Laporan : 14 Juta Lapangan Kerja Secara Global akan Hilang dalam 5 Tahun Mendatang

oleh Chen Ting

Laporan terbaru menunjukkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi, transisi energi, dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) akan menyebabkan pasar tenaga kerja melemah. menghadapi gejolak besar. Secara keseluruhan, 14 juta pekerjaan bisa hilang secara global selama lima tahun ke depan.

Menurut The Future of Jobs Survey (PDF) yang dirilis World Economic Forum (WEF) pada Minggu (30 April), dalam lima tahun ke depan, karena teknologi kecerdasan buatan, perkembangan digital, dan perubahan ekonomi lainnya, misalnya green transformasi energi, restrukturisasi rantai pasokan, inflasi tinggi, dan lain-lain, akan menyebabkan 23% pekerjaan hilang dari pasar tenaga kerja.

Untuk studi tersebut, WEF telah mensurvei 803 perusahaan di 27 industri yang berlokasi di 45 ekonomi di seluruh dunia.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa digitalisasi dan AI dapat menyebabkan “gangguan serius terhadap pasar tenaga kerja”, yakni dengan menciptakan 69 juta pekerjaan baru tetapi memangkas 83 juta pekerjaan sebelum tahun 2027. Ini akan mengakibatkan hilangnya 14 juta pekerjaan, setara dengan 2% dari pekerjaan saat ini.

Analisis memperkirakan bahwa pada tahun 2027, mesin dapat menggantikan 26 juta pekerjaan administrasi, pencatatan termasuk petugas entri data, kasir, penjual tiket, akuntan, sekretaris eksekutif, dll. Para pekerja di bidang ini bisa jadi yang paling terpengaruh.

Responden juga percaya bahwa kehilangan pekerjaan pada bidang-bidang seperti rantai pasokan, transportasi, media, hiburan, dan olahraga cenderung akan lebih tinggi dari rata-rata. Sebaliknya, beberapa industri tradisional, seperti manufaktur, ritel barang konsumen, dan grosir, tingkat kehilangan pekerjaannya akan lebih rendah dari rata-rata.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa di bawah pengaruh AI seperti ChatGPT, perusahaan dapat mendorong penggunaan mesin untuk meniru percakapan manusia, menggantikan dan mengotomatiskan banyak peran dalam pekerjaan manusia yang melibatkan penalaran, komunikasi, dan koordinasi.

Lebih dari 75% perusahaan mengatakan bahwa mereka berharap dapat mengadopsi data besar, komputasi awan, dan teknologi AI dalam 5 tahun ke depan. Hal ini akan mengarah pada perusahaan-perusahaan ini membutuhkan tenaga kerja baru untuk membantu mereka menerapkan dan mengelola alat kecerdasan buatan (AI). Oleh karena itu, WEF memperkirakan bahwa pada tahun 2027 pekerjaan terkait analis data, spesialis pembelajaran mesin, dan spesialis keamanan siber akan tumbuh rata-rata 30% setiap tahun.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa seiring dengan adanya ekonomi beralih ke energi terbarukan, maka insinyur di bidang ini, juga di bidang instalasi energi surya dan insinyur sistem juga dapat menjadi pekerjaan dengan permintaan yang tumbuh relatif lebih cepat.

Laporan WEF menunjukkan bahwa lapangan kerja buat pemikiran analitis yang dianggap sebagai keterampilan inti oleh sebagian besar perusahaan, dan pemikiran kreatif tetap menjadi keterampilan paling penting yang dibutuhkan pada tahun 2023. 

Selain itu, perusahaan menghargai tiga keterampilan efikasi diri (self-efficacy skill), yakni kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas, motivasi dan kesadaran diri, rasa ingin tahu dan terus belajar sepanjang hidup.

Bisnis keterampilan inti lainnya yang menjadi fokus perusahaan dalam merekrut pekerja juga meliputi kemampuan pada literasi teknis, tingkat keandalan dan perhatiannya terhadap detail, empati, mendengarkan secara aktif, kepemimpinan, dan lain-lain.  (sin)