WHO : COVID-19 Belum Berakhir, Masih Ada Patogen Lain yang Lebih Mematikan

oleh Li Zhaoxi

Pandemi COVID-19 telah membunyikan peringatan kesehatan bagi seluruh dunia. Pada 22 Mei, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak semua negara untuk bersiap menghadapi pandemi berikutnya dengan patogen yang lebih mematikan daripada COVID-19.

Awal bulan ini, WHO menyatakan bahwa COVID-19 tidak lagi menjadi darurat kesehatan global. Namun pada World Health Assembly yang diadakan di Jenewa, Swiss pada 22 Mei, Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan bahwa pandemi COVID-19 masih belum berakhir.

“Masih ada ancaman varian lain yang menyebabkan lonjakan infeksi dan kematian. . “Selain itu, ada patogen lain yang lebih mematikan,” kata Tedros.

Menurut WHO, lebih dari 6,9 juta orang di seluruh dunia telah meninggal akibat COVID-19. Tedros mencatat bahwa pandemi COVID-19 telah menunjukkan bahwa setiap orang di planet ini pada dasarnya perlu dilindungi dengan lebih baik.

“Kita tidak bisa membiarkan masalah ini untuk diatasi di kemudian hari. Jika kita tidak melakukan perubahan yang diperlukan, siapa lagi yang harus melakukannya ? Jika kita tidak melakukan perubahan sekarang, lalu kapan ?”

Ia menambahkan, bahwa ketika pandemi berikutnya tiba, negara-negara harus secara bersama-sama dan tegas untuk meresponsnya.

194 negara anggota WHO sedang mengerjakan sebuah kesepakatan bersama dalam menanggulangi pandemi global, dan negosiasi akan berlanjut hingga tahun depan. Tedros mengatakan bahwa ini adalah langkah penting untuk mempertahankan keamanan kesehatan  dunia. 

“Untuk menghadapi ancaman bersama dengan komitmen bersama dan tindakan pencegahan bersama”, tegasnya.

WHO telah mengidentifikasi beberapa patogen “prioritas” yang kemungkinan besar akan menyebabkan pandemi berikutnya, termasuk Ebola, Marburg, Lassa, Nipah, Zika, dan sebagainya.

Para pakar kesehatan masyarakat sepakat bahwa pandemi berikutnya kemungkinan besar bersifat zoonosis, artinya berasal dari hewan dan kemudian “menyebar” ke manusia. Mungkin yang paling menakutkan adalah “Penyakit X”. “X” mewakili patogen yang tidak diketahui manusia, dan “penyakit X” dapat muncul kapan saja, menimbulkan risiko potensial bagi kesehatan masyarakat.

Pranab Chatterjee, seorang peneliti di Departemen Kesehatan Internasional di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health (BSPH) mengatakan kepada Canada’s National Post : “Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa ‘Penyakit X’ bakal meledak”.

Pranab Chatterjee mengatakan bahwa “Kesehatan Bersama” (One Health) adalah kunci untuk secara efektif mengidentifikasi dan menanggapi ancaman penyakit menular, karena ia menyediakan pendekatan lintas sektoral dan multidisiplin untuk identifikasi dan tanggapan.

“One Health” menyerukan tindakan global yang intensif. Organisasi di bidang pangan, pertanian, lingkungan, kesehatan manusia dan hewan harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan kesehatan dunia yang kompleks, seperti Penyakit X.

Bahkan virus yang sudah diketahui dari mana asalnya pun dapat berkembang menjadi sesuatu yang baru yang mengancam kesehatan, kata Barney Graham, seorang penasihat senior untuk ekuitas kesehatan global di Morehouse School of Medicine, Atlanta, AS.

Seluruh 1,67 juta virus yang tidak diketahui asal usulnya di seluruh dunia muncul dari sekitar 25 keluarga virus, dari mereka ini para ilmuwan telah mengidentifikasi sebanyak 120 virus yang berpotensi menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Menurut Barney Graham, dengan sumber daya dan teknologi yang tersedia saat ini, tidaklah berlebihan untuk melakukan persiapan lebih awal dalam menghadapi 120 virus yang berbeda itu.

Barney Graham juga menambahkan bahwa kunci pencegahan dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi adalah berpikir secara jangka panjang. Namun, “Kita tampaknya masih bertindak seolah-olah kita hanya akan berada di planet ini untuk 5 tahun saja. Kita seharusnya berpikir jauh dan panjang.’ (sin)