Langkah Darurat ? Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen Menggalakkan Ekonomi Emperan

oleh Luo Ya

Meskipun pada liburan 1 Mei tahun ini lokasi wisata di Tiongkok penuh dengan turis, tetapi konsumsi pariwisata per kapita mengalami penurunan. Beberapa analis menunjukkan bahwa meskipun jumlah turis saat ini naik 20% dibandingkan dengan liburan 1 Mei 2019 sebelum epidemi, tetapi kenaikan pendapatan pariwisata cuma 0,66%. Tampaknya tahun ini adalah “wisatanya para turis miskin”.

Perekonomian Tiongkok sedang lesu, tampaknya otoritas PKT telah mengincar “hiruk pikuknya suasana perkotaan” sebagai salah satu target peningkatan pertumbuhan ekonomi yang sedang amburadul. Otoritas Shenzhen baru-baru ini melonggarkan larangan bagi para pedagang kaki lima untuk menjajakan dagangan, dan masyarakat juga diizinkan untuk berdagang emperan di tempat-tempat yang tidak mengganggu lalin mulai 1 September.

Beijing, yang sebelumnya secara agresif mengusir populasi kelas bawah, malah pada bulan Januari tahun ini membiarkan pedagang berjualan di emperan kawasan bisnis utama. Otoritas Shanghai telah mengeluarkan peraturan penampilan kota dan pengelolaan sanitasi lingkungan pada September tahun lalu, yang tidak lagi menerapkan larangan penuh terhadap pedagang kaki lima.

Kolumnis Epoch Times Wang He mengatakan : “Di masa lalu PKT selalu mementingkan penampilan wajah kota, tetapi sekarang mengabaikannya yang mencerminkan bahwa situasi ekonomi dan situasi ketenagakerjaan sangat buruk. Di kota-kota besar seperti Beijing, Shanghai, dan Shenzhen, banyak orang tidak dapat menemukan pekerjaan, Daya beli masyarakat menurun. Apa yang bisa diperbuat sekarang ? PKT terpaksa membiarkan pedagang kaki lima untuk meringankan tekanan pada lapangan kerja dan mengatasi kesulitan mata pencaharian masyarakat. Ini hanyalah penyesuaian strategis dan sementara, yang tidak berarti PKT sekarang lebih memprioritaskan mata pencaharian rakyat”.

Zheng Xuguang, seorang ekonom yang tinggal di Amerika Serikat mengatakan : “Pedagang emperan itu adalah warga yang tidak memiliki modal, tidak memiliki kemampuan kerja, dan tidak memiliki kesempatan kerja. Kemudian mereka ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah ini. Maka bagi masyarakat setempat, mungkin saja mereka mampu membayar barang-barang dagangan yang dijajakan di pinggir jalan, Itu juga merupakan kekuatan konsumsi, tetapi pemerintah mungkin tidak dapat memungut pajak dari sana, jadi ini hanya merupakan langkah untuk menjaga agar tidak terjadi pergolakan”.

Akun publik WeChat “Cultural Industry Review” melalui perhitungan menemukan bahwa berdasarkan data konsumsi per kapita libur 1 May dalam lima tahun terakhir, konsumsi per kapita pariwisata menunjukkan tren menurun. Self-media finansial “Mars Observation” menunjukkan, bahwa epidemi tiga tahun telah secara serius merusak daya beli masyarakat.

Zheng Xuguang mengatakan : “Seperti apa pedagang emperan sekarang ? Mirip seperti pekerja yang di-PHK, tetapi dia tidak punya modal. Ini sama sekali berbeda dengan situasi yang terjadi di awal 1970-an dan 1980-an. Di awal 1980-an, Sekalipun Anda berjualan cakue di pinggir jalan, penghasilan Anda tidak kalah dengan karyawan kantoran. Tetapi itu tidak mungkin lagi sekarang. Sekarang, mereka (PKT) pada dasarnya hanya mengarang mitos, mengatakan bahwa betapa banyak uang yang dapat diperoleh dengan berdagang di pinggir jalan”.

Media resmi PKT, Kantor Berita Xinhua mengklaim dalam sebuah laporannya, bahwa pelonggaran peraturan bagi pedagang kaki lima diharapkan mampu memenuhi beragam kebutuhan konsumen, meningkatkan aktivitas bisnis dan kemakmuran, serta mendorong potensi konsumsi ke tingkat yang lebih besar.

“Saya pikir ekonomi emperan adalah fenomena yang dapat didiskusikan. Bahkan jika itu adalah penunjuk arah angin, otoritas terpaksa harus mengalah demi meringankan tekanan ekonomi, karena coba Anda pikirkan bahwa di masa lalu, pemerintah hidup dengan mengandalkan menjual tanah, dan menjual tanah itu setara dengan menghabiskan makanan yang diperuntukkan esok hari. Jadi setelah pemerintah tidak bisa lagi menjual tanah, bahkan menghadapi banyak proyek yang terbengkalai. Mempertahankan penampilan sudah tidak dimungkinkan, Citra kota terabaikan. Anda tidak bisa memperhatikannya lagi, polusi pun tidak lagi menjadi kepedulian mereka”, kata Zheng Xuguang.

Li Keqiang, mantan Perdana Menteri Tiongkok sebelum Li Qiang, pernah menganjurkan ekonomi emperan pada hari penutupan dua sesi tahun 2020 untuk mengurangi tekanan ekonomi. Tak lama kemudian ekonomi emperan muncul di mana-mana. Namun, hanya beberapa hari setelah itu, nada propaganda resmi berubah seketika, media resmi bahkan menulis artikel yang menyatakan bahwa “ekonomi emperan tidak cocok untuk Beijing. Laporan yang menyangkut “ekonomi emperan” langsung lenyap.

Wang He : “Epidemi telah berdampak sangat rumit terhadap ekonomi Tiongkok. Tentu saja, di satu sisi ekonomi terpukul, di sisi lain, bukankah ekspor Tiongkok masih terjadi pelonjakan ? Pertumbuhan pada tahun 2021 mencapai 2 digit hampir setinggi 30%. Dalam hal ini, tingkat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu buruk. Sehingga PKT yang memiliki landasan ekonomi masih dapat menekan agar ekonomi emperan tidak muncul ke permukaan. Tetapi situasi ekonomi saat ini jauh lebih buruk daripada saat Li Keqiang berkuasa, jadi PKT terpaksa  membiarkan ekonomi emperan”.

Bloomberg mengutip data dari firma riset Sandalwood Advisors melaporkan bahwa epidemi telah mengubah kebiasaan konsumen Tiongkok dalam membeli barang mewah. Bulan lalu, lebih dari 60% konsumen yang suka berbelanja ke luar negeri cenderung memilih berbelanja di dalam negeri.

Lin Caiyi, Wakil Presiden Institut Riset Forum Kepala Ekonom Tiongkok menerbitkan sebuah artikel di media Caixin, tentang hasil analisis tren konsumsi masyarakat Tiongkok dalam 10 tahun terakhir.

Artikel tersebut menunjukkan bahwa tren penuaan penduduk Tiongkok menjadi semakin serius, ditambah dengan pengurangan jumlah penduduk, menghadapi ekspektasi pensiun, perawatan medis, pendidikan dan inflasi yang tidak pasti, dapat mengurangi kecenderungan konsumsi penduduk Tiongkok. Alasan utama lesunya konsumsi saat ini adalah pendapatan yang rendah dan tidak ada uang untuk konsumsi, dan sekelompok orang yang lain merasa pesimis terhadap jaminan hidup di masa depan. (sin)