Dehidrasi Dapat Berhubungan dengan 2 Penyakit Tak Terduga

Heather Lightner

Bagaimana jika memperbaiki depresi dan menurunkan risiko demensia semudah minum lebih banyak air?

Dehidrasi biasanya dikaitkan dengan tekanan darah rendah, peningkatan denyut jantung, dan sakit kepala. Tetapi, hal ini juga berkaitan dengan dua penyakit yang tidak terduga ini.

Para peneliti percaya bahwa hidrasi dapat menjadi alat yang ampuh untuk membantu otak kita berada dalam kondisi terbaiknya-fisik dan emosional.

Tubuh dan Otak Membutuhkan Air

Tanpa air, orang dewasa hanya dapat bertahan hidup selama sekitar tiga hari. Hal ini sangat masuk akal mengingat tubuh orang dewasa terdiri dari 55 hingga 60 persen air.

Air sangat penting untuk berbagai fungsi dan organ tubuh, termasuk otak. Ketika otak tidak terhidrasi, sel-sel otak tidak dapat bekerja dengan baik.

Dehidrasi meningkatkan aktivitas saraf, yang berarti otak bekerja lebih keras dari biasanya untuk melakukan suatu tugas. Selain itu, dehidrasi dapat menyebabkan perubahan volume dalam otak dan ventrikel otak.

Dehidrasi pada orang lanjut usia dianggap sebagai hal yang umum terjadi. Dilaporkan bahwa antara 17 dan 28 persen lansia mengalami dehidrasi; hal ini juga sering menjadi alasan untuk masuk ke rumah sakit. Satu studi menunjukkan bahwa masalah ini didiagnosis pada 8,9 persen pasien rawat inap yang berusia di atas 65 tahun.

Dehidrasi dapat menyebabkan penyakit dan kematian dengan sendirinya dan juga dapat memperburuk berbagai kondisi medis.

Tak minum cukup air atau kehilangan air melalui demam, keringat, muntah, dan diare dapat menyebabkan dehidrasi. Beberapa obat, seperti diuretik, juga dapat menyebabkan dehidrasi dengan meningkatkan buang air kecil-begitu juga dengan konsumsi kafein dan alkohol.

Mengalami dehidrasi lebih mudah daripada yang Anda kira. Hanya dengan penurunan 1,5 persen berat badan (misalnya 2,25 pon untuk orang dewasa dengan berat badan 150 pon) karena konsumsi air yang kurang atau kehilangan air dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Kurangnya air yang cukup dalam sel-sel tubuh dan pembuluh darah dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan, termasuk pusing, sakit kepala, kelelahan, mulut kering, dan sembelit.

Dehidrasi Dapat Membuat Anda Menjadi Depresi

Meskipun tidak diketahui secara luas, depresi dan kecemasan telah dikaitkan dengan dehidrasi. Sebuah penelitian menunjukkan hubungan terbalik antara minum air dan depresi. Para peneliti menemukan bahwa orang yang minum lima gelas atau lebih air per hari memiliki risiko depresi dan kecemasan yang lebih rendah. Sebaliknya, orang yang minum kurang dari dua gelas per hari memiliki risiko depresi dan kecemasan dua kali lipat.

Meningkatkan asupan air berpotensi meningkatkan suasana hati pada orang yang kurang minum air – dan menurunkan suasana hati ketika konsumsi air dibatasi pada mereka yang kurang minum air. Mengapa demikian?

Depresi berkaitan dengan rendahnya kadar serotonin, neurotransmitter yang memiliki efek signifikan pada suasana hati dan kognitif. Serotonin dihasilkan dari asam amino triptofan. Jika tak ada cukup air di dalam otak, triptofan tidak dapat melewati sawar darah-otak-yang merupakan “jaringan pembuluh darah dan jaringan yang terdiri dari sel-sel yang saling berdekatan dan membantu mencegah zat-zat berbahaya mencapai otak,” menurut National Cancer Institute. Dehidrasi membatasi jumlah triptofan yang ada di otak dan kemudian menurunkan kadar serotonin, yang berkontribusi terhadap depresi.

Mindy Millard-Stafford telah meneliti efek dehidrasi. “Suasana hati jelas dipengaruhi oleh dehidrasi [menciptakan perasaan lelah yang lebih besar, kurang bersemangat],” ungkap Millard-Stafford, direktur Laboratorium Fisiologi Olahraga di Georgia Institute of Technology yang memiliki gelar doktor di bidang fisiologi olahraga, dalam sebuah email kepada The Epoch Times.

Dehidrasi juga dihubungkan dengan kurang tidur, yang dapat menjadi faktor penyebab depresi dan kecemasan. Selain itu, dehidrasi juga dikaitkan dengan peningkatan kadar kortisol – hormon stres – yang dapat menyebabkan perasaan cemas.

Menurunkan Kinerja Kognitif

Penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi ringan pun dapat berdampak buruk pada kinerja kognitif. Sebuah tinjauan terhadap berbagai penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa dehidrasi hanya 2 persen saja dapat menurunkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan ” atensi, psikomotorik, dan kemampuan mengingat langsung.”

