Dua Sesi Sulit Tutupi Zombisasi Ekonomi Beijing Yang Tersisa Hanya “Mendongeng”

Econ Vision

Pada 5 Maret lalu, Perdana Menteri RRT (RRT) Li Keqiang yang akan segera mundur dari jabatannya pada hari tersebut memberikan “Laporan Kerja Pemerintahan” yang terakhir kalinya, dengan menetapkan target PDB tahun ini “sekitar 5%”, ini adalah angka terendah dalam dua dekade terakhir. 

Peneliti senior dari Brookings Institution yakni Eswar Prasad mengatakan, ini menandakan era pertumbuhan ekonomi heboh Tiongkok telah berakhir.

Sebelum rapat, penguasa PKT (Partai Komunis Tiongkok, partai tunggal yang berkuasa di Tiongkok sejak 1949, red.) telah memutuskan untuk bersiap menyambut “badai bergolak”. 

Lalu, separah apakah sebenarnya kondisi ekonomi Tiongkok? Ekonom Tiongkok dengan tajam menunjukkan, perekonomian Tiongkok tengah menghadapi enam risiko “zombisasi”, apa saja yang dimaksud? Demi menggairahkan ekonomi, Xi Jinping meminta agar mengarang dongeng (cerita) ekonomi yang bagus, tak disangka, justru mendapat tamparan keras dari pemilik modal AS, ada apa lagi ini sebenarnya? 

Demi “Stabilkan” Ekonomi, Target Pertumbuhan Ditetapkan Sekitar 5%

Tahun ini Penguasa Komunis Tiongkok menetapkan pertumbuhan ekonomi “sekitar 5%”. Untuk itu peneliti tamu dari Hoover Institution di Stanford University yakni Xu Chenggang menyatakan, untuk merealisasikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 4%~5% tahun ini masih memungkinkan, karena tahun lalu mengalami pertumbuhan negatif, dilatar-belakangi pertumbuhan negatif tahun lalu, pada saat kembali normal akan terlihat relatif membaik tapi hanya untuk sementara, semacam fenomena fluktuatif; Bloomberg menganalisa, ini menandakan kemungkinan pemerintah tidak akan menerapkan tindakan stimulus ekonomi berskala besar, pasar Tiongkok mungkin akan kembali mengalami tekanan; tak sedikit pakar berpendapat, target 5% hanyalah untuk mencari kestabilan. Dalam hal ini, pada Dua Sesi Rapat Pleno PKT (disingkat: Liang Hui), laporan oleh Li Keqiang juga telah menjelaskannya.

Surat kabar Nikkei Shimbun Jepang telah mendata, dan menyebutkan dalam laporan kerja pemerintahan Li Keqiang telah disebutkan 33 kali kata “stabil”, frekuensi ini bertambah 38% lebih banyak dibandingkan laporannya pada 2022, juga merupakan kosa kata krusial yang paling intens digunakan sejak Xi dan Li berkuasa (pada 2012). 

Li Keqiang menekankan stabilitas, termasuk stabilitas harga, stabilitas lapangan kerja dan rantai pasokan. Bisa dilihat, dibalik perkataan “stabil”, mengungkap kekhawatiran PKT terhadap “stabilitas” rezimnya. Untuk jangka panjang, masalah ekonomi mungkin akan mengancam kekuasaan Xi Jinping.

Masih segar dalam ingatan, pada akhir November tahun lalu telah meletus aksi “Gerakan Kertas Putih”, sampai “Gerakan Mercon”, lalu muncul pula “Gerakan Rambut Putih”, rasa tidak puas warga terhadap pemerintah kian hari kian memuncak. 

Dalam 3 bulan terakhir, hampir setiap bulan terjadi satu kali perlawanan bersifat nasional di seluruh Tiongkok, bahkan terdengar seruan “lengserkan partai komunis”, tanda-tanda ini dipastikan telah membuat PKT ketakutan, dan di balik semua ini juga menunjukkan, krisis yang timbul akibat masalah ekonomi juga tidak bisa diremehkan. 

Surat kabar Wall Street Journal pada 6 Maret lalu memberitakan, Beijing menetapkan target pertumbuhan ekonomi yang konservatif, menunjukkan adanya kekhawatiran internal dan ancaman eksternal. Juga dikatakan, setelah mencabut kebijakan Nol Covid ketat yang telah diberlakukan selama 3 tahun, ekonomi RRT dihadapkan pada tantangan ganda dalam negeri maupun global. Termasuk keyakinan bisnis dan konsumsi yang berjalan biasa saja, melemahnya permintaan luar negeri akan produk buatan RRT, dan beratnya beban hutang yang ditanggung oleh pemerintah daerah yang mengakibatkan kemampuan stimulus ekonomi terkendala.

