Hasil Studi Menemukan Obesitas Bisa Menyebabkan Atrofi Otak Mirip Alzheimer

George Citroner

Obesitas sudah lama dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, termasuk penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker. Penelitian terbaru menambahkan kekhawatiran lain: penurunan kognitif.

Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer’s Disease ini menemukan bahwa obesitas berhubungan dengan penurunan massa otak seperti yang terlihat pada pasien penyakit Alzheimer.

Obesitas Menyebabkan Penurunan Otak yang Serupa dengan Penyakit Alzheimer

Para peneliti membandingkan pola atrofi otak dan akumulasi protein amiloid-β/tau (ciri khas Alzheimer) pada pasien obesitas dan penyakit Alzheimer. Mereka menggunakan sampel lebih dari 1.300 orang dari empat kelompok-pasien penyakit Alzheimer, orang sehat, orang obesitas tetapi sehat, dan orang yang kurus.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelompok besar: UK Biobank dan Alzheimer’s Disease Neuroimaging Initiative (ADNI).

Para peneliti menggunakan pemindaian otak PET untuk menyelidiki mekanisme apa yang mungkin bertanggung jawab atas kesamaan antara atrofi otak terkait obesitas dan akumulasi amiloid-beta terkait Alzheimer. Mereka kemudian mencari area yang tumpang tindih di antara pasien dengan kondisi ini.

Hasil pemindaian menunjukkan kelompok-kelompok ini mengalami penurunan otak serupa di area yang terkait dengan pembelajaran, memori, dan penilaian.

Data tambahan disertakan dari penelitian sebelumnya yang melibatkan lebih dari 20.000 peserta, menunjukkan bahwa peningkatan indeks massa tubuh (BMI), persentase lemak tubuh, dan rasio pinggang-pinggul dikaitkan dengan kecerdasan cairan yang lebih buruk (kemampuan memecahkan masalah) dan memori kerja.

Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa obesitas dapat mengubah tubuh dengan cara yang terkait dengan peningkatan risiko Alzheimer, terutama kerusakan pembuluh darah di otak dan penumpukan protein abnormal di otak.

Obesitas berkaitan dengan banyak masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan kolesterol tinggi.

“Semua itu mempengaruhi otak dengan cara yang negatif,” kata penulis studi Filip Morys, yang memiliki gelar doktor dalam ilmu saraf kognitif dan seorang peneliti pascadoktoral di McGill University di Montreal, Kanada, kepada The Epoch Times. 

“Misalnya, melalui perubahan dalam sistem pembuluh darah otak atau sawar darah otak, hal ini pada gilirannya dapat menyebabkan hilangnya saraf,” tambahnya. 

Bagaimana Obesitas Meningkatkan Risiko Penyakit Neurodegeneratif

Kecenderungan obesitas telah meningkat secara mengkhawatirkan dalam beberapa dekade terakhir, mencapai tingkat epidemi global.

Obesitas meningkat tiga kali lipat di seluruh dunia sejak tahun 1975. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dari tahun 2016 menunjukkan bahwa hampir 40 persen orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, dan 13 persen mengalami obesitas.

Dari 1999 hingga 2000, hingga 2017 hingga Maret 2020, prevalensi obesitas di Amerika Serikat meningkat dari hampir 31 persen menjadi sekitar 42 persen. 

Pada periode yang sama, prevalensi obesitas berat juga meningkat hampir dua kali lipat.

Obesitas diyakini dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif melalui dua cara – “meningkatkan resistensi insulin dan produksi molekul inflamasi dalam tubuh yang disebut sitokin,” kata Dr. Jonathan J. Rasouli, direktur bedah kelainan tulang belakang yang kompleks dan dewasa di Rumah Sakit Universitas Staten Island, bagian dari Northwell Health di New York.

Ia melanjutkan, kombinasi dari faktor-faktor ini dapat berarti peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, paru, muskuloskeletal, dan neurologis. 

Ada bukti yang menunjukkan bahwa insulin berperan dalam kesehatan otak, dan resistensi insulin, yang berhubungan dengan kelebihan berat badan dan obesitas, secara signifikan terkait dengan risiko Alzheimer.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Neuroscience menunjukkan bahwa selain fungsi metabolisme, insulin juga memodifikasi aktivitas saraf yang meningkatkan memori pada mamalia dan meningkatkan kesehatan sinapsis di otak.

Ketika otak tidak dapat menggunakan insulin dengan baik, kognisi dapat terganggu.

Sebuah studi baru-baru ini menyatakan bahwa sinyal insulin terganggu pada otak pasien Alzheimer, dan resistensi insulin otak tampaknya merupakan gejala awal dan lazim dari penyakit Alzheimer.

‘Satu Ons Pencegahan Sebanding dengan Satu Pon Pengobatan’

Bisakah penurunan berat badan membalikkan atau mencegah penurunan kognitif; apakah tidak ada kata terlambat? Dampak penurunan berat badan terhadap fungsi kognitif pada orang dewasa yang lebih tua, secara khusus, masih belum dipahami sepenuhnya, dan kemungkinan besar masih diperlukan lebih banyak penelitian.

Namun, ada bukti yang cukup menggembirakan bahwa hal ini dapat membantu.

Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa penurunan berat badan yang sedikit saja dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lansia. Selain itu, perubahan gaya hidup, seperti olahraga dan diet sehat, kemungkinan akan berdampak positif pada fungsi kognitif dan kesehatan secara keseluruhan pada usia berapa pun.

Dalam hal penurunan kognitif, “satu ons pencegahan sebanding dengan satu pon pengobatan,” kata Rasouli.

Meskipun perkembangan penurunan kognitif – termasuk kehilangan memori – dapat diperlambat atau dihentikan untuk sementara waktu, ia memperingatkan bahwa segera setelah prosesnya dimulai, sangat sulit untuk sepenuhnya “kembali normal” setelahnya.

Mengurangi sumber peradangan adalah salah satu hal yang dianjurkan Rasouli kepada pasiennya.

Penuaan normal dikaitkan dengan peradangan yang meningkat dan berkepanjangan di seluruh tubuh – dan otak.

Ada bukti bahwa tingkat peradangan terus-menerus yang meningkat berhubungan erat dengan degenerasi saraf, gangguan pertumbuhan neuron (neurogenesis), dan penyakit kronis.

Metaflammasi adalah keadaan peradangan metabolik terkait dengan obesitas yang secara langsung berkontribusi pada resistensi insulin, sindrom metabolik, dan diabetes tipe 2. Bukti menunjukkan bahwa menurunkan berat badan dapat membalikkan proses ini.

Morys mengatakan bahwa “kesimpulan utamanya” adalah bahwa obesitas merupakan faktor risiko utama penyakit Alzheimer dan gangguan demensia lainnya.

“Sejalan dengan hal ini, kami berpikir bahwa pencegahan obesitas dan penurunan berat badan mungkin memainkan peran yang penting dalam mengurangi risiko penyakit Alzheimer,” pungkasnya.