Penelitian lain mengamati efek dehidrasi ringan pada kinerja kognitif pria muda yang sehat. Para peneliti menemukan bahwa dehidrasi ringan (antara 1 hingga 2 persen) mengakibatkan penurunan atensi dan memori kerja, serta meningkatkan kecemasan, ketegangan, dan kelelahan.

“Alasan kami percaya hal ini terjadi adalah karena ketika terjadi pergeseran cairan di otak, beberapa struktur berubah ukurannya, berdasarkan studi neuroimaging,” jelas Millard-Stafford, seraya menambahkan bahwa hipotesis ini masih perlu dibuktikan.

Lansia, yang lebih berisiko mengalami dehidrasi, dapat mengalami perubahan lebih signifikan dalam kinerja kognitif dibandingkan dengan orang yang lebih muda, termasuk kebingungan dan mengigau, yang dapat mengakibatkan terjatuh.

Tak perlu banyak hal bagi seorang lansia untuk mengalami dehidrasi-kehilangan kurang dari 1 persen dari berat badan akibat konsumsi air tak memadai dapat mengakibatkan gangguan kognitif pada populasi ini.

Lansia juga lebih berisiko mengalami dehidrasi karena mereka memiliki lebih sedikit air di dalam tubuh mereka akibat hilangnya massa otot, penggunaan diuretik, dan menurunnya kemampuan untuk mengenali ketika mereka haus. Demensia juga dapat meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, karena lupa minum atau kesulitan mengkomunikasikan kebutuhan untuk minum.

Bagi orang dewasa yang lebih tua, mungkin sudah rentan terhadap dehidrasi, kondisi dehidrasi yang lebih kronis juga mungkin terjadi.

“Menggabungkan [dehidrasi kronis] dengan defisit kognitif yang berkaitan dengan usia, hal ini dapat menimbulkan risiko yang lebih besar,” kata Millard-Stafford.

Hubungan Antara Dehidrasi dan Demensia

Apakah ada hubungan antara dehidrasi dan demensia?

Sebuah penelitian di Jerman terhadap orang-orang yang berusia antara 60 dan 89 tahun menunjukkan bahwa dehidrasi yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan fungsi kognitif dan kesejahteraan lebih signifikan dari waktu ke waktu-mengkonfirmasikan bahwa hidrasi yang baik memainkan peran penting dalam menjaga kognisi dan kesejahteraan seiring bertambahnya usia.

Penelitian lain menyelidiki hubungan antara dehidrasi dan risiko demensia- mengungkapkan beberapa hasil yang mengkhawatirkan. Penelitian ini melibatkan lebih dari 1.000 peserta yang berusia di atas 65 tahun dan menemukan bahwa orang yang mengalami dehidrasi memiliki risiko demensia yang lebih tinggi. Selain itu, para peneliti menemukan bahwa mereka yang menderita demensia memiliki peningkatan risiko dehidrasi, yang dapat mengakibatkan lingkaran setan.

Juga disarankan bahwa dehidrasi dapat mempercepat penurunan kognitif pada mereka yang menderita demensia. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa dehidrasi dapat menyebabkan “protein misfolding” dan agregasi protein (protein berkumpul membentuk struktur agregat). Mekanisme ini menyebabkan hilangnya struktur dan fungsi neuron secara progresif, termasuk kematian neuron dan penurunan kognisi pada lansia.

Yang juga mengkhawatirkan adalah sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa dehidrasi dikaitkan dengan pengembangan jenis demensia, seperti penyakit Alzheimer atau demensia vaskular.

Menghidrasi untuk Otak yang Sehat

Meskipun dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kinerja kognitif, depresi, dan kecemasan, hidrasi yang tepat dapat membantu memperbaiki dan bahkan membalikkan kondisi ini.

Menurut National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine, pria harus mengonsumsi sekitar 3,7 liter  air setiap hari, dan wanita harus mengonsumsi 2,7 liter. Perlu diingat bahwa sekitar 80 persen dari total asupan air berasal dari air minum dan minuman lainnya – 20 persen lainnya berasal dari makanan yang kita santap.

Jumlah total cairan yang dibutuhkan untuk tetap terhidrasi mungkin perlu dimodifikasi berdasarkan tingkat olahraga, cuaca panas atau lembab, demam, muntah, diare, kehamilan, dan menyusui.

Jika Anda tak merasa haus dan mengeluarkan urine yang tak berwarna atau berwarna kuning muda, itu adalah indikator hidrasi yang cukup.

Ada berbagai aplikasi yang tersedia untuk membantu Anda mengelola hidrasi, tetapi ini mungkin tak diperlukan. Agar tetap terhidrasi, Anda disarankan untuk minum air setiap kali makan dan di antara waktu makan, sebelum, selama, dan setelah berolahraga, serta kapan pun Anda merasa haus.