Antara AS Dengan Tiongkok Hanya Kurang Satu “Pearl Harbor”

Shi Shan

Pada 28 Februari lalu, Sidang Paripurna Kedua 2023 XX PKT (Partai Komunis Tiongkok) telah usai, dan satu minggu kemudian dimulai Dua Sesi Rapat Pleno PKT. Pada komunike Sidang Paripurna Kedua itu disebutkan, seluruh partai harus mempersiapkan diri menghadapi “angin kencang dan ombak besar bahkan kemungkinan badai ganas”. 

Di hari yang sama, tiga komisi pada DPR AS juga mengadakan rapat. Pertama adalah “Komisi Seleksi Persaingan Strategis Antara AS dan PKT” yang menggelar forum dengar pendapat untuk pertama kalinya sejak dibentuk. Empat orang bersaksi di forum, menjelaskan ancaman dari Beijing. Dalam forum tersebut Ketua Komisi Mike Gallagher menyatakan, “Harus selalu bisa membedakan antara PKT dengan rakyat Tiongkok”.

Hari itu juga 28 Februari, Komisi Layanan Keuangan dan Komisi Hubungan Diplomatik pada DPR AS, telah meloloskan belasan “mosi”, banyak di antaranya yang berkaitan dengan RRT, intinya adalah mengincar PKT.

Di antaranya termasuk RUU HR 554, yang meminta agar Menkeu AS menyelidiki aset finansial PKT di AS, juga mengizinkan Menkeu memberikan instruksi, untuk melarang anggota PKT beserta keluarganya “mendapatkan pelayanan lembaga keuangan AS”. Hal ini akan menjadi ancaman teramat besar bagi para pejabat telanjang PKT (naked official, yakni pejabat PKT yang berada di Tiongkok namun keluarganya menetap di Amerika Serikat, red.)

RUU HR 510, meminta pemerintah AS memberikan tekanan, memaksa IMF menentang diperbesarnya hak penarikan khusus (special drawing rights, red.) bagi mata uang RRT yakni: RMB (Renminbi).

RUU HR 839, memberi tekanan bagi IMR, menuntut RRT meningkatkan transparansi nilai tukar mata uang. Kedua peraturan ini adalah upaya mengincar “globalisasi RMB” PKT. Mendorong mata uang RMB menjadi mata uang transaksi perdagangan internasional, adalah salah satu cara PKT berebut hegemoni dengan AS.

RUU HR 803: menunjuk pejabat AS agar mengeluarkan pejabat RRT dari konferensi G20 dan konferensi lembaga lainnya. Cara ini diharapkan dapat melemahkan pengaruh RRT dalam masalah internasional.

RUU HR 540: menunjuk pejabat AS agar mendukung Taiwan bergabung dalam IMF. “UU Implementasi Jaminan Taiwan” (Taiwan Assurance Implementation Act) dimaksudkan untuk melindungi keamanan Taiwan, dan mencegah RRT menginvasi Taiwan.

RUU HR 1156: menuntut Menkeu AS mengeluarkan laporan terkait risiko ekonomi industri keuangan Tiongkok. Ini untuk mencegah dana besar AS terus menerus berinvestasi di Tiongkok, khususnya semua dana pensiunan berskala raksasa yang ada di AS.

RUU HR 1151: RRT harus bertanggung jawab atas balon udara pengawas yang masuk ke wilayah udara AS, meminta Pemerintahan Biden agar menyerahkan laporan atas peristiwa balon udara tersebut, serta memberi izin kepada presiden untuk memberlakukan pembatasan visa dan menghentikan transaksi properti sebagai respon balasannya.

Selain itu, Komisi Urusan Diplomatik juga meloloskan RUU, untuk memberikan wewenang kepada presiden agar mengeluarkan perintah eksekutif, untuk secara menyeluruh melarang penggunaan aplikasi media sosial asal RRT yakni TikTok, atau disebut juga Douyin di RRT. Sejumlah departemen pemerintahan di AS telah melarang pegawainya menggunakan aplikasi ponsel ini.

