Nilai Tukar Yuan Tembus Level Kunci 7 Terhadap Dolar AS Imbas Ekspor Menurun

Kathleen Li, Ellen Wan dan Angela Bright – The Epoch Times

Angka-angka impor dan ekspor resmi terbaru Tiongkok tidak sesuai dengan ekspektasi, dengan ekspor menurun di Mei. Setelah “menembus level 7” terhadap dolar AS bulan lalu, nilai tukar yuan turun di bawah 7,15 pada 8 Juni.

Seorang ahli keuangan mengatakan kepada The Epoch Times bahwa nilai yuan yang terdepresiasi adalah konsekuensi yang tak terelakkan dari ekspor Tiongkok yang melemah, dan yuan akan “menembus 7” lebih sering di masa mendatang.

Menurut data impor dan ekspor terbaru yang dirilis oleh Administrasi Umum Bea Cukai Tiongkok, impor dan ekspor Tiongkok terus turun pada Mei. Nilai total ekspor pada Mei adalah $283,05 miliar, turun 4,0 persen dari April, turun 7,5 persen YoY, dan terendah kedua sejak Mei 2022. Nilai impor dan ekspor kumulatif Tiongkok dari Januari hingga Mei adalah $ 501,19 miliar, turun 2,8 persen dari tahun ke tahun, dan 0,9 poin persentase lebih tinggi dari penurunan kumulatif 1,9 persen dari Januari hingga April.

Yuan terus terdepresiasi sejak menembus level 7 terhadap dollar AS pada 17 Mei. Pada 5 Juni, nilai tukar yuan jatuh di bawah angka 7,10, dengan level terendah intraday hari itu di bawah 7,12. Pada 8 Juni, nilai tukar turun di bawah 7,15 menjadi 7,1553 sebelum pulih pada hari itu.

Dalam lima tahun terakhir, nilai tukar yuan telah menembus angka 7 pada Agustus 2019, Februari 2020, dan September 2022. Menurut laporan yang dirilis oleh China Galaxy Securities pada Mei, penyebab langsung dari nilai tukar yuan yang menembus 7 pada bulan September 2022 adalah penurunan suku bunga bank sentral pada bulan Agustus; alasan utama untuk menembus 7 pada bulan lalu adalah dolar AS yang lebih kuat.

Nilai Tukar Yuan Akan Terus ‘Tembus 7’

Depresiasi yuan adalah konsekuensi yang tak terelakkan dari ekspor Tiongkok yang lemah dan pencetakan uang Beijing untuk menyelamatkan ekonomi, hal demikian disampaikan oleh Frank Tian Xie, seorang profesor di University of South Carolina Aiken School of Business, kepada The Epoch Times pada 7 Juni. 

Frank Xie, seorang profesor di School of Business Administration di University of South Carolina, ikut serta dalam sebuah forum tentang Tiongkok dan komunisme di University of Toronto, Kanada, pada 5 Mei 2018. (Omid Ghoreishi / The Epoch Times)

Ia menjelaskan : “Ekonomi Tiongkok akan terus melemah, dan impor serta ekspornya akan terus menurun. PKT [Partai Komunis Tiongkok] masih mencetak uang untuk menyelamatkan ekonomi dalam situasi ini sehingga penurunan nilai tukar yuan adalah sebuah tren. Sekarang semuanya tergantung pada seberapa banyak cadangan devisa yang dimiliki PKT untuk menutup celah ini.”

Xie percaya bahwa produk-produk Tiongkok telah menjadi kurang kompetitif, dan nilai tukar yuan akan “menembus 7” lebih sering di masa depan.

“Jika nilai tukar terus turun dan yuan terus terdepresiasi, hal itu akan baik untuk merangsang ekspor Tiongkok, tetapi akan menyebabkan rebound dari mitra dagang Tiongkok.”

“Untuk impor, harga-harga akan lebih tinggi. Tiongkok mengimpor banyak chip, peralatan medis, obat-obatan, mineral, dan bahan mentah. Harga-harga ini akan naik, yang akan sangat berdampak pada perekonomian.”

Memanipulasi Nilai Tukar Merugikan Ekonomi

PKT percaya bahwa depresiasi yuan dapat dikelola karena bergantung pada langkah-langkah kontrol bank sentral – tingkat paritas sentral dan penyelesaian valuta asing. 

Namun, Xie memiliki pandangan yang berbeda tentang masalah ini karena yuan adalah mata uang yang dikendalikan pemerintah dan tidak dapat ditukar secara bebas; PKT hanya mengizinkan nilai tukarnya berfluktuasi dalam kisaran kecil. Tingkat paritas sentral dan penyelesaian valuta asing adalah alat intervensi pemerintah yang ampuh, tetapi karena bertentangan dengan hukum pasar, mereka pada akhirnya akan dihukum oleh pasar.

“Mempertahankan nilai tukar wajib dan memanipulasi nilai tukar hanya akan membawa konsekuensi negatif pada perekonomian Tiongkok.” Xie juga berpendapat bahwa akan semakin sulit bagi PKT untuk mempertahankan nilai tukar karena kurangnya cadangan devisa.

Menurut data cadangan devisa resmi yang dirilis oleh Administrasi Negara Devisa Tiongkok pada 7 Juni, cadangan devisa Tiongkok berada di angka $3.176.508 di akhir Mei, turun $28.258 dari $3.204.766 di akhir April.

China Fortune Securities menganalisa bahwa “pemulihan ekonomi domestik Tiongkok yang berada di bawah ekspektasi” juga menjadi salah satu alasan mengapa nilai tukar yuan kembali menembus level 7. Perbedaan besar antara kenyataan dan ekspektasi telah melemahkan kepercayaan pasar terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok, sehingga memicu pelemahan yuan, kata laporan tersebut.

Dalam menganalisis dampak tembusnya 7 pada saham A, China Fortune Securities percaya bahwa depresiasi yuan adalah sinyal bahwa ekspektasi pasar Tiongkok telah menjadi lebih lemah, dan investor asing menjadi berhati-hati dalam jangka pendek, yang mengakibatkan kurangnya modal tambahan. Hal ini telah menyebabkan intensifikasi permainan saham di industri dan tema, sehingga sulit untuk membentuk pasar bullish secara umum.

Melemahnya ekspektasi investor luar negeri terhadap ekonomi Tiongkok terlihat jelas pada tahun 2022. Menurut “Macro Insights” yang dirilis oleh para peneliti Bank of China pada 21 April, investasi portofolio luar negeri di Tiongkok mengalami arus keluar yang jarang terjadi pada tahun 2022, dengan arus keluar bersih sebesar $107,9 miliar.