Banyak Warga Positif COVID-19 Mudik dan Pulang Kampung untuk Imlek akan Memperparah Situasi Epidemi Pedesaan

oleh Li Mei dan Jiang Dia

Merebaknya epidemi di Tiongkok saat ini bertepatan dengan gelombang pulang rumah para pekerja migran untuk merayakan Tahun Baru Imlek yang telah berlangsung selama lebih dari sebulan. Sebelumnya, otoritas Tiongkok terpaksa mengakui bahwa situasi epidemi di daerah pedesaan Tiongkok sedang menghadapi tantangan berat.

Menurut pernyataan resmi, gelombang pulang kampung tahun ini dimulai pada 7 Januari dan akan berakhir pada 15 Februari. Para pekerja migran yang sudah 3 tahun tidak bisa pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru Imlek bersama keluarga mereka karena lockdown ketat PKT, kini jadi berlomba untuk memenuhi harapan setahun sekali tersebut. 

Ma Long, seorang pekerja migran mengatakan : “Karena epidemi, lockdown sudah berlangsung selama 3 tahun, cukup panjang waktunya, akhirnya penguncian dicabut jadi bisa pulang”.

Feng Hongwei, pekerja migran lainnya menuturkan : “Saya sudah dua tahun tidak pulang. Jadi cukup semangat dan gembira. Sudah 2 tahun tidak bertemu orang tua, itu membuat saya bersemangat”.

Namun, saat ini, situasi epidemi di sejumlah kota besar seperti Beijing sedang merajalela, rumah sakit penuh sesak oleh pasien yang terinfeksi COVID-19. Rumah duka/krematorium kewalahan menghadapi penanganan jenazah. Apakah dengan banyaknya warga positif COVID-19 yang kembali ke kampung halaman mereka pada musim dingin ini tidak akan memperparah situasi epidemi di daerah pedesaan ?

Seorang pekerja migran bermarga Zhang mengatakan : “Saya merasa ketika musim dingin tiba, terutama ketika terjadi perubahan iklim, banyak warga lansia desa meninggal dunia. Sembahyang arwah dengan menabuh genderang dan gong sering dapat kita jumpai. Saya merasakan bahwa ketika perubahan iklim, banyak orang tua yang meninggal dunia”.

Secara umum, sumber daya medis di pedesaan Tiongkok jauh lebih terbatas. Menurut data resmi, dokter pedesaan cuma menyita 5,9% dari total tenaga kesehatan nasional, jadi rata-rata di setiap klinik desa hanya ada 1,5 orang dokter yang bertugas.

Media Shaanxi melaporkan bahwa seorang dokter khawatir terhadap “nasib” penduduk desa terutama yang berusia lanjut, karena mereka berisiko terkena infeksi sekunder, sedangkan obat-obatan untuk antivirus jauh dari cukup.

Menurut laporan Journal of Nature Medicine pada 13 Januari 2023, tercatat hingga 22 Desember 2022, proporsi populasi Beijing yang terinfeksi COVID-19 telah mencapai 75,7%. Mereka memperkirakan bahwa pada 31 Januari nanti, dari 22 juta penduduk Beijing yang positif terinfeksi dapat mencapai 92,3%. (sin)