Yang telah beredar di media massa, masih banyak resolusi yang telah diajukan para anggota kongres untuk mengincar PKT. Contohnya melarang BUMN Tiongkok, bahkan melarang modal Tiongkok dalam bentuk apapun, untuk membeli lahan pertanian di AS, bahkan lahan kegunaan umum sekalipun.

Dalam waktu dekat banyak RUU, resolusi dan proposal yang ekstrem kuat mengincar PKT akan terus dikeluarkan, kondisi semacam ini tidak pernah saya alami selama 18 tahun menjadi wartawan di Washington DC, bahkan pasca peristiwa 911, juga tidak pernah mengalami kondisi seperti ini. Ada teman Amerika yang mengatakan, dalam sejarah AS, sepertinya hanya pasca Peristiwa Pearl Harbor (1941) baru mengalami kondisi seperti ini, dan dikeluarkan begitu banyak RUU yang mengincar Jepang. Perlu dicatat bahwa waktu itu adalah masa perang.

Sebenarnya perang antara AS dengan PKT telah meletus. Hanya saja perang kali ini, terbatas pada tahap ini saja, tidak terefleksi dengan logam dan api. Pada akhir Februari lalu, Ketua Komisi Seleksi Persaingan Strategis Dengan PKT yakni Mike Gallagher bersama dua anggota kongres lainnya bahkan sengaja mendatangi pintu gerbang America ChangLe Association yang terletak di downtown Manhattan, New York, untuk melakukan unjuk rasa, dan memprotes penetrasi PKT yang dilakukan terus menerus terhadap AS.

Serangkaian tindakan tersebut, bukanlah tipu muslihat yang dibuat-buat oleh Partai Republik, bukan pula manipulasi politik untuk memperoleh suara pada pemilu, faktanya sekarang dan dalam waktu dekat sedang tidak ada kegiatan kampanye. Jadi semua resolusi, forum dengar pendapat, dan aksi unjuk rasa di atas, adalah aksi yang dilakukan bersama oleh anggota kongres dari kedua partai, sangat jelas merupakan aksi bersama yang terkoordinir dengan baik antara Partai Republik dan Partai Demokrat AS.

Sangat jelas, hal ini mewakili aspirasi warga Amerika, juga mewakili perubahan yang esensi pada pemahaman kalangan elite AS terhadap PKT. Tindakan yang lebih konkrit mengincar PKT, terus menerus dilakukan dalam dua tahun terakhir ini, termasuk pengauditan terhadap perusahaan RRT yang telah go public, pembatasan terhadap investasi dari RRT, serta larangan pengiriman semi konduktor dan cip, juga meningkatnya hubungan politik dan militer dengan Taiwan. 

Dalam hal diplomatik internasional, tindakan AS juga sangat intens. Khususnya baru-baru ini, AS memanfaatkan sikap PKT terhadap Perang Rusia-Ukraina, terus menerus membukukan kemenangan dalam hal diplomatik, dan telah menggandeng berbagai negara besar di dunia, serta membentuk aliansi militer dan semi-militer, dengan tujuan yang sangat jelas. Satu persatu kepungan ekonomi, teknologi, militer, dan politik yang berlapis-lapis, sedang terbentuk secara bertahap.

Perubahan hubungan AS-RRT seperti ini telah penulis perkirakan beberapa tahun lalu yakni pada Juli 2016, pada surat kabar The Epoch Times Hong Kong pada kolom artikel “Mengurai Tren” telah penulis jelaskan: dulu di Washington DC kaum pro-RRT, atau yang disebut juga “pemeluk panda” (panda huggers, red.) selama dua tahun ini tenggelam atau berbelok dengan cepat, dan suara tuntutan yang keras semakin menggema. Di tengah perselisihan pendapat selama bertahun-tahun di Kemenlu dan Pentagon AS, pihak militer AS sepertinya semakin berada di atas angin. Juga kondisi serupa terjadi sangat jelas di Tiongkok. Maksudnya, suara keras terhadap AS juga kian hari kian menguat.

Kesimpulan dalam artikel itu, betul: perubahan strategis besar dalam hubungan AS-RRT sepertinya sudah tak terelakkan lagi.

