SERULING SURGAWI: ‘Malaikat Memainkan Flageolet’

Komentar ringan tentang seni yang menarik

YVONNE MARCOTTE

Beberapa penulis terkenal pernah memainkan alat musik tiup kayu yang dikenal sebagai flageolet, seperti Hector Berlioz, Frederic Chalon, Samuel Pepys, dan Robert Louis Stevenson. Komposer seperti Henry Purcell dan George Frideric Handel pun menulis karya untuk itu.

Musisi mulai memainkan alat musik yang seperti alat perekam ini pada 1700-an di Prancis, dan mulai dikenal sebagai flageolet Prancis. Instrumen ini merupakan bagian dari keluarga suling fipple, dengan empat lubang nada di bagian depan dan dua di bagian belakang.

Seniman Edward Coley Burne-Jones (1833–1898), melukis “An Angel Plays a Flageolet” (Malaikat Memainkan Flageolet) (1878), yang menggambarkan sosok makhluk surgawi di depan jendela terbuka tengah memainkan alat musik, seolah- olah dia bermain untuk orang-orang di luar alam surgawinya.

Alam Surgawi

Malaikat itu menunduk ke depan dengan anggun di dekat jendela. Dia tampak hanyut dalam permainan musiknya, gaun indah warna-warni biru dan merahnya mengalir seiring dengan alunan melodi. Sayap biru dan emas yang berkilauan juga menari dan bergoyang. Mahkota bunga dan lingkaran cahayanya memusatkan perhatian pemirsa pada fitur-fiturnya yang sesuai dengan permainan musiknya. Di luar jendela, tekstur berwarna emas dan biru seperti menggambarkan langit di bawah alam surga.

“An Angel Playing the Flageolet,” sekitar tahun 1878, Edward Burne-Jones. Tempera dan cat emas di atas kertas; 29 1/4 inci kali 24 inci. Gift of Emma Holt (1944), Sudley House. (Domain publik)

Seniman Edward Coley menggunakan motif lukisan malaikat ini di beberapa media: jendela kaca patri, satu set kecil tiga malaikat dalam media cat minyak, dan satu set besar dalam tempera, serta gambar. Gambar-gambar itu diselesaikan dengan menggunakan cat air dan guas, cat air buram. 

Lukisan yang lebih besar ini diselesaikan dengan cat tempera dan emas di atas kertas yang dipasang Edward Coley di atas kanvas. Tempera umumnya digunakan pada Abad Pertengahan hingga penggunaan cat minyak menjadi populer pada zaman Renaisans. Tempera adalah media stabil yang dibuat dengan mencampurkan pigmen dengan kuning telur dan air. “Dengan penggunaan emas dan tempera dalam gambar ini dan gambar lainnya, kita dapat menyaksikan warna dan nada cerah yang membantu  menyempurnakan  suasana surgawi Malaikat ini,” catat situs web The History of Art.

Edward Coley tertarik pada kemurnian dan kesederhanaan seni Abad Pertengahan, terutama jendela kaca patri katedral Gotik yang besar. Dia membuat jendela kaca patri untuk gereja paroki di Lyndhurst, Hampshire pada tahun 1862–1863, yang menginspirasinya untuk membuat gambar cat air dan lukisan tempera.

Ada perbedaan bentuk alat musik pada lukisan Edward Coley dengan yang dimainkan pada saat itu. Sang seniman membentuk flageolet agar sesuai dengan dekorasinya trefoil (tumbuhan Eropa) dari jendela kaca patri yang dia rancang sebelumnya.

Instrumen itu lebih mirip terompet abad pertengahan; mungkin sang seniman bermaksud agar flageolet itu terlihat seperti di surga. Dengan seruling halusnya, Edward Coley mungkin memberi tahu kita bahwa sebuah flageolet yang dimainkan di alam surgawi membawa suara yang lebih surgawi, lebih mudah dimainkan, dan lebih indah dari apa pun di alam fana.

Untuk alasannya sendiri, Edward Coley menyimpan lukisan ini di studionya selama 10 tahun sebelum dia memberikannya ke dealer seni, di mana lukisan itu segera dijual ke George Holt, seorang pemilik kapal, pedagang, dan kolektor seni Victoria dari Liverpool.

Edward Coley mengerjakan lukisannya dengan rajin, berfokus pada setiap detail karya seni, dan karyanya dipuji karena keterampilan teknis yang dia masukkan ke dalam karya seninya. (aus)