai Anggota  Committee on the Present Danger: China, Lin percaya bahwa kebocoran angka infeksi Tiongkok adalah langkah yang disengaja terkait dengan sistem pemerintahan saat ini yang dipimpin oleh perdana menteri Tiongkok yang akan keluar, Li Keqiang.

Lin menggambarkan Li sebagai orang yang “lebih membumi”.

“Jadi kadang-kadang Anda melihat beberapa data keluar dari sistem,” kata Lin, mengutip pernyataan baru-baru ini yang dibuat oleh Zeng Guang, mantan kepala epidemiologi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.

Zeng kepada panel online pada 29 Desember 2022, menurut media pemerintah pernah berkata :  “Kami tidak menyangka gelombang pertama akan sekeras ini.”

Berdasarkan perkiraan Zeng, lebih dari 80 persen penduduk Beijing, atau 17,6 juta orang, mungkin telah terinfeksi COVID-19.

Secara terpisah, bocoran gambar makalah dari konferensi PKT mengungkapkan bahwa pihak berwenang percaya sebanyak 248 juta orang terinfeksi dalam 20 hari pertama bulan Desember. Selain itu, virus tersebut juga telah menginfeksi lebih dari separuh penduduk di Beijing dan provinsi Sichuan di Tiongkok barat daya, demikian menurut dokumen tersebut.

Sementara itu, anggota Politbiro yang baru terpilih, Li Qiang, yang menurut Lin, sebenarnya memimpin dalam mengendalikan situasi pandemi di Tiongkok, ingin “menutupi informasi yang sebenarnya tentang infeksi, rawat inap, dan orang-orang di ICU serta jumlah yang meninggal dunia.”

Lin mengatakan jumlah yang meninggal dunia seharusnya dari rezim Tiongkok sejak awal pandemi – sekarang mencapai 5.253 – adalah “lelucon”.

“Ini benar-benar angka yang tidak dapat dipercayai siapa pun saat ini,” katanya.

“Jadi saya pikir kenyataannya jauh lebih buruk daripada yang dilihat dunia melalui data resmi,” katanya.

“Saya pikir pada Januari atau bahkan pada bulan Februari, kita masih akan melihat puncak yang sangat tinggi dari jumlah korban meninggal dunia  dari Tiongkok, jumlah yang sebenarnya,” Lin memprediksi.

Eva Fu dan Dorothy Li berkontribusi untuk laporan ini.