Penyebab sesungguhnya konflik semacam ini sebenarnya bisa ditemukan dasarnya dari konstitusi partai dan konstitusi negara PKT sendiri. Karena PKT menekankan harus mempertahankan paham Marx-Lenin dan pemikiran Mao Zedong, yang tujuannya jelas-jelas adalah menggulingkan negara lain. Leninisme adalah merebut kekuasaan politik dengan mengangkat senjata, dan ia sendiri juga seorang penganut “internasionalisme”, yang harus membantu menggulingkan “penindasan” oleh negara lain. Mao Zedong sendiri tidak kalah hebohnya, selain merebut rezim dengan senjata, juga melakukan “desa mengepung kota”, yakni menggulingkan pemerintahan negara lain dengan senjata dan kekerasan, dan menggulingkan rezim negara lain, serta mengubah dunia dengan idealisme Marxisme.

Dalam forum dengar pendapat di kongres AS pada 28 Februari lalu, mantan Deputi Kantor Urusan Keamanan Gedung Putih Matthew Pottinger menayangkan sebuah film pendek, dalam film pendek itu Xi Jinping memimpin anggota politbiro untuk bersumpah di depan bendera partai, yang sebenarnya adalah bendera Uni Soviet, untuk “berjuang seumur hidup bagi komunisme”. Pernyataan yang terdengar sangat membosankan di telinga warga Tiongkok ini, terdengar ibarat sambaran gledek di telinga orang Amerika, yang ada dalam benak mereka adalah bahasa di dalam “Manifesto Komunis”, yang isinya adalah “anggota partai komunis tidak perlu menyembunyikan pandangan dan maksud tujuannya. Mereka secara terbuka mengumumkan: tujuan mereka hanya dapat tercapai dengan menggulingkan semua sistem sosial yang ada dengan cara kekerasan. Buatlah kaum penguasa itu gemetar di hadapan revolusi komunisme. Kaum proletar hanya akan kehilangan rantai dalam revolusi ini. Yang akan mereka dapatkan adalah seluruh dunia.” Ini berarti selama ada gerakan komunisme, maka akan ada alasan terjadinya kekerasan yang tidak dapat dihentikan. Tapi orang lain tidak hanya akan gemetar, orang lain juga bisa angkat senjata, yang juga akan menyebabkan adanya perlawanan kekerasan.

Penulis tidak ingin mengkritik paham apapun, yang saya bicarakan adalah kemanusiaan, pada saat manusia mengalami ancaman, pasti akan timbul reaksi alami. Selama lebih dari seratus tahun terakhir, membuktikan bahwa partai komunis tidak mampu berhasil, hanya mampu mendatangkan kematian dan pengrusakan saja. Oleh sebab itu, pada saat Politbiro Pusat PKT sedang mengenang kembali saat diambil sumpah keanggotaan partai, orang di sekitar diam-diam mulai menyiapkan senjata untuk melawan, apakah bisa dibilang aneh? Berkaca pada sejarah, dapat mengetahui tentang kejayaan dan kehancuran.

Faktanya, PKT telah menyadari adanya ancaman dari perlawanan semacam ini, PKT sendiri juga sedang melakukan berbagai persiapan. Dalam komunike Sidang Paripurna Kedua, PKT kembali menekankan pada seluruh partai agar mempersiapkan diri, untuk menghadapi badai yang akan segera melanda. Bagaimanakah cara menghadapinya? Bagi partai komunis, menghadapi krisis pada dasarnya adalah mengandalkan konflik internal untuk membunuh orang, dan diselesaikan dengan membunuh orang sendiri. Jadi, misi dari Komisi Internal Pusat semestinya sudah sangat jelas.

Komisi Urusan Internal PKT di masa mendatang, tidak akan seperti Komisi Urusan Internal pada era 1950-an, pada masa itu Komisi Urusan Internal Pusat setara dengan Kementerian Urusan Sipil, yang menangani hal terkait jaminan kestabilan sosial dan jaminan kehidupan rakyat. Komisi Urusan Internal di masa mendatang yang akan terjadi tidak lama lagi, jika dilihat dari pengaturan kelembagaannya, lebih menyerupai Komisi Internal Rakyat pada masa Uni Soviet yang paling dikenal dengan sebutan KGB (badan intelijen di zaman Negara Uni Soviet).