Li Keqiang: Menyoroti PDB Sebenarnya Menyoroti Lapangan Kerja

Dalam kebijakan ekonomi yang diungkap pada Liang Hui tahun ini, ada lagi satu mata rantai yang patut disoroti, yakni kondisi lapangan kerja. “Laporan Kerja Pemerintah” disebutkan, terkait sasaran “menambah 12 juta lapangan kerja baru di perkotaan”, adalah titik tertinggi sejak 2004. Faktanya, selama 10 tahun karir Li Keqiang sebagai perdana menteri, pernah berulang kali dibahasnya hubungan antara lapangan kerja dengan kecepatan pertumbuhan.

BBC pada 5 Mei lalu memberitakan, dalam suatu kali pidatonya pada November 2013 lalu, Li Keqiang menyatakan menyoroti masalah PDB sebenarnya adalah menyoroti masalah lapangan kerja. 

Dari setiap 1% pertumbuhan PDB dapat mendongkrak 1 juta lapangan kerja, selama beberapa tahun penyesuaian struktur industri, khususnya setelah perkembangan industri layanan, saat ini untuk setiap 1% pertumbuhan PDB dapat mendorong 1,3 bahkan 1,5 juta lapangan kerja. Setelah berulang kali estimasi, untuk memastikan lapangan kerja bagi 10 juta orang, maka dibutuhkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,2%.

Waktu itu Li Keqiang berkata, “Dibutuhkan pertumbuhan yang stabil, pada dasarnya adalah untuk menjamin ketersediaan lapangan kerja”, dan 10 tahun kemudian, kalimat ini acap kali dikutip oleh kalangan pemerintah dan ekonomi PKT. 10 tahun telah berlalu, tekanan bagi pemerintah Beijing untuk menjamin ketersediaan lapangan kerja semakin besar, berdasarkan sasaran pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja tahun ini, setiap 1% pertumbuhan PDB harus mampu mendorong terciptanya 2,4 juta lapangan kerja baru.

Jika kita berhitung berdasarkan rasio ini, seandainya pertumbuhan tahun ini adalah 5%, maka lapangan kerja baru yang tercipta seharusnya adalah 12 juta orang. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan RRT, lulusan perguruan tinggi tahun ini akan memecahkan rekor baru yakni sebanyak 11,58 juta orang. Dengan kata lain, 12 juta lapangan kerja tersebut hanya mampu mengakomodir jumlah lulusan perguruan tinggi tahun ini saja. 

Walaupun Beijing mengakui hampir 20% pemuda di Tiongkok menganggur, tapi faktanya angka tersebut lebih besar. Jadi bagi banyak pemuda di Daratan Tiongkok sekarang, bukan lagi masalah “mendekam (Mandarin: juan = sikap pasif mengalir sesuai sikon)”, melainkan hanyalah mampu “terlentang (Mandarin: tang ping = sikap pasrah dan tak mau bekerja)”.

Sebenarnya kita semua tahu, masalah lapangan kerja selalu menjadi “bencana lama” bagi PKT, sejak awal 2023, gelombang pengangguran semakin meluas ke seluruh Tiongkok, keluhan dan ratapan meluas di internet, banyak pekerja migran dan pekerja kerah putih membuat vlog, dan menceritakan betapa sulitnya mencari pekerjaan. Dari hal ini bisa dilihat, apabila masalah lapangan kerja tidak diselesaikan, PKT akan sulit menjaga keamanan dan stabilitas.

Harus Mewaspadai dan Menyelesaikan Risiko Hutang Pemerintah Daerah

Selain masalah lapangan kerja, dalam “Laporan Kerja Pemerintah” Li Keqiang juga menekankan harus selalu mewaspadai dan menyelesaikan risiko finansial, menekankan secara efektif mewaspadai menyelesaikan risiko perusahaan properti unggulan, memperbaiki kondisi neraca, mencegah ekspansi tidak cermat, mendorong perkembangan properti yang stabil; sekaligus juga disebutkan, memperkuat pembangunan sistem jaminan rumah tinggal, mendukung kebutuhan rumah tinggal yang rigid demand (sifatnya kaku) dan yang bersifat bisa di-improvisasi, menyelesaikan masalah rumah tinggal bagi warga kota baru dan kaum muda.

