Pesawat Tempur F-16 ke Ukraina: Menteri Rusia Peringatkan ‘Skenario Eskalasi’

oleh  Naveen Athrappully

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko  memperingatkan bahwa memasok jet-jet F-16 ke Ukraina, memiliki “risiko yang sangat besar” bagi negara-negara Barat, termasuk meningkatkan ketegangan yang sudah memanas antara negara-negara tersebut dan Rusia.

“Kita dapat melihat bahwa negara-negara Barat terus berpegang pada skenario eskalasi, yang membawa risiko yang sangat besar bagi mereka. Bagaimanapun, kami akan mempertimbangkannya saat membuat rencana. Kami memiliki semua sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan kami,” kata Grushko kepada Kantor Berita Rusia TASS pada  20 Mei ketika ditanya tentang potensi pasokan F-16 ke Ukraina. 

Komentar menteri Rusia ini muncul ketika pemerintahan Biden menjadi lebih terbuka untuk mengizinkan Ukraina menggunakan pesawat F-16.

Pada Januari, dalam sebuah wawancara dengan wartawan, Presiden Joe Biden ditanya apakah Amerika Serikat akan memasok pesawat F-16 ke Ukraina, dan ia menjawab, “Tidak.”

Namun, pada 19 Mei, Biden mengatakan kepada rekan-rekan G-7 bahwa Washington bersedia mendukung upaya bersama untuk melatih pilot Ukraina menggunakan pesawat tempur generasi keempat. Sebagai bagian dari keputusan tersebut, pemerintahan Biden bermaksud untuk mengizinkan sekutu-sekutunya untuk menyediakan jet-jet tempur bagi Ukraina, termasuk F-16 buatan AS.

Dalam cuitan pada 19 Mei, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik keputusan AS “untuk mendukung koalisi jet tempur internasional. Ini akan sangat meningkatkan kekuatan militer kami di udara. Saya berharap dapat membahas implementasi praktis dari keputusan ini pada KTT #G7 di Hiroshima.”

Ukraina  mendorong sekutu Barat untuk menyediakan jet tempur canggih untuk mempertahankan wilayah udaranya. Namun, Washington sejauh ini tidak mengabulkan permintaan tersebut karena kekhawatiran bahwa langkah tersebut akan meningkatkan ketegangan dengan Rusia.

F-16 di Ukraina

Pesawat yang ringan dan serbaguna, F-16 adalah jet supersonik yang memiliki kemampuan defensif dan ofensif. Karena rentetan rudal Rusia yang terus menerus berdampak negatif pada sistem peluncuran darat Ukraina, jet tempur canggih akan menjadi taktik serangan balik yang ampuh bagi Kyiv.

F-16 dapat diluncurkan dengan cepat hanya dalam beberapa menit dan menembak jatuh pesawat musuh dan rudal ofensif.

Dalam sebuah wawancara dengan TV Espreso lokal, juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Kolonel Yuri Ignat, mengatakan bahwa “kami akan memenangkan perang ini” setelah militer mendapatkan F-16. Dengan mengerahkan pesawat-pesawat ini, Ukraina akan dapat memberikan perlindungan pertahanan di wilayah-wilayah yang sebelumnya berada di luar jangkauan rudal anti-pesawat.

“Kami membutuhkan F-16 untuk menjadi bagian integral dari pertahanan udara kami. Pesawat-pesawat tempur ini dapat menyerang target udara baik dari ketinggian tinggi maupun rendah,” kata Ignat seraya menunjukkan bahwa jet-jet tersebut dapat membawa senjata canggih.

Ia juga menambahkan, menggunakan F-16, pasukan darat kami akan dapat dengan cepat membebaskan wilayah Ukraina yang diduduki dengan menargetkan pos komando musuh, kelompok militer, dan rantai pasokan logistik.”

Bantuan Amerika Serikat

Amerika Serikat  menggelontorkan lebih dari $37,6 miliar dalam bentuk bantuan  untuk Ukraina sejauh ini, di mana lebih dari $36,9 miliar dikirim ke Kyiv sejak Rusia menginvasi negara tersebut pada Februari tahun lalu.

Beberapa pemimpin Partai Republik telah mendesak pemerintahan Biden untuk menghentikan pengeluaran miliaran dolar untuk bantuan militer. Dalam sebuah surat pada  20 April kepada Biden, 19 anggota parlemen dari Partai Republik memperingatkan bahwa jika Amerika Serikat terus memberikan bantuan kepada Kyiv, hal ini dapat menyebabkan eskalasi perang yang lebih jauh.

“Selama setahun terakhir, AS telah menjadi penyandang dana utama upaya pertahanan Ukraina. Ketika perang memasuki tahun kedua, tidak ada akhir yang terlihat dan tidak ada strategi yang jelas untuk mengakhiri perang ini. Perang proksi dengan Rusia di Ukraina bukanlah kepentingan strategis Amerika Serikat dan berisiko menimbulkan eskalasi yang bisa menjadi tidak terkendali,” demikian isi surat tersebut.

Beberapa anggota Partai Republik telah memperingatkan bahwa membantu Ukraina dapat menghalangi Amerika Serikat untuk membantu Taiwan melawan Tiongkok. Dalam sebuah acara pada  17 Mei di Hudson Institute, Mike Pompeo, mantan Menteri Luar Negeri di bawah pemerintahan Trump, menolak argumen-argumen ini.

Pompeo menunjukkan bahwa argumen semacam itu didasarkan pada “kepalsuan dari permainan zero-sum game yang hanya bisa dilakukan dengan begitu banyak peluru artileri.” Dia juga memperingatkan bahwa pemimpin Tiongkok Xi Jinping sedang melihat apa yang terjadi di Ukraina untuk menentukan apakah akan menginvasi Taiwan. (asr)