Pencapaian terbesar dari Komisi Internal Rakyat di zaman Uni Soviet adalah keberhasilannya mengadakan aksi pembersihan besar-besaran pada 1935. Pada pembersihan tersebut, dari 1.966 orang perwakilan pada Kongres Rakyat ke-17 Partai Komunis Uni Soviet, sebanyak 1.108 orang ditangkap, dan dari 139 orang anggota Komisi Pusat dan anggota cadangan Komisi Pusat, sekitar 80% dihukum mati. Antara 1919 – 1935, komunis Soviet memiliki 31 orang anggota politbiro, 20 orang di antaranya dihabisi. Termasuk 5 dari 7 orang anggota politbiro komunis Soviet generasi pertama.

Ada lagi, dari 15 orang anggota Komisi Internal Rakyat yang pertama (yakni pemerintahan Uni Soviet) sebanyak 9 orang dianiaya, Leon Trotsky dibunuh di luar negeri, 4 orang lainnya meninggal dunia sebelum 1933. Satu-satunya yang dapat lolos dari bencana itu hanyalah Stalin seorang. 

Pada 1935 sebanyak 20 orang yang menjadi anggota Komisi Internal 1935 dihukum mati, yang tersisa hanya 6 orang. Di antara semua komisi di pemerintahan, sebanyak 2.000 orang staf ditangkap.

Di dalam tubuh Militer lebih mengerikan. Dari 5 orang marsekal, 3 orang dianiaya. Yang ditembak mati antara lain juga termasuk 15 orang dari 16 orang komandan dan wakil komandan AD, 60 orang dari 67 orang komandan korps, 136 orang dari 199 orang komandan divisi, 4 orang jenderal senior AU, 6 orang laksamana AL, 9 orang dari 15 orang Letnan Jenderal, 17 orang Komisaris Politik AD, 25 orang dari 29 orang Komisaris Politik Militer. Dari 80.000 orang perwira di seluruh kesatuan militer, sebanyak 35.000 orang di antaranya dibersihkan, ada yang dihukum mati ada yang dipenjara.

Alasannya sangat sederhana. Lenin meninggal pada 1924, Stalin memperoleh kekuasaan tertinggi pada 1928, di saat mendorong sosialisme, termasuk program pertanian kolektif Kolkhoz dan industrialisasi ekonomi terencana, akibatnya jutaan orang meninggal dunia karena kelaparan, pabrik justru berkurang produksinya. Suara berbagai tantangan internal kian hari kian besar. Kondisi di luar negeri juga buruk, Hitler sedang bangkit, dan secara terbuka bersikap memusuhi Uni Soviet. Stalin merasakan ancaman yang sangat besar, pemikiran batas bawahnya juga melakukan persiapan menghadapi badai yang akan datang, dengan cara pembersihan besar-besaran.

Kondisi PKT sekarang sebenarnya sangat mirip dengannya, Xi Jinping menjabat sepuluh tahun, sebanyak 4 juta anggota partai telah disingkirkan olehnya, setara dengan 5% dari total anggota partai komunis Tiongkok. Sekarang ekonomi merosot, hubungan diplomatik bermasalah, suara tidak puas pun terdengar dimana-mana. Jadi Xi Jinping terus menerus menekankan, harus siap menghadapi “penipu politik yang berlatar belakang”. Membentuk Komisi Internal saat sekarang, adalah “pemikiran batas bawahnya”, dan “untuk melawan musuh di luar harus lebih dulu mengamankan musuh dalam selimut”, tajam pisau mengarah ke dalam, yang akan terus membersihkan bagian internal. Selain itu terus memperkuat pertahanan negara, melakukan ekspansi militer besar-besaran, dan bersiap-siap untuk perang.

Antara AS dengan RRT saat ini sudah saling menghunus golok, pedang berhadapan dengan pedang, busur panah telah ditarik kencang, hanya satu yang kurang yaitu “Pearl Harbor”. Pemandangan saat ini cukup menakutkan, apakah Anda sudah mempersiapkan diri? (SUD/WHS)