Perayaan Cap Go Meh

AMELIA WU

Mengacu pada kalender lunar, perayaan Cap Go Meh 2023 jatuh pada Minggu, 5 Februari 2023. Perayaan tersebut akan berlangsung selama 15 hari ke depan dan akan berakhir pada 6 Maret 2023. Tradisi Cap Go Meh dirayakan sebagai puncak dari tahun baru tersebut.

Tradisi Cap Go Meh dipercaya berasal dari keturunan  Tionghoa di wilayah daratan Tiongkok Sela- tan. Mereka percaya pada hari ke- 15 bulan pertama kalender lunar, para Dewa akan keluar dari surga untuk membagi-bagikan keselamatan, kesejahteraan, dan juga nasib baik kepada manusia.

Secara bahasa, Cap Go Meh berasal dari Hokkian “cap” yang artinya sepuluh, “go” artinya lima, sementara “meh” yang berarti malam. Dengan begitu, Cap Go Meh adalah perayaan yang dilakukan pada malam ke-15 pada perayaan tahun baru Imlek.

Biasanya,  pada   peringatan Cap Go Meh akan dimeriahkan dengan berbagai perayaan seperti pesta kembang api, pesta lampion, menggelar pertunjukkan barongsai dan liong, serta peniupan terompet. Masyarakat Tionghoa percaya jika perayaan ini dapat mendatangkan harapan, kebahagiaan, dan juga keberuntungan.

Setiap tahunnya, Cap Go Meh selalu dirayakan dengan penuh suka cita. Selain itu, warga keturunan Tionghoa juga akan merayakannya dengan menyajikan makanan-makanan khas seperti kue keranjang, jeruk mandarin, lontong Cap Go Meh, dan lain sebagainya.

Cap Go Meh diprediksi telah dirayakan sejak 2.000 tahun lalu. Cap Go Meh bermula sejak zaman Dinasti Han (sekitar 206 sebelum masehi-25 Masehi) ketika seorang biksu Buddha harus membawa lentera atau lampion untuk melakukan ritual ibadah.

Masyarakat Tiongkok kemudian menerbangkan lampion tersebut, sebagai tanda untuk melepas nasib di tahun sebelumnya yang buruk serta untuk menyambut nasib baik di masa mendatang.

Oleh karenanya, Cap Go Meh identik dengan ornamen lampion. Sejarah Cap Go Meh sudah ada sejak abad ke-2 masehi di era Dinasti Han, dinasti kekaisaran di Tiongkok. Tradisi Cap Go Meh ini kemudian terbawa sampai ke Indonesia melalui akulturasi dari masyarakat Tionghoa peranakan. Perayaan Cap Go Meh di Indonesia sangatlah bervariasi. Apa- lagi saat ini sudah banyak yang dipadukan dengan budaya leluhur di Indonesia.

Selain pesta rakyat dengan lampion, tradisi perayaan Cap Go Meh juga dirayakan di lingkungan keluarga dengan tradisi makan bersama. Makanan khas saat perayaan Cap Go Meh adalah ronde. Ronde Cap Go Meh adalah bola-bola yang terbuat dari beras ketan dan dimakan bersama kuah gula dan rempah-rempah.

Makanan khas saat perayaan Cap Go Meh lain yang kerap disantap oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia yang merayakan- nya, yaitu lontong Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh merupakan adaptasi peranakan Tionghoa Indonesia terhadap masakan Indonesia.

Lontong Cap Go Meh dianggap spesial dan memiliki makna pembawa keberuntungan. Masyarakat Tionghoa percaya bahwa dengan menghidangkan dan memakan lontong Cap Go Meh pada Hari Raya Imlek akan mendapatkan keberuntungan, rezeki, dan kemakmuran.

Bentuk  lontong  yang  panjang dianggap melambangkan panjang umur. Sementara telur melambangkan keberuntungan, dan santan yang dibumbui kuah kunyit berwarna keemasan me- lambangkan emas dan keberuntungan.

Cap Go Meh juga disebut Pesta Goan Shiauw. Hari ke-15 ini dipercaya sebagai hari lahirnya Goan Shiauw yakni roh yang memerintah langit dan bumi. Cap Go Meh ini dirayakan sebagai bentuk penghormatan kepada Goan Shi- auw yang dipercaya membawa pengampunan bagi dosa-dosa manusia di bumi.

Perayaan ini sudah ada sejak zaman pemerintahan Kaisar Tong Jwee Cong pada 710-712 Masehi. Cap Go Meh dirayakan besar-besaran dengan mendirikan pohon setinggi 10 kaki yang diperintahkan oleh kaisar. Lilin-lilin itu ditaruh di dalam gelas dan dipasang sebanyak 50.000 buah untuk menerangi pohon yang diberi nama Go San. 

Jika di hari-hari biasa, masyarakat dilarang berada di istana, selama perayaan Cap Go Meh, kaisar memperbolehkan rakyatnya mendekati istana. Mereka akan memadati halaman istana dan membawa lentera Kie An Po Siu Teng yang berarti “datang untuk mohon berkah, selamat dan panjang umur”. 

Selama Cap Go Meh, masyarakat menghias rumahnya dengan berbagai tulisan yang berisi doa yang ditujukan kepada roh yang memerintah langit dan bumi. Intinya untuk memohon keselamatan untuk seisi rumah tersebut.

Barongsai

Barongsai sebuah pertunjukkan tarian singa. Sai (bahasa Hokkian) berarti singa. Tarian Barongsai dimainkan oleh dua orang penari yang bertindak sebagai singa. Permainan Barongsai ini, merupakan salah satu permainan tertua di dunia. Ia diperkirakan berasal dari Tiongkok pada era Jwen Chiu (475-211 SM) di akhir Dinasti Zhou Timur. Konon Barongsai ini adalah  sosok  makhluk fabel yang muncul dari dasar sungai Huang  Hoo  membawa kitab Pakua untuk mengajarkan rahasia hukum alam semesta kepada manusia agar terbebas dari kebodohan dan mendapatkan pengetahuan. 

Binatang tersebut disebut-sebut sebagai Ma Lung Tze. Ma berarti kuda, Lung berarti naga, dan Tze berarti guru. Artinya, kuda berkepala naga yang menjadi guru. Barongsai melambangkan kebajikan yang sempurna, umur panjang, kepatuhan dan rasa hormat kepada  orang tua, keturunan yang cemerlang dan pemerintahan yang baik. Ada tiga jenis barongsai yang  dikenal di dunia. 

Mulai dari Xuang Shi berwarna kuning emas dari Tiongkok Utara, Qing Shi atau singa hijau yang berasal dari Tiongkok Tengah, dan Xing Shi atau singa sadar yang siuman dari tidur yang berasal dari Tiongkok Selatan. Masing-masing Barongsai memiliki cirinya. Seperti Xuang Shi dengan ciri permainan akrobatik. Ia bermain di atas patok-patok setinggi setengah meter, berdiri susun tiga di atas pundak pemainnya. Qing Shi mengeluarkan gerakan silat seperti salto, berguling-guling dan sebagainya. Sementara Xing Shi dengan ciri permainan meniru gerakan singa yang sedang bangun tidur, mencuci muka di sungai, kemudian mencari makan dan sebagainya.

Liong

Liong adalah tarian naga yang dimainkan oleh banyak penari yang memegang tongkat di bawah perut naga. Para penari meng- gerakkan liong layaknya seekor naga. Asal mula Liong ini dari cerita rakyat Tiongkok pada masa Dinasti Han (230-180 SM). Huang yang berasal dari dinasti Han menciptakan lambang naga atau Liong ini. Panjang Liong bervariasi. 

Dari sekitar 8 meter, bahkan ada juga yang sepanjang 100 meter, dengan warna badan merah, hijau atau kuning. Atraksi ini menggunakan tongkat yang terpasang di bawah perut yang diusung oleh 9 orang atau lebih. Mereka menggerakkannya meliuk seolah seekor naga yang sedang bergerak dan terbang. (Berbagai sumber)