Dengan Menurunnya Populasi, Tiongkok Kehilangan Pamor Sebagai Pasar Terbesar Dunia

 oleh Yang Wei

Pada 17 Januari, pemerintah komunis Tiongkok mengumumkan bahwa populasi Tiongkok tahun 2022 mengalami pertumbuhan negatif. Sebelumnya, dunia luar telah menduga bahwa Beijing terus menciptakan data palsu tentang jumlah total penduduk Tiongkok. Ketika epidemi menyebabkan banyak kematian, pemerintah komunis Tiongkok tidak dapat lagi menutupi tren penyusutan populasi. Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong dengan jelas menyatakan : PKT telah menutupi fakta tentang epidemi selama lebih dari tiga tahun, dan epidemi di Tiongkok telah menyebabkan kematian 400 juta orang. Ini berarti bahwa populasi Tiongkok sekarang telah anjlok hingga 1 miliar jiwa atau sudah kurang. Selain itu juga mencerminkan bahwa dalam 3 tahun terakhir ini ekonomi Tiongkok mengalami penyusutan yang tajam, sehingga pamor Tiongkok sebagai pasar terbesar di dunia telah memudar.

Tiongkok bukan lagi negara terpadat di dunia

Dalam konferensi pers Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang diadakan pada 17 Januari, seorang reporter media bertanya : Sebagaimana yang dilaporkan bahwa jumlah populasi Tiongkok pada akhir tahun 2022 adalah 1.411.750.000 jiwa, sedangkan jumlah penduduk India yang diumumkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun lalu diperkirakan mencapai 1,412.000.000 jiwa, yang mana menunjukkan India telah melampaui Tiongkok dalam jumlah penduduk dan menjadi negara terpadat di dunia. Bagaimana pendapat pihak Tiongkok tentang masalah ini ?

Jawaban yang disampaikan secara samar-samar oleh pejabat Kementerian Luar Negeri Tiongkok itu tidak penting, tetapi bagaimana pun juga terpaksa harus mengakui bahwa Tiongkok bukan lagi negara terpadat di dunia. Entahlah, apakah pada waktu PKT menciptakan angka 1,41 miliar jiwa itu tidak sadar bahwa angka itu lebih rendah dari jumlah penduduk India ? Tetapi yang jelas, dampaknya yang bakal muncul di kemudian hari adalah apa yang tidak diinginkan oleh rezim Beijing dan PKT.

Pengakuan Beijing terhadap pertumbuhan populasi yang negatif tidak akan menghilangkan keraguan dunia luar, tetapi hanya akan menambah keraguan dan kekhawatiran. Sebuah penilaian yang dibuat lembaga Jepang pernah menggunakan jumlah total garam dapur sebagai parameter untuk memperkirakan jumlah penduduk Tiongkok, dan hasil kesimpulannya adalah bahwa populasi Tiongkok sekitar 800 juta jiwa.

Sejak 2017, PKT terus bertahan untuk mengklaim bahwa populasi Tiongkok adalah 1,4 miliar lebih jiwa, meskipun dunia luar bersikap pesimis terhadap angka itu dan memperkirakan total populasi Tiongkok berkisar antara 800 juta hingga 1,2 miliar. Beberapa waktu lalu, Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong dengan jelas menyatakan : PKT telah menutupi fakta tentang epidemi selama lebih dari tiga tahun, dan epidemi di Tiongkok telah menyebabkan kematian 400 juta orang. Ini berarti bahwa populasi Tiongkok saat ini telah turun tajam menjadi sekitar 1 miliar jiwa. Jika angka 1,4 miliar yang diumumkan oleh PKT pada tahun 2019 juga merupakan angka buatan, bisa jadi populasi aktual Tiongkok yang saat ini sedang menghadapi parahnya epidemi sudah menurun hingga di bawah 1 miliar. Mungkin saja tidak jauh dengan angka hasil kesimpulan lembaga Jepang yang 800 juta jiwa. 

Guru Li Hongzhi juga menyatakan bahwa ketika gelombang epidemi ini berakhir, Tiongkok akan kehilangan 500 juta jiwa. Ini berarti populasi Tiongkok pada tahun 2023 masih akan berkurang sebanyak 100 juta jiwa.

Tentu saja menyedihkan bahwa begitu banyak warga negara Tiongkok yang telah dan akan meninggal dunia. Meskipun demikian, PKT masih saja berusaha menutupi kenyataan yang membuat masyarakat dalam dan luar negeri marah. Fakta tidak akan berubah. Perekonomian Tiongkok telah mengalami kesulitan selama tiga tahun terakhir. Kegilaan PKT terlihat jelas bagi semua orang. Penurunan populasi yang tajam berarti ekonomi Tiongkok seharusnya menyusut .

Perekonomian Tiongkok sepertinya tidak tumbuh dalam tiga tahun terakhir

Lebih dari setahun yang lalu, pada 10 Desember 2021, konferensi kerja ekonomi PKT telah mengakui bahwa perkembangan ekonomi sedang menghadapi 3 tekanan kuat dari permintaan yang menyusut, guncangan pasokan, dan ekspektasi yang melemah. Pada saat itu konferensi kerja ekonomi juga menghasilkan keputusan yang menghendaki seluruh partai dan organ pemerintah untuk “mengencangkan tali pinggang” untuk menghadapi hari-hari mendatang yang lebih sulit.

