Pertama Kali dalam 15 Tahun Tiongkok Kehilangan Gelar Sebagai Pasar Impor Terbesar Amerika Serikat

oleh Chi Qianli dan Tang Jie’an 

Perang dagang telah menyebabkan terjadinya decoupling ekonomi di beberapa sektor antar kedua ekonomi utama dunia. Kinerja ekspor komoditas Tiongkok ