Perang Cip AS-RRT Adalah Perang Perebutan “New Oil” Abad XXI

ZHANG TING

Selama lebih dari satu abad, perebutan minyak bumi telah memicu perang, dan memaksa manusia membentuk aliansi yang tidak wajar, kemudian memicu lebih banyak lagi sengketa diplomatik. Sekarang, dua ekonomi terbesar  dunia  sedang  memperebutkan sumber daya berharga lainnya, yakni cip. Cip telah menjadi “new oil” (minyak bumi baru, red.) di abad ke-21.

Kepingan wafel silikon yang begitu kecil itu adalah inti dari industri yang bernilai 500 miliar dolar AS (7.583 triliun rupiah, kurs per 17/1), dan diperkirakan pada 2030 masih akan berlipat nilainya. Siapa yang mampu mengendalikan rantai pasokan cip,maka dialah yang akan menguasai kunci untuk menjadi negara super power yang tak tertandingi. Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan cip pada peralatan modern juga semakin banyak. Seperti pada 2021, pada setiap mobil rata- rata terpasang sebanyak 1.200 keping cip, atau dua kali lipat dibandingkan 2010.

Teknologi Cip di Tangan Amerika

PKT berniat memiliki teknologi untuk memproduksi cip, sementara itu mayoritas teknologi cip berasal dari AS, inilah sebabnya AS sedang memutus jalur bagi Beijing untuk mendapatkan teknologi cip, mencegah pemanfaatan cip oleh PKT bagi kegunaan teknologi: Mulai dari aplikasinya dalam militer sampai komputer super untuk kecerdasan buatan (AI).

BBC melaporkan, penulis buku Chip War: The Fight for the World’s Most Critical Technology, Chris Miller yang juga dosen di Tufts University mengatakan, kedua negara ini jelas sedang melangsungkan kompetisi perlengkapan militer di kawasan Asia Pasifik.

Tetapi, ia menambahkan, kompetisi ini masih memiliki lebih banyak konten, “Terjadi di bidang konvensional, seperti jumlah armada kapal, atau rudal yang diproduksi, tapi juga semakin lama semakin banyak terjadi pada kualitas perhitungan AI dalam sistem militer.”

BBC mengatakan, saat ini dalam perang cip, AS sedang meraih kemenangan.

Semikonduktor adalah penemuan Amerika, tapi seiring dengan berjalannya waktu, Asia Timur menjadi pusat produksinya. Dominasi AS terhadap teknologi semikonduktor telah membuat AS mampu mengembangkan hubungan dagang dan aliansi strategis dengan kawasan yang mudah dipengaruhi Rusia pada masa Perang Dingin. Kini, dalam menghadapi pengaruh Beijing yang makin besar di Asia Pasifik, cara ini juga sangat efektif.

Kompetisi saat ini adalah mampu memproduksi dalam jumlah besar cip yang terbaik dan paling efektif, dan cip yang semakin kecil semakin baik. Walaupun bagi produsen cip yang paling top pun, tak mudah untuk mencapai sasaran ini. Pada pertengahan 2022, Samsung menjadi perusahaan pertama yang mulai memproduksi cip 3 nanometer berskala besar. Akhir tahun yang sama, TSMC dari Taiwan juga menyusul.

Cip teknologi tinggi kepingan kecil ini memiliki fungsi yang lebih hebat, ini berarti akan dimasukkan dalam perlengkapan yang bernilai lebih tinggi — super-komputer, AI (Artificial Intelligence), dan Internet of Things. Walaupun cip yang non-teknologi tinggi masih dapat memberikan tenaga bagi sebagian peralatan dalam kehidupan manusia, seperti oven microwave, mesin cuci baju, dan lemari es, tapi kebutuhannya mungkin akan menyusut di masa mendatang.

Perintah Pembatasan Cip dari AS Hantam Titik Vital PKT

Mayoritas cip di dunia ini adalah buatan Taiwan, ini menunjukkan pentingnya bagi Barat untuk melindungi Taiwan dari pengaruh PKT. Beijing juga telah memposisikan produksi cip sebagai prioritas, mereka aktif berinvestasi di bidang super komputer dan AI. Miller mengatakan, “Walaupun masih sangat jauh bagi Beijing untuk menjadi pemimpin global, tapi sejak satu dasawarsa terakhir PKT terus mengejar ketertinggalannya, terutama dalam hal kemampuan rancang cip.”

Pemerintah Biden sedang berupaya menjegal kesempatan PKT memperoleh teknologi cip. Pada Oktober tahun lalu, Washington mengumumkan pembatasan ekspor menyeluruh, membuat perusahaan global hampir tidak mungkin menjual cip, peralatan pembuat cip, dan piranti lunak yang mengandung teknologi AS kepada RRT. Yang lebih hebat lagi adalah, AS juga melarang warganya dan para pemegang izin tinggal tetap di AS untuk mendukung perusahaan RRT yang “mengembangkan atau memproduksi” cip.

Tindakan AS ini telah mendatangkan pukulan berat bagi Beijing, karena RRT mengandalkan impor piranti keras dan mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk mendorong pengembangan industri produksi cip-nya.

BBC memberitakan, seorang analis dari perusahaan peneliti kebijakan Trivium China, Linghao Bao mengatakan, “Tenaga ahli sangat penting dalam bidang ini… Jika Anda lihat para petinggi perusahaan semikonduktor RRT, mayoritas dari mereka adalah pemegang paspor Amerika, mereka mendapat pelatihan di AS, dan mereka mempunyai Green Card. Jadi ini adalah masalah besar bagi RRT.”

Setelah AS mengumumkan larangan ekspor cip, surat kabar South China Morning Post mengutip dari narasumber membocor- kan, karena AS membatasi warganya terlibat dalam proyek krusial RRT, produsen peralatan cip RRT, Naura Technology telah memberi- tahu pegawainya yang WN Amerika untuk berhenti ikut terlibat dalam pengembangan mesin dan suku cadang.

BBC mengatakan, “Tindakan pembatasan AS tengah menghantam titik vital PKT. Setelah regulasi pembatasan itu dikeluarkan, perusahaan Apple telah menangguhkan transaksi pembelian cip memori dari perusahaan Yangtze Memory Technologies Company (YMTC) Tiongkok.”

Bao mengatakan, “Pengalaman Huawei adalah kondisi yang mungkin akan dialami perusahaan RRT lainnya. Beberapa tahun terakhir Huawei mengalami pembatasan ekspor ketat dari AS.” Bao berkata: Sejak awal Huawei yang berada hanya di bawah Samsung sebagai produsen ponsel dunia kini “pada dasarnya hampir mati”. Ini menunjukkan, sangat mudah bagi Washington untuk melemahkan perusahaan teknologi RRT.

Dalam hal ekspor cip kepada Tiongkok, AS juga sedang mencari dukungan dari negara sekutu. Penasihat keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan pada 12 Desember 2022 lalu membenarkan, AS telah membahas hal ini dengan rekannya seperti Jepang dan Belanda untuk mengetatkan ekspor cip, dan peralatan terkait lainnya kepada RRT.

Perusahaan ASML Belanda mempunyai posisi monopoli dalam hal memasok peralatan memproduksi cip canggih yang krusial. AS terus berupaya mencegah ASML mengekspor alat produksi cip canggih kepada RRT. Surat kabar Washington Post pernah memberitakan, para analis menilai bahwa jika tidak ada alat-alat canggih dari ASML, maka produsen cip di RRT tidak akan mampu memproduksi cip yang canggih. Dan menurut perkiraan, Beijing setidaknya masih membutuhkan waktu satu dekade lagi untuk bisa mencapai level teknologi yang setara dengan ASML.

PKT Tidak Mampu Hadapi Masalah Pembatasan Cip oleh AS

“PKT sebenarnya tidak memiliki opsi yang lebih baik dalam menghadapi masalah ini. Dulu, sasaran AS adalah perusahaan RRT tertentu. Tapi kali ini, ruang lingkupnya telah diperluas hingga seluruh negara,” imbuh Bao.

Respons apa yang dapat dilakukan oleh PKT? BBC mengatakan: Ketika ekonomi RRT mengalami perlambatan serius, menarik produk atau layanan, atau menerapkan pembatasan ekspornya sendiri, mungkin dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar.

Selain mencegah teknologi cip mengalir ke tangan Beijing, AS juga berupaya mengatasi masalah rantai pasokan cip baginya sendiri, berupaya memproduksi lebih banyak cip di dalam negeri, agar mengurangi ketergantungannya pada luar negeri.

Undang-undang Chips & Science Act of 2022 yang dikeluarkan AS telah menyediakan dana dan subsidi sebesar 53 miliar dolar AS (804 triliun rupiah) bagi perusahaan yang memproduksi semikonduktor di AS. Perusahaan cip besar sedang memanfaatkan keuntungan ini. TSMC sedang menginvestasikan dua pabrik senilai 40 miliar dolar AS (607 triliun rupiah) di Amerika. Produsen cip memori terbesar AS, Micron Technology telah mengumumkan rencana 20 tahun ke depan, yakni menginvestasikan 100 miliar dolar AS (1.517 triliun rupiah) di sebuah pabrik cip komputer di kawasan Upstate, New York, Amerika Serikat. (sud)