Bisa dilihat walaupun bank sentral dan departemen terkait RRT pada Januari lalu melanjutkan pengeluaran kebijakan stimulus pasar properti, tetapi penjualannya tetap rendah, omset penjualan seratus perusahaan properti unggulan pun mengalami penurunan lebih dari 30% dibandingkan periode yang sama sebelumnya. Lembaga riset properti swasta CRIC menilai, “Saat ini melemahnya industri benar-benar menyambut datangnya era pertumbuhan negatif, hal ini telah menjadi kesepahaman bersama”.

Sedangkan terkait hutang pemerintah daerah, “Laporan Kerja Pemerintah” menyebutkan, untuk mewaspadai dan menyelesaikan risiko hutang pemerintah daerah, mengoptimalkan struktur maturitas hutang, menurunkan beban bunga, menahan peningkatan dan melikuidasi cadangan. Berdasarkan data Kemenkeu RRT, hingga akhir 2022, sisa hutang pemerintah pusat sekitar 25,87 trilyun Yuan (57.787 triliun rupiah, kurs per 13/03), hutang pemerintah daerah seluruh negeri, tidak termasuk sisa hutang tersembunyi, adalah 35,06 triliun Yuan (78.315 triliun rupiah).

Ada satu hal lagi yang tidak dapat diabaikan, di saat ini, jumlah hutang tersembunyi pemerintah daerah RRT telah begitu besarnya hingga semakin “dominan”. 

Kantor berita Bloomberg pada 29 September 2021 lalu mengutip laporan Goldman Sachs yang menyebutkan, pada akhir 2020, hutang tersembunyi pada platform pembiayaan pemerintah daerah adalah sebesar 53 triliun Yuan. Jika dikalkulasi, nilai hutang pusat dan daerah setidaknya mencapai 113 trilyun Yuan! Jelas, hutang telah menjadi “ranjau” yang sewaktu-waktu dapat meledak yang akan menghambat perekonomian Tiongkok secara jangka panjang.

Selain itu, Nikkei Shimbun juga telah mendata, dalam laporan kerja Li Keqiang itu, kata “energi” telah disebutkan sebanyak 14 kali, dan kata “pangan” disebutkan sebanyak 17 kali. Dari frekuensi penggunaan kosa kata tersebut, berarti krisis energi dan pangan juga merupakan masalah pelik yang sedang dihadapi oleh Beijing.

Faktanya, sejak Februari lalu dalam Komunike Sidang Paripurna Kedua Komite Pusat PKT ke-20 telah dijelaskan kondisi ekonomi Tiongkok saat ini, misalnya “harus mempersiapkan diri menghadapi ujian berat berupa ombak besar bahkan badai melanda”, tidak hanya harus “mewaspadai dan mengatasi risiko finansial dan ekonomi yang besar, serta menjaga tidak sampai terjadi ambang batas risiko sistemik”, bahkan harus “mencegah kembali ke kemiskinan berskala besar”. Pernyataan ini mengungkapkan: ekonomi Tiongkok telah mengalami kebocoran dimana-mana. Dan dalam menghadapi hal ini, ekonom dari Daratan Tiongkok memiliki pemahaman yang lebih mendalam. 

Wei Jianing Peringatkan Enam Risiko “Zombisasi” Ekonomi

Pada 24 Desember tahun lalu, ekonom Tiongkok yakni Wei Jianing menghadiri Forum Keamanan Finansial Tiongkok, dalam pidatonya disebutkan penyebab utama yang mengancam keamanan ekonomi negara, juga diperingatkan adanya enam risiko “zombisasi” ekonomi. Akan tetapi, teorinya tersebut kemudian disensor oleh PKT. 

Apa saja enam risiko “zombisasi” itu, yaitu zombisasi pasar, zombisasi perusahaan, zombisasi perbankan, zombisasi bank sentral, zombisasi keuangan, serta zombisasi pemerintahan. Dengan kata lain, mulai dari pasar sampai ke perusahaan, mulai dari bank sampai ke bank sentral, mulai dari pendapatan dan anggaran pemerintah sampai pada kebijakan pemerintah, dimana-mana ada fenomena “zombisasi”. 

Dan, seorang warganet menyimpulkan, sumber akar permasalahan ini adalah zombisasi sistem PKT yang juga mengalami “zombisasi”, ia berkata, tidak ada vitalitas tidak ada check and balances, dari atas ke bawah mendengar satu komando zombi, tentu semua departemen akan menjadi zombie*).

