Bacapres Ko Wen-je : Jangan Anggap Rezim Xi Jinping Sebagai Pemerintahan Permanen

NTD

Ko Wen-je, bakalan calon presiden Republik Tiongkok (Taiwan) beberapa hari yang lalu menandaskan bahwa orang jangan menganggap rezim Xi Jinping sebagai pemerintahan permanen. Karena, jika tidak mencapai kemajuan dalam politik, sistem (PKT) ini tidak mungkin bisa stabil.

Sebagai Ketua Partai Rakyat Taiwan (Taiwan People’s Party. TPP) dan calon presiden, Ko Wen-je baru-baru ini pergi ke Jepang untuk melakukan kunjungan selama 5 hari, dan menyampaikan pidato di “Asosiasi Koresponden Asing Jepang” pada hari terakhir kunjungan (8 Juni), sekaligus menerima wawancara media.

Ada reporter media yang bertanya apakah dia bersedia untuk berbicara dengan Xi Jinping ? Ko Wen-je menjawab, bahwa saat ini tidak ada rencana seperti itu. Tidak kalah penting terlebih dahulu kita perlu menentukan strategi, lalu taktik, baru kemudian perjuangannya. Harus ada tujuan dalam melakukan sesuatu. “Jadi bolehkah saya bertanya apa yang perlu saya bicarakan dengan Xi Jinping saat ini ?” Sebelum ini ditentukan, tidak ada gunanya untuk berbicara. yang akhirnya cuma sebuah sandiwara.

Ada reporter media bertanya kepada Ko Wen-je apa pandangannya terhadap rezim Xi Jinping ? Ko Wen-je mengatakan : “Jangan menganggap rezim Xi Jinping saat ini sebagai pemerintahan permanen”

Ko Wen-je mengutip ucapan mantan Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao mengatakan : “jika reformasi politik yang demokratis tidak berhasil mencapai kemajuan, maka reformasi di bidang ekonomi bisa lenyap”. Oleh karena itu, Ko Wen-je tidak berpikir bahwa pemerintah Tiongkok masih mampu mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Akhirnya ia menegaskan : “Jangan menganggap Tiongkok-nya Xi Jinping saat ini sebagai Tiongkok yang permanen”. Pencapaian di sektor ekonomi, tetapi jika tidak diimbangi dengan kemajuan di sektor politik, maka sistem tidak akan stabil. Kita tetap harus percaya terhadap nilai-nilai universal, berharap supaya Tiongkok bisa masuk ke masyarakat beradab.

Ketika Ko Wen-je memimpin delegasinya untuk mengunjungi Amerika Serikat, dia juga berbicara kepada media tentang pandangannya terhadap isu hubungan lintas selat dan rezim Xi Jinping. Ko mengatakan bahwa perang Selat Taiwan berbeda dengan perang Rusia – Ukraina. Jika perang di selat Taiwan berlangsung selama 2 minggu, bisa jadi rezim Xi Jinping terancam.

Dalam wawancara eksklusif dengan Voice of America, Ko Wen-je mengatakan, bahwa Perang Rusia – Ukraina adalah cerminan yang bagus, tetapi sesungguhnya terdapat banyak perbedaan antara Perang Rusia – Ukraina dengan perang di Selat Taiwan. Pertama adalah persoalan medan alami di Selat Taiwan, yang akan membuat transportasi menjadi sulit. Yang kedua adalah isu terkait dengan Vladimir Putin, itu’kan perang agresi, kata Ko Wen-je seraya menyindir : “Sesungguhnya saya heran mengapa dia (Putin) masih bisa mempertahankan kedudukan padahal perang Rusia – Ukraina sudah berlangsung setahun lebih. Tetapi jika itu terjadi di Tiongkok, saya percaya bahwa dalam 2 pekan saja ia (Xi Jinping) pasti sudah celaka”.

Ko Wen-je mengatakan, bahwa rezim Beijing tentu akan lebih berhati-hati dalam bertindak setelah melihat sendiri pengalaman yang diperoleh Rusia dari perang agresinya ke Ukraina, tetapi Beijing juga bisa berbuat semakin brutal. Dijelaskan oleh Ko Wen-je : “Itu akibat ia (Xi Jinping) akan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari tanggung jawab kegagalan atas perintahnya menginvasi Taiwan”. Dalam jangka pendek, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok akan lebih berhati-hati. Amerika Serikat tetap akan mengadopsi pendekatan yang mencegah terjadinya konflik senjata dengan Tiongkok, itu adalah strategi AS terhadap Tiongkok. (sin)