Xi Jinping Berada dalam Dilema Hadapi Epidemi yang Telah Diprediksikan Menarget PKT

 oleh Luo Tingting

Pada 18 Januari, Xi Jinping untuk pertama kalinya berbicara secara terbuka tentang situasi di Tiongkok pasca pelonggaran pencegahan epidemi, dan menjelaskan soal kebijakan pencegahan epidemi ketat yang telah berlangsung selama 3 tahun terakhir. Fakta membuktikan bahwa Xi Jinping sedang menghadapi dilema dalam upaya mencegah penyebaran epidemi. Pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi beberapa tahun sebelumnya telah memprediksikan bahwa epidemi ini menarget partai Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping Mengklaim kebijakan Nol Kasus adalah Benar

Media Partai Komunis Tiongkok “CCTV News” dalam laporannya menyebutkan bahwa Xi Jinping menyampaikan rasa simpatinya kepada pejabat partai akar rumput dan pemerintah melalui konferensi video di Balai Agung Rakyat, Beijing pada 18 Januari. Xi juga menghubungi Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Kedokteran Harbin untuk menanyakan ihwal situasi perawatan rumah sakit setelah adanya penyesuaian kebijakan pencegahan epidemi.

Xi Jinping mengatakan bahwa dalam tiga tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah secara ketat menerapkan “Kontrol kelas A terhadap penyakit kelas B” (yaitu, kebijakan lockdown ketat) adalah pilihan yang tepat. Karena ia sanggup menekan tingkat keparahan penyakit dan tingkat kematian.

Xi juga mengatakan bahwa sekarang pencegahan epidemi telah memasuki tahap baru, yang masih membutuhkan “perjuangan keras”.

Seorang pasien yang menerima oksigen di koridor rumah sakit Beijing pada 2 Januari 2023. (Getty Images)

Pejabat WHO Mengungkapkan Kebenaran

Namun, pejabat Organisasi Kesehatan Dunia pernah mengungkapkan bahwa kebijakan Nol Kasus tidak efektif melawan virus (COVID-19). Sebelum Beijing memutuskan untuk melonggarkan secara total pencegah penyebaran, epidemi di Tiongkok sudah menyebar tanpa dapat dikendalikan. Otoritas PKT sangat menyadari hal ini, jadi mereka memutuskan untuk mengubah kebijakan pencegahan epidemi.

Pejabat Politik dan Hukum Senior di Beijing : PKT Menyembunyikan Informasi tentang Sejumlah Besar Pejabat Senior telah Meninggal Sebelum Pencegahan Epidemi Dilonggarkan

Pada 19 Desember tahun lalu, Radio Free Asia mengutip informasi yang disampaikan oleh seorang pejabat politik dan hukum senior di Beijing memberitakan bahwa sebelum Beijing melonggarkan langkah-langkah pencegahan epidemi, telah terjadi infeksi yang luas dalam sistem medis, banyak staf medis dan warga lansia yang positif terinfeksi, jumlah kematian melonjak tinggi, rumah duka / krematorium harus bekerja di luar batas kemampuan, sistem layanan medis menjadi lumpuh akibat kelebihan beban, tetapi situasi ini terus disembunyikan oleh pihak berwenang.

Pejabat senior ini juga mengungkapkan bahwa kerabatnya meninggal dunia karena terinfeksi virus COVID-19 saat menjalani pemulihan kesehatan di rumah sakit, tetapi kesimpulan kematian yang ditulis oleh dokter adalah infeksi saluran kemih. Butuh lima hari bagi jenazah untuk dikremasi.

Dia juga mengungkapkan bahwa penyembunyian fakta tentang epidemi secara langsung menyebabkan kematian sejumlah besar pensiunan pejabat tinggi, dan lebih banyak warga sipil. Dia mengaku bahwa dirinya yang sudah termasuk 1% tingkat sosial golongan atas saja menghadapi banyak hambatan, sulit untuk membayangkan bagaimana situasi yang harus dihadapi oleh rakyat kebanyakan.

Karena PKT terus menutupi fakta mengenai epidemi, data epidemi resmi dipertanyakan secara luas oleh dunia luar, tetapi data yang akurat tidak dapat diperoleh.

Pada 16 Januari, media Epoch Times melaporkan bahwa Guru Li Hongzhi, pendiri Falun Gong mengatakan bahwa selama 3 tahun terakhir PKT terus menutupi fakta tentang epidemi. Epidemi di Tiongkok telah menyebabkan 400 juta orang meninggal dunia. Ketika gelombang epidemi ini berakhir, Tiongkok akan kehilangan 500 juta jiwa.

Guru Li Hongzhi juga mengatakan bahwa ketika SARS muncul terakhir kali, 200 juta orang meninggal di Tiongkok. Bertahun-tahun kemudian, PKT menemukan bahwa populasi telah menurun, dan segera merilis sistem dua dan tiga anak.

Guru Li mengungkapkan bahwa 400 juta orang meninggal akibat wabah di Tiongkok, mengejutkan dunia. Banyak ahli melalui verifikasi dan analisis menemukan bahwa angka ini tidak berbeda jauh dengan fakta yang terjadi.

Misalnya, PKT secara resmi mengumumkan pada 17 Januari bahwa populasi nasional pada akhir tahun 2022 adalah 1,41 miliar jiwa. Namun pada bulan Juli 2022, data yang bocor dari sistem Biro Keamanan Umum Shanghai menunjukkan bahwa setelah epidemi menyebar selama tiga tahun, populasi Tiongkok yang tersisa hanya 1 miliar jiwa.

Pada 22 Desember 2022, sejumlah besar mobil pengangkut jenazah sedang mengantri masuk gerbang krematorium di Beijing. (STF/AFP/Getty Images)

Negara Barat Tidak Menerapkan Lockdown, Justru Membuat Epidemi Cepat Mereda

Selain itu, penutupan kota, karantina berskala besar yang sering dilakukan oleh PKT, dan tes asam nukleat yang terus menerus selama tiga tahun terakhir telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang serius, menimbulkan keluhan publik yang meluas, dan akhirnya memicu terjadinya Revolusi Kertas Putih di seluruh negeri. Sejumlah besar warga sipil Tiongkok turun ke jalan, meneriakkan slogan politik “Partai Komunis Tiongkok mundur”.

Otoritas PKT terpaksa mengeluarkan “10 Aturan Baru” untuk pencegahan epidemi pada 7 Desember, mengumumkan pencabutan kebijakan Nol Kasus. Namun, pelepasan kendali tanpa peringatan dan persiapan itu telah memicu gelombang epidemi yang lebih besar.

Namun, sangat berbeda dari kebijakan Nol Kasus PKT, negara-negara di seluruh dunia lebih memilih untuk hidup berdampingan dengan virus, akhirnya epidemi pun mereda dalam lebih dari dua tahun, roda ekonomi dapat berputar kembali dan kehidupan masyarakat berangsur pulih.

Contoh paling khas adalah penyelenggaraan sepakbola Piala Dunia di Qatar pada bulan November 2022, dimana para pecinta sepak bola dari seluruh dunia berkumpul di stadion. Adegan puluhan ribu orang dalam stadion yang menyaksikan karnaval juga disiarkan secara langsung oleh media resmi PKT. Dan, hal mana sempat berdampak sensorik yang besar terhadap orang-orang Tiongkok yang dikurung dalam rumah dan hanya menjalani tes asam nukleat dari hari ke hari.

Banyak komentar-komentar di Internet yang membandingkan antara kebijakan ketat dalam pencegahan epidemi di Tiongkok dengan “puluhan ribu orang yang bersuka ria di Piala Dunia, mengapa di sana tidak ada wabah, dan mengapa mereka tidak takut tertular?”

Virus  (COVID-19) Menarget Partai Komunis Tiongkok

Setelah PKT gagal dalam memberantas epidemi, baru mau mulai belajar dari model Barat yakni hidup berdampingan dengan virus, dan melonggarkan kebijakannya dalam pencegahan yang ketat. Akibatnya, sejumlah besar kasus parah dan kematian terjadi. Rumah sakit dan rumah duka di seluruh negeri penuh, jenazah terus didatangkan tanpa henti-hentinya ke krematorium.

Berita duka yang diposting di media sosial terus bermunculan, dan sejumlah besar merupakan pejabat senior PKT, anggota partai, dan selebritas dari semua lapisan masyarakat serta dari segala usia yang pro-PKT telah meninggal dunia. Komunitas internasional dikejutkan oleh situasi epidemi di Tiongkok saat ini, banyak ahli berspekulasi bahwa virus varian baru dengan tingkat kematian yang lebih tinggi mungkin sedang menyebar di daratan Tiongkok.

Faktanya, ketika epidemi merebak di Wuhan pada awal tahun 2020, pendiri Falun Gong, Guru Li Hongzhi telah memperingatkan dalam artikelnya yang berjudul “Rasional” : “Tetapi saat ini wabah “virus PKT” (pneumonia Wuhan) kedatangannya adalah dengan maksud – dengan tujuan. Ia adalah datang untuk menyingkirkan partikel partai jahat – orang yang berjalan bersama partai jahat PKT. Jika tidak percaya kalian coba lihatlah, saat ini negara-negara yang paling parah, semuanya adalah yang dekat dengan partai jahat, begitu juga dengan manusia”.

Guru Li Hongzhi memperingatkan manusia di dunia : “Menjauhlah dari partai jahat PKT, jangan berdiri di pihak partai jahat, karena di belakangnya adalah iblis merah, perilaku permukaannya adalah berandal, bahkan berani melakukan segala kejahatan. Dewa akan mulai memberantasnya, dan mereka yang berdiri di pihaknya juga akan disingkirkan. Jika tidak percaya tunggu dan lihat saja”.

Jadi bagaimana kita bisa terhindar dari bencana ini ? Guru Li Hongzhi menunjukkan : “Manusia seharusnya dengan tulus bertobat kepada Dewa, ‘diri saya ada kesalahan di mana, mohon diberikan kesempatan untuk berubah’, ini barulah caranya, ini barulah obat mujarab”.

Guru Li Hongzhi juga memberitahu murid-muridnya cara menyelamatkan orang yang berada dalam bahaya : “Seperti mengklarifikasi fakta – mengajukan 3 pemunduran dan secara tulus melafalkan kata-kata yang mengandung kebenaran,  semuanya itu adalah obat mujarab dan cara menyelamatkan manusia yang terbaik.” (sin)