“Gerakan Rambut Putih” Dapat Memicu Efek Berantai, Xi Jinping Menghadapi Krisis Baru

oleh Tang Zheng

Beberapa hari yang lalu, telah terjadi unjuk rasa besar-besaran di Kota Wuhan, Dalian dan lainnya, sebagai pengungkapan rasa tidak puas terhadap reformasi asuransi kesehatan Tiongkok. Unjuk rasa yang dikenal sebagai “gerakan rambut putih” ini dikhawatirkan akan memicu efek berantai di kemudian hari. Menurut laporan, ini adalah krisis baru bagi Xi Jinping setelah demonstrasi anti lockdown akhir tahun lalu.

Pada 8 Februari, puluhan ribu pensiunan di Wuhan berkumpul di depan walikota untuk berunjuk rasa menentang reformasi asuransi kesehatan. Karena pihak berwenang gagal menyelesaikan masalah, mereka kembali turun ke jalan untuk berunjuk rasa pada 15 Februari. Hari itu, setidaknya puluhan ribu pensiunan berkumpul di Jalan Jiefang, Taman Zhongshan, dan tempat lain untuk memprotes atas penyusutan layanan asuransi kesehatan.

Sejumlah besar video yang beredar di Internet menunjukkan bahwa otoritas Wuhan mengirim sejumlah besar polisi untuk menekan para pengunjuk rasa. Bentrokan sengit pecah antara kedua belah pihak. Banyak orang dipukuli dan ditangkap. Banyak pengunjuk rasa yang berteriak : “Ganyang pemerintah reaksioner !”

Pada hari yang sama (15 Februari), para pensiunan di Kota Dalian dan Anshan juga turun ke jalan untuk memprotes reformasi asuransi kesehatan dan menuntut untuk mengembalikan premi kepada masyarakat.

Ini adalah putaran protes sipil terbesar di daratan Tiongkok sejak warga sipil di lebih dari selusin kota besar termasuk Shanghai, Beijing, dan Wuhan turun ke jalan untuk meluncurkan Revolusi Kertas Putih pada akhir bulan November tahun lalu.

Pensiunan Tiongkok telah kembali ke jalan-jalan di Kota Wuhan untuk memprotes pemotongan tunjangan perawatan kesehatan oleh pemerintah, Bloomberg melaporkan pada 15 Februari, menggarisbawahi tantangan baru yang dihadapi pemerintah Xi Jinping setelah demonstrasi bersejarah anti-lockdown November lalu.

Meskipun ada sensor dan pengawasan pemerintah yang sangat ketat, kini warga sipil Tiongkok menjadi semakin berani memprotes kebijakan pemerintah. Belum lama ini, warga memprotes larangan kembang api, memprotes proyek real estate yang mangkrak, karantina wajib, menuntut gaji yang belum dibayar, dan sebagainya. Sejumlah protes warga telah memaksa pemerintah melakukan beberapa konsesi demi stabilitas.

Perkembangan dari kejadian tersebut menandakan bahwa Xi Jinping sedang mendapat tantangan dalam masa jabatan ketiganya yang tidak konvensional, kata laporan itu.

Situasi serupa juga terjadi di luar Kota Wuhan. Pensiunan di Kota Guangzhou juga memprotes reformasi asuransi kesehatan setelah menemukan saldo rekening bulanan mereka tiba-tiba lebih rendah dari yang dilaporkan sebelumnya.

Perubahan mungkin saja terjadi tidak sama antar satu dengan lain provinsi. Selain itu, bersamaan dengan menurunnya pengembalian (reimbursement) individu, akan tercakup pemberian layanan yang lebih luas. Demikian kata otoritas kesehatan Tiongkok. Meskipun pihak berwenang juga telah berusaha untuk mensosialisasikan perubahan kebijakan, tetapi pendekatan ini sampai sejauh ini tidak menghentikan warga sipil khususnya pensiunan untuk turun ke jalan.

Gelombang protes warga lanjut usia ini dijuluki “gerakan rambut putih” oleh dunia luar. Opini publik percaya bahwa protes ini dapat memicu efek berantai di seluruh Tiongkok.

Baru-baru ini, pemerintah pusat telah meluncurkan apa yang disebut “reformasi asuransi kesehatan”, dan memerintahkan pemerintah daerah untuk melakukan penyesuaian.

Pada 1 Februari, reformasi asuransi kesehatan yang diterapkan di Kota Wuhan telah membuat banyak orang tua penerima subsidi medis berkurang dari setiap bulannya yang lebih dari 260,- yuan menjadi hanya lebih dari 80 yuan. Selain itu, keputusan reformasi juga menetapkan ambang batas maksimum 500,- yuan untuk penggantian biaya rawat jalan, dan ada sejumlah besar obat-obatan penting sekarang sudah tidak lagi termasuk dalam asuransi kesehatan. Langkah itu membuat marah hampir 2 juta pensiunan di Kota Wuhan.

Li Dayu, seorang media senior mengatakan dalam program “Berita Kejutan” bahwa selama “revolusi kertas putih” pada akhir tahun lalu yang diikuti kaum muda di hampir semua kota, mereka terpaksa melakukannya karena mereka telah berulang kali dihadapkan pada bencana kemanusiaan. Sekarang giliran para lansia. Di mata banyak masyarakat setempat, reformasi asuransi kesehatan di Wuhan adalah cara lain untuk membunuh para lansia. Oleh karena itu, mereka terpaksa turun ke jalan karena toh tidak ada jalan keluar.

Li Dayu mengatakan bahwa awalnya ada sejumlah layanan medis yang dapat dimintai penggantian dari otoritas kesehatan, tetapi sekarang dihapus. Perubahan ini merupakan hal yang “mematikan” bagi para lansia. Oleh karena itu, mereka turun ke jalan, yang juga merupakan manifestasi dari “rakyat tidak takut mati”. Dengan pendekatan pihak berwenang saat ini, akan semakin banyak kejadian serupa di masa depan.

Chen Pokong, seorang penulis Tiongkok yang tinggal di Amerika Serikat, mengatakan dalam saluran self medianya, bahwa pihak berwenang telah memaksa rakyat jelata untuk tidak memiliki jalan keluar, sekarang giliran para lansia yang berunjuk rasa “mengatakan tidak” kepada pihak berwenang. Banyak orang lanjut usia berusia 60-an dan 70-an yang selamat dari epidemi, sekarang mereka malah dihadapkan pada maut oleh pihak berwenang dengan pemotongan benefit dari asuransi kesehatan akibat kas pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah kosong. Kas negara yang kosong ini juga membuat para pegawai negeri menerima gaji yang berkurang, sekarang giliran secuil harapan warga lansia yang juga menghadapi nasib “dihabisi”.

Chen Pokong mengatakan bahwa warga sipil Wuhan kali ini meneriakkan “Ganyang pemerintah reaksioner”, yang menunjukkan betapa tidak populernya pemerintah ini. Tentu saja, beberapa pengunjuk rasa Wuhan ditangkap pihak berwenang. Bahkan stasiun kereta bawah tanah diblokir, banyak jalan juga diblokir. Tetapi warga sipil Wuhan tidak mau menyerah. Di akhir unjuk rasa pada 15 Februari, warga Wuhan mengatakan : “Jika pemerintah menolak untuk mengabulkan permintaan kita, akan ada unjuk rasa yang berskala lebih besar.”

Chen Pokong percaya bahwa otoritas Tiongkok sekarang berada dalam situasi yang semakin terisolasi, tidak hanya terisolasi secara internasional, tetapi juga terisolasi secara internal oleh rakyatnya sendiri. Saat ini, perlawanan rakyat Tiongkok sedang tumbuh, percaya akan ada lebih banyak warga sipil kota dan provinsi bergerak untuk melawan pemerintah karena masalah ini. Jadi rakyat Tiongkok sedang bangkit, mereka sudah mulai bangkit untuk memperjuangkan hak dan kepentingan mereka. (sin)