Misteri Epidemi Tiongkok : Mengapa Strain Virus yang Sama Menimbulkan 2 Keadaan yang Berbeda ?

oleh Lin Yutang dan Zhang Ruizhen 

Setelah Tiongkok membuka perbatasannya pada 8 Januari, media resmi Tiongkok melaporkan bahwa rata-rata setiap hari ada sekitar 500.000 orang warga yang melakukan lintas perbatasan melalui berbagai bandara. Kementerian Taiwan dalam upayanya untuk mengumpulkan strain virus “bawaan” wisatawan asal daratan Tiongkok yang memasuki Taiwan menemukan bahwa, strain virus “bawaan” mereka masih terutama BA.5 dan BF.7.

Hal yang menarik perhatian kalangan medis dunia adalah mengapa strain virus yang sama tetapi hanya di daratan Tiongkok yang menyebabkan epidemi yang begitu serius ?

Seorang wisatawan asal Tiongkok di Bandara Internasional Ibukota Beijing mengatakan : “Kami merasa senang karena kami sudah bisa melakukan perjalanan keluar kota, pergi ke tempat-tempat yang tidak bisa kami kunjungi dalam waktu 3 tahun terakhir.”

Warga negara Tiongkok kini telah terbebas dari jeratan larangan ekstrim dan tidak manusiawi dari pemerintah komunis Tiongkok selama tiga tahun terakhir. Mulai dari 7 Desember tahun lalu, mereka tidak perlu lagi menjalani tes asam nukleat dan memeriksa kode kesehatan setiap hari, dan mereka dapat dengan bebas bepergian ke luar negeri mulai 8 Januari 2023. Namun, akibat PKT terus menyembunyikan data epidemi yang sebenarnya, menyebabkan banyak negara memperkuat pengendalian terhadap penyebaran epidemi terutama dengan masuknya wisatawan asal Tiongkok.

Guido Bertolaso, Kepala Dinas Kesehatan Lombardy, Italia mengatakan : “Dari gelombang pertama wisatawan asal Tiongkok yang datang, terdapat 35 dari 92 orang yang dinyatakan positif COVID-19. Yang lebih celaka adalah 62 dari 120 orang wisatawan yang datang pada gelombang berikutnya telah dinyatakan positif COVID-19.”

Pada akhir Desember tahun lalu, Italia melakukan skrining COVID-19 terhadap seluruh wisatawan asal Tiongkok yang masuk Italia, dan menemukan bahwa lebih dari separuh wisatawan tersebut telah didiagnosis positif COVID-19. Setelah itu, pemerintah Jepang, Korea Selatan, termasuk banyak negara Eropa dan Amerika Serikat juga memperkuat pengendalian dan pencegahan, tetapi ada juga negara yang memilih untuk tidak menerapkan inspeksi wajib, termasuk Selandia Baru, Indonesia, dan Thailand.

Wisatawan asal Tiongkok yang tiba di Thailand mengatakan : “Kami sangat senang bisa kembali ke Thailand, kami telah menunggu selama tiga tahun !”

Pada 11 Januari media Tiongkok melaporkan bahwa hampir setengah dari wisatawan asal Tiongkok melakukan perjalanan ke Thailand. Media Thailand “The Bangkok Post” mengutip informasi dari penanggung jawab Bandara Suvarnabhumi memberitakan bahwa selama periode Tahun Baru Imlek dari 16 hingga 28 Januari, wisatawan asal daratan Tiongkok yang datang diperkirakan mencapai 1,8 juta orang.

Menurut sekuensing gen yang dirilis oleh Pusat Komando Epidemi Pusat Taiwan, strain virus utama yang menyebar di daratan Tiongkok masih terutama BA.5 dan BF.7. Secara umum, tingkat penyakit parah dan kematian yang disebabkan oleh strain virus ini seharusnya relatif lemah, tetapi mengapa ada di daratan Tiongkok justru menyebabkan tingkat kematian yang begitu tinggi ? Ini yang perlu menjadi perhatian. Mungkinkah epidemi menarget PKT itu benar adanya.

Tang Jingyuan, seorang komentator dan pemerhatian urusan Tiongkok mengatakan : “Virus yang sama, tetapi di daratan Tiongkok ia berpenampilan seperti ledakan bom nuklir, bahkan infeksi ulang yang menyebabkan penyakit berubah serius sering muncul. Lalu mengapa orang yang terinfeksi virus yang sama di daratan, setelah tiba di luar negeri, strain virus itu langsung menunjukkan penampilan yang berbeda ?”

Tang Jingyuan yang juga memiliki latar belakang medis, percaya bahwa dengan perkembangan epidemi, fakta sebenarnya akan menjadi semakin jelas. (sin)