Belanda Sedang Merumuskan Undang-Undang yang Melarang Mahasiswa Tiongkok Mengambil Kuliah Teknologi Sensitif

oleh Zhang Ting

Sumber yang mengetahui masalah memberitahu Bloomberg bahwa pemerintah Belanda sedang merumuskan undang-undang untuk melarang mahasiswa asal Tiongkok mengambil kuliah dalam bidang teknologi sensitif seperti semikonduktor dan pertahanan nasional.

Meskipun bahasa dalam undang-undang yang direncanakan itu menghindari penyebutan negara secara khusus, tetapi tujuannya adalah untuk mencegah siswa internasional yang berasal dari Tiongkok untuk mengambil studi materi yang sensitif, kata sumber tersebut.

Belanda akan melakukan penyaringan terhadap siswa dan peneliti dalam mata pelajaran sensitif

Bloomberg yang mengutip sebuah pernyataan email melaporkan, bahwa Kementerian Pendidikan Belanda membenarkan adanya rencana untuk memperkenalkan langkah-langkah penyaringan wajib bagi siswa dan peneliti di bidang studi yang sensitif. Kementerian tersebut juga menegaskan bahwa tindakan apa pun yang diambil akan bersifat netral dan tidak menargetkan negara tertentu.

Universitas-universitas Belanda saat ini memiliki wewenang independen dalam mengambil keputusan atas penerimaan mahasiswa internasional dan peneliti yang mendaftar ke program-program sensitif. Mereka dapat memilih untuk berkonsultasi dengan pemerintah tentang bagaimana menangani beberapa pertimbangan keamanan. Dalam sepucuk surat yang dilayangkan kepada parlemen pada bulan Desember 2022, Menteri Pendidikan Belanda Robbert Dijkgraaf mengatakan, bahwa pada tahun 2022 perguruan tinggi telah mengajukan 89 pertanyaan kepada pemerintah, yang terdiri dari 52 isu terkait Tiongkok, 21 isu terkait Rusia, dan 16 isu terkait Iran.

Financial Times mengutip ucapan Robbert Dijkgraaf memberitakan bahwa pemerintah Belanda berencana untuk memeriksa mahasiswa internasional, setelah beberapa universitas menerapkan larangan terhadap mahasiswa pascasarjana asal Tiongkok yang mengambil gelar teknik tinggi karena khawatir mereka dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional.

Universitas prihatin tentang siswa yang disponsori oleh China Scholarship Council (CSC), kata laporan itu. Dan Menteri Pendidikan Robbert Dijkgraaf mengatakan bahwa dirinya sedang menyelidiki masalah ini.

Penerima beasiswa selain harus bersumpah setia kepada Partai Komunis Tiongkok, juga wajib melapor ke kedutaan Tiongkok di negara siswa studi, dan kembali ke Tiongkok dalam waktu dua tahun setelah menyelesaikan studi mereka. Surat kabar Belanda “Trouw” yang pertama kali melaporkan berita tersebut.

Kepada Financial Times Robbert Dijkgraaf mengatakan bahwa dirinya juga prihatin terhadap hal ini.

“Secara umum, penggunaan program beasiswa yang ditargetkan untuk memperoleh pengetahuan dan teknologi berkualitas tinggi bagi kepentingan negara adalah tindakan yang tidak terpuji,” katanya.

“Saya telah melakukan survei untuk mengetahui berapa banyak peneliti CSC yang ada di Belanda dan di bidang apa mereka aktif,” kata Dijkgraaf.

Dia juga mengatakan bahwa dirinya juga sedang mempersiapkan rancangan undang-undang terkait penyaringan keamanan intelektual. “Sedang dalam penyusunan mana saja area berisiko, teknologi sensitif. Penyaringan akan berorientasi pada risiko. Pendekatannya dapat ditargetkan kepada negara mana pun di luar Uni Eropa, sehingga kami lebih siap untuk mengembangkan penilaian terhadap ancaman.

Menteri Perdagangan Belanda menduga Tiongkok memanfaatkan universitas untuk mendapatkan teknologi tinggi

The Financial Times melaporkan bahwa Menteri Perdagangan Belanda Liesje Schreinemacher mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Tiongkok mungkin mencoba untuk menghindari pembatasan ekspor teknologi Barat dengan memperoleh pengetahuan dari universitas-universitas Belanda.

“Jika Anda menginginkan teknologi tertentu, pertama-tama Anda perlu mencoba membeli teknologi itu. Jika itu tidak berhasil, Anda mencoba untuk berinvestasi di dalamnya. Jika itu juga tidak berhasil, maka Anda mengirim orang ke institusi teknologi untuk mendapatkan teknologi atau untuk mendapatkan pengetahuan tentang teknologi itu,” kata Liesje Schreinemacher.

Dia juga mengatakan, meskipun R&D Belanda dan transisi hijau juga membutuhkan kerja sama dengan Tiongkok, tetapi “kita juga harus melihat negara mana yang kita bisa mengizinkan siswanya untuk memasuki bidang studi yang kita miliki”.

Robert-Jan Smits, rektor Eindhoven University of Technology (TU/e), mengatakan : “Apa yang saya lihat adalah bahwa semua universitas Belanda secara bertahap akan mengurangi jumlah mahasiswa dari Tiongkok dan mengurangi hubungan dan kolaborasi penelitian mereka dengan Tiongkok”.

“Pemerintah Belanda meminta universitas untuk mengambil pendekatan yang lebih ketat dan melindungi dengan lebih baik aset yang paling berharga bagi mereka,” tambahnya.

Kementerian luar negeri Tiongkok berharap agar pemerintah Belanda tidak mempolitisasi dan distigmatisasi masalah ini.

Eskalasi dalam perang chip 

Amerika Serikat telah mengajak Belanda dan Jepang dalam membatasi ekspor teknologi dan peralatan chip canggih ke Beijing, karena kekhawatiran Barat tumbuh atas penggunaan teknologi canggih yang digunakan untuk mengembangkan militer Tiongkok.

Bloomberg mengatakan bahwa meskipun langkah-langkah membatasi siswa asal Tiongkok untuk mengambil kuliah teknologi yang sensitif masih sedang disusun oleh Belanda, tetapi ini mencerminkan eskalasi lebih lanjut dari perang chip antara Belanda dengan Tiongkok. Pemerintah Belanda awal tahun ini setuju untuk bergabung dengan Amerika Serikat dalam membatasi lebih lanjut ekspor teknologi chip ke Tiongkok dan mulai menyelidiki akuisisi perusahaan pembuat chip Belanda “Novi” oleh perusahaan Tiongkok “Nexperia”, yang meningkatkan ketegangan hubungan dengan Tiongkok.

Belanda telah membatasi ekspor peralatan litografi ultraviolet (EUV) canggih ke Tiongkok yang sangat penting dalam memproduksi semikonduktor tercanggih di dunia. Saat ini, satu-satunya perusahaan di dunia yang dapat memproduksi mesin litografi EUV adalah ASML, raksasa mesin litografi chip Belanda. Alhasil, ASML menjadi fokus perang chip antara Tiongkok dengan Barat.

Belanda melarang ekspor mesin litografi EUV ASML ke Tiongkok telah menimbulkan ketidakpuasan Beijing. Pada 23 Mei, saat kunjungan Wakil Perdana Menteri Belanda dan Menteri Luar Negeri Wopke Hoekstra ke Tiongkok, Menteri Luar Negeri Tiongkok Qin Gang secara terbuka meminta Belanda untuk merilis pembelian mesin litografi canggih. Sebelumnya, duta besar Tiongkok untuk Belanda bahkan mengancam akan melakukan tindakan balasan terhadap Belanda, walau tidak menyebutkan bagaimana cara membalasnya.

Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh badan intelijen Belanda, disebutkan bahwa Tiongkok merupakan ancaman terbesar bagi keamanan ekonomi Belanda. Meskipun Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang terbesar Belanda.

Badan intelijen tersebut juga mengatakan, banyak perusahaan dan institusi Belanda merasa kesulitan untuk melakukan penilaian risiko yang tepat atas kerja sama ekonomi dan ilmiah mereka dengan Tiongkok.

“Negara itu selalu menyembunyikan pihak yang berada di belakang layar kerja sama apa itu pemerintah atau PKT. Kerugian dari kerja sama seringkali baru muncul setelah proses berjalan,” kata laporan intelijen tersebut. 

Laporan itu juga menyebutkan bahwa Tiongkok menargetkan perusahaan dan institusi teknologi tinggi Belanda melalui akuisisi perusahaan, kolaborasi akademik, dan spionase (digital), orang dalam, investasi rahasia, dan ekspor ilegal.

Pada Februari tahun ini, ASML mengumumkan bahwa seorang mantan karyawan Tiongkok diduga mencuri rahasia teknologi yang dipatenkan perusahaan. Insiden tersebut memicu kembali kekhawatiran Barat tentang pencurian teknologi oleh Tiongkok.

Baru-baru ini, pemerintah Belanda menerapkan Undang-Undang Uji Keamanan Investasi, Merger, dan Akuisisi, yang memungkinkan pemerintah Belanda membatasi ukuran investasi atau memblokir transaksi dengan perusahaan internasional atas dasar pertimbangan keamanan nasional. Belanda juga menyatakan bahwa undang-undang itu netral dan tidak ditujukan ke negara mana pun ketika diumumkan. Tetapi Menteri Ekonomi dan Iklim Belanda Micky Adriaansens mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg : “Saat ini, Tiongkok dan Rusia adalah negara yang patut sangat diwaspadai oleh Belanda.” (sin)