Belanda dan Jepang akan Menerbitkan Peraturan Baru tentang Pembatasan Ekspor Chip ke Tiongkok

oleh Wang Xiang

Bloomberg melaporkan pada  Kamis (19/1) bahwa Belanda dan Jepang akan bergabung dalam strategi yang dipimpin oleh pemerintahan Biden untuk membatasi ekspor teknologi dan mencegah masuknya Tiongkok ke dalam industri chip. Saat ini, Belanda dan Jepang memiliki pemasok utama peralatan manufaktur semikonduktor di seluruh dunia.

Mengutip sumber yang mengetahui masalah ini Bloomberg melaporkan bahwa, aturan baru tentang kontrol ekspor teknologi baik Belanda dan Jepang dapat disahkan paling cepat pada akhir Januari 2023. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte telah membahas rencana tersebut dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih pada awal bulan ini.

Belanda dan Jepang kemungkinan besar tidak melakukan apa yang telah dilakukan Washington, yang tidak hanya membatasi ekspor peralatan buatan AS, tetapi juga mencegah orang Amerika bekerja sama dengan pembuat chip Tiongkok, kata laporan itu. Meski demikian, begitu ketiga negara tersebut bertindak bersama, maka Beijing dapat semakin terisolasi dari teknologi atau pengetahuan yang dibutuhkan untuk membangun semikonduktor canggih.

AS adalah rumah bagi pembuat chip terbesar, dengan Applied Materials, Lam Research, dan KLA. Dan Belanda memiliki ASML, yang mengontrol pasar fotolitografi, salah satu langkah terpenting dalam produksi komponen elektronik. Tokyo Electron Co., Ltd. Jepang adalah pesaing terkemuka dunia dalam jenis peralatan lain selain mesin litografi.

Tanpa akses ke peralatan yang diproduksi di ketiga negara tersebut, perusahaan Tiongkok akan merasa hampir tidak mungkin untuk membangun lini manufaktur chip yang canggih, kata para analis.

Pemerintahan Biden mengumumkan aturan yang menargetkan kontrol ekspor chip Tiongkok pada Oktober tahun lalu, dan Kementerian Perdagangan AS sedang mendengarkan komentar publik tentang aturan tersebut yang akan jatuh tempo pada 31 Januari tahun ini. Beberapa perusahaan semikonduktor AS telah menyatakan ketidaksetujuan mereka, tetapi anggota parlemen dari kedua partai di Kongres mendukung pendekatan yang diambil oleh Gedung Putih.

Partai Republik pada Rabu (18 Januari) menekan Menteri Perdagangan Gina Raimondo untuk memberlakukan tindakan yang lebih keras terhadap perusahaan pembuat chip Tiongkok, sambil mempertanyakan apakah langkah-langkah pengendalian ekspor ditegakkan secara memadai.

Semikonduktor telah menjadi medan pertempuran utama antara dua ekonomi terbesar dunia. Amerika Serikat adalah rumah bagi penemuan dan pemasok teknologi chip terbesar, sementara Tiongkok adalah pasar permintaan tunggal terbesar. Tiongkok telah berusaha mengurangi ketergantungannya pada impor setelah Washington membatasi akses Tiongkok  ke chip canggih untuk penggunaan militernya.

Bagi pemerintahan Biden, mengajak Belanda dan Jepang untuk bersama memperluas pembatasan ekspor terhadap Tiongkok dapat meningkatkan efektivitasnya. Bagi pemerintah Belanda dan Jepang, mereka juga harus menyeimbangkan kekhawatiran geopolitik dengan iming-iming kehilangan akses ke pasar yang besar.

Perdana Menteri Belanda Rutte mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss pada Kamis, bahwa kerja sama antara Belanda dan Amerika Serikat “bergantung pada perkembangan diskusi.” (sin)