Pada tahun 2021, PKT mengumumkan bahwa PDB tahunan akan menjadi RMB. 114 triliun, meningkat 8,1%, dan telah berulang kali mengklaim bahwa pencegahan dan pengendalian epidemi serta pembangunan ekonomi “jauh lebih unggul” dari negara mana pun di dunia. Namun, pada akhir tahun 2021, PKT mengklaim bahwa pembangunan ekonomi menghadapi 3 tekanan kuat, bahkan mencantumkan “permintaan yang menyusut” di daftar urutan teratas sebagai alasan ekonomi gagal ditumbuhkan. Ini menunjukkan bahwa para pemimpin puncak PKT sepenuhnya memahami data sebenarnya tentang jumlah kematian akibat epidemi, dan penurunan tajam populasi pasti akan menyebabkan kontraksi permintaan. Ini mungkin juga menjelaskan mengapa PKT dengan cemas mendesak rakyat jelata untuk memiliki anak kedua atau ketiga secepat mungkin.

Pada tahun 2020, Tiongkok dan seluruh dunia “menutup diri” akibat COVID-19 sehingga pertumbuhan ekonomi pun terganggu. Namun, PKT mengklaim bahwa epidemi hanya menyebabkan ribuan orang meninggal. Pada akhir tahun, masih mengarang data palsu pertumbuhan PDB tahunan Tiongkok yang sebesar 2,3%, dan mengklaim bahwa total PDB mencapai lebih dari RMB. 100 triliun. Yang pasti, pemerintah komunis Tiongkok telah menutupi sejumlah besar kematian akibat epidemi. Ekonomi Tiongkok kemungkinan besar telah menyusut saat itu, dan tidak ada harapan untuk melampaui Amerika Serikat pada tahun 2020.

Di tahun 2021, epidemi di Tiongkok belum benar-benar mereda, masih banyak kematian sehingga jumlah populasi terus menurun, skala ekonomi masih menyusut. Perekonomian negara-negara di seluruh dunia berangsur pulih, kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh PKT untuk mengklaim bahwa pesanan asing mulai berdatangan untuk menutupi fakta bahwa ekonomi Tiongkok sebenarnya masih terus menyusut. Jika “pesanan asing mulai berdatangan” itu benar, mengapa PKT pada akhir tahun 2021 menyebutkan bahwa pembangunan ekonomi menghadapi 3 tekanan kuat, bahkan “kontraksi permintaan” menempati urutan pertama alasan. Rahasia jadi bocor.

Pada tahun 2022, pemerintah Tiongkok mungkin menghadapi kesulitan dalam mengarang angka-angka tersebut akibat penutupan kota yang terus menerus yang membuat perekonomian terhenti sama sekali. Sehingga mereka hanya memunculkan pertumbuhan PDB sebesar 3% pada tahun 2022, itu saja tanpa embel-embel. Pada saat yang sama mereka terpaksa mengakui tentang populasi yang tubuhnya negatif.

Dalam tiga tahun terakhir, dengan penurunan tajam dalam jumlah penduduk dan terus menyusutnya ekonomi Tiongkok, skup pasar jadi ikut mengecil. Dengan berkurangnya orang, konsumsi harian juga menurun, permintaan perumahan berkurang. Karena itu, banyak usaha besar dan kecil bangkrut, PHK terjadi di mana-mana.

Pada 9 Januari, Li Keqiang, Perdana Menteri Tiongkok yang masa jabatannya tingga beberapa bulan. Saat mengunjungi Administrasi Negara untuk Peraturan Pasar, ia mengatakan : “Entitas pasar, terutama usaha kecil, menengah dan mikro, industri rumah tangga dan komersial individu saat ini sedang menghadapi kesulitan besar dan masalah baru”. Sebelum lengser, Li Keqiang tampaknya masih berusaha mengungkap situasi sebenarnya di Tiongkok.

“Tiongkok merupakan pasar yang sangat besar” sebagaimana yang sering diklaim oleh para pemimpin Partai Komunis Tiongkok dengan cepat kehilangan nilainya.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He saat berpidato di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada 17 Januari 2023. (Fabrice Coffrini/AFP/Getty Images)

Seberapa besar pasar Tiongkok yang masih tersisa ?

Mengingat fakta bahwa populasi Tiongkok telah menurun tajam dalam tiga tahun terakhir, rangkaian data ekonomi yang dibuat oleh PKT pada dasarnya tidak memiliki nilai referensi. Ketika belum lama ini pemerintah Tiongkok mengumumkan data ekonominya untuk tahun 2022, ia masih mengklaim bahwa Tiongkok belum mampu membebaskan diri dari 3 tekanan kuat yakni permintaan domestik yang menyusut, guncangan pasokan, dan ekspektasi yang melemah.

Dari 15 hingga 16 Desember 2022, Konferensi Kerja Ekonomi Tiongkok tiba-tiba membalikkan kebijakan ekonomi yang sudah diputuskan dalam Kongres Nasional ke-20, mereka tidak lagi menekankan “sirkulasi internal” dan “Berdikari”, tetapi tiba-tiba beralih ke “berfokus terhadap masalah yang dihadapi perusahaan swasta, dan melakukan hal-hal praktis”. Pada saat yang sama mereka mengklaim “ingin terus memainkan peran ekspor dalam mendukung perekonomian”, juga “lebih menggencarkan upaya untuk menarik dan memanfaatkan modal investasi asing”.

Jelas, para pemimpin tertinggi PKT menyadari sepenuhnya berapa banyak warga negara di daratan Tiongkok yang telah meninggal akibat epidemi, dan mereka juga menyadari keseriusan penyusutan ekonomi akibat penurunan tajam populasinya. Mereka harus mencoba lagi untuk menipu perusahaan swasta dan modal asing untuk menyelamatkan rezim PKT yang saat ini sudah kritis. Permintaan domestik Tiongkok tidak lagi dapat diandalkan, dan “sirkulasi internal” bahkan tidak lagi dapat dijadikan slogan. Pemimpin puncak PKT dipaksa untuk menekankan perlunya memulihkan “kepercayaan” dalam pembangunan ekonomi.

Pada 17 Januari, di Forum Ekonomi Dunia yang diadakan di Davos, Swiss, Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He berpidato, mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok “akan tetap mempertahankan perluasan keterbukaan di segala arah kepada dunia luar”.

Saat ini, rantai pasokan negara-negara Barat sedang dengan cepat meninggalkan daratan Tiongkok. PKT lagi-lagi menyembunyikan jumlah kematian kasus epidemi membuat negara-negara merasa lebih berisiko untuk berinvestasi di Tiongkok. Propaganda PKT sudah tidak ada yang mau percaya. Saat ini, Beijing terdesak untuk mengakui bahwa jumlah populasi Tiongkok sudah tumbuh secara negatif, yang selanjutnya membenarkan keraguan dari berbagai negara bahwa pasar besar Tiongkok sudah tidak lagi sebesar dulu.

Dalam pemasaran, basis populasi merupakan indikator penelitian pasar utama, dan berbagai perusahaan multinasional yang memasuki pasar Tiongkok telah berusaha mendapatkan statistik nyata tentang populasi Tiongkok. Kesimpulan mereka adalah bahwa pengecer internasional besar yang pernah masuk ke Tiongkok, kecuali Wal-Mart, yang masih bertahan, semuanya telah mundur dari Tiongkok. Costco, yang baru saja memasuki Tiongkok dan mampu menggeser supermarket lokal, mungkin dalam waktu tak lama lagi dapat menemukan bahwa untuk melanjutkan ekspansi di luar kota-kota besar Tiongkok akan menghadapi risiko yang tidak kecil.

Pada 17 Januari, Kantor Berita Xinhua mengutip ucapan Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang menyebutkan : “Seiring dengan membaiknya situasi epidemi di Tiongkok, yang mempercepat normalisasi kehidupan dan produksi, vitalitas ekonomi, kegiatan masyarakat dan potensi Tiongkok yang sepenuhnya dapat dilepaskan, maka itu akan menjadi pendorong bagi pemulihan ekonomi dunia”.

Epidemi belum berakhir, tetapi teriakan kosong PKT itu justru mengungkap kurangnya kepercayaan diri dari para pemimpin puncak PKT. Pada hari yang sama, Kantor Berita Xinhua malahan menerbitkan artikel berjudul “Laporan Forum Ekonomi Dunia Menunjukkan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Eropa dan Amerika pada 2023 Sangat Suram”. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tidak akan diperoleh dengan PKT menjelek-jelekkan ekonomi Eropa dan Amerika Serikat. Kelesuan ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat pasti berpengaruh dan akan membuat investasi asing Tiongkok dan pesanan ekspor terus menurun.

Amerika Serikat dan negara-negara lain menawarkan bantuan kepada Tiongkok dalam perang melawan epidemi, tetapi PKT menolaknya dengan berpura-pura masih sanggup bertahan, dan berulang kali menyembunyikan kebenaran tentang epidemi. Pada 8 Januari, PKT mencabut larangan bagi warganya untuk bepergian ke luar negeri, bahkan memfitnah pembatasan masuk dan pencegahan epidemi turis Tiongkok oleh berbagai negara sebagai “manipulasi politik”.

Pada akhir gelombang epidemi ini, populasi Tiongkok akan berkurang lagi sebanyak 100 juta jiwa. Dan, sejauh mana penyusutan skup pasar Tiongkok akan terus dipantau secara saksama oleh pemerintah dan perusahaan multinasional. Pamor pasar besar Tiongkok benar-benar sedang memudar, dan rakyat Tiongkok yang menderita memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang PKT. Saat ini, slogan “reformasi dan keterbukaan” sudah tidak lagi dapat menyelamatkan rezim Partai Komunis Tiongkok. (sin)