Xi Jinping Meminta Agar Mengarang Cerita Ekonomi Yang Baik

Tentu saja, menghadapi ekonomi yang terus merosot itu, pemerintah RRT dengan sendirinya tidak ingin berdiam diri menunggu ajal, lalu bagaimana mengembalikan kepercayaan pasar? PKT kembali menelurkan sebuah jurus baru, yakni mendongeng/mengarang cerita.

Pada 1 Januari lalu, lewat media massa pemerintah Economic Times Xi Jinping mengeluarkan instruksi, meminta media massa harus bisa “mengarang cerita baik era baru perkembangan ekonomi Tiongkok”. Setelah itu, pada 4 Januari, dalam rapat Menteri Propaganda Nasional RRT, anggota Komisi Tetap Politbiro Cai Qi juga meminta agar “menyanyikan teori ekonomi cerah Tiongkok”. Yang tidak terduga adalah, tipu muslihat petinggi PKT ini tidak hanya terus digoreng oleh media massa pemerintah mereka saja, sejumlah media massa asing dan bank investasi juga mulai membantu mengarang “dongeng” tentang perekonomian Tiongkok. Seperti Reuters, Bloomberg, CNN, bank investasi asing pun ikut meramaikan, mengatakan setelah dicabut kebijakan Nol Covid, ekonomi Tiongkok mengalami “rebound dengan cepat”, “bahkan pemerintah Tiongkok sendiri pun terkejut melihat cepatnya kebangkitan ekonomi mereka”.

Memang mengejutkan, memangnya hanya dengan mengarang sejumlah cerita, lantas ekonomi negara bisa berkembang dengan cepat? Menariknya adalah, pada saat Liang Hui, kisah seorang “bapak pasar negara berkembang” pun kemudian berbalik arah.

Pada 2 Maret lalu, pakar investasi pasar negara berkembang yakni pendiri Mobius Capital Partners yang bernama Mark Mobius saat diwawancarai oleh Fox Business Network memperingatkan, PKT sedang melakukan cara ekstrem untuk mencegah modal mengalir keluar. Ia berkata, dirinya telah mengalami sendiri hal tersebut, ia sudah tidak bisa mengambil uangnya sendiri lewat rekening HSBC miliknya di Shanghai. Mobius mendeskripsikan “ini sungguh gila”, “benar-benar tidak habis pikir”, dan menyimpulkan, dirinya “akan sangat sangat berhati-hati saat akan berinvestasi di Tiongkok”.

Akan tetapi, adalah Mobius sendiri yang pada Oktober tahun lalu pernah mengatakan, Tiongkok adalah salah satu pasar negara berkembang yang paling penting, dimana-mana ada kesempatan untuk menggali emas, ada keharusan untuk berinvestasi disana. Yang tak disangkanya adalah, uang yang dihasilkan di Tiongkok, pada akhirnya besar kemungkinan akan menjadi milik negara. Kisah Mobius juga cukup untuk menjelaskan, sekarang Beijing benar-benar telah jatuh melarat, jadi sekarang PKT berusaha merampok uang.

Bicara soal mengarang cerita, penulis juga ingin berbagi kisah. Pada suatu hari setelah sabit lokal puas memanen sayur kucai di pekarangan sendiri, ia pergi ke luar negeri mencari teman lamanya, dan meminta temannya itu untuk datang ke kampung halamannya demi memanen sayur kucai bersama. Sabit lokal bahkan memberitahu temannya yakni sabit asing bahwa di kampung halamannya dimana-mana ada emas, setiap hari selalu berjatuhan kue. Sabit asing yang mendengar dongeng indah sabit lokal, matanya bersinar, maka datanglah dia ke kampung halaman sabit lokal dan mulai menanam, setelah itu melihat akan segera panen, ia juga melihat tanamannya dirampas, bahkan melihat yang jatuh dari langit bukan kue melainkan perangkap, pada saat itulah sabit asing baru tersadar bahwa ternyata dirinya sendiri telah menjadi kucai gemuk sasaran dipanen.

Sekarang, seiring dengan usainya laporan kerja pemerintahan Li Keqiang yang terakhir, Li Keqiang akan pergi, lalu Li Qiang si PM Baru datang menggantikannya, maka perekonomian Tiongkok, apakah yang tersisa hanya berupa sebuah dongeng saja?

*) Zombi adalah istilah yang digunakan untuk makhluk hidup dalam film horor, game, ataupun film fantasi. Zombi digambarkan sebagai mayat yang tidak berpikiran dan bernafsu memangsa manusia, khususnya otak manusia yang dijadikan target santapan utamanya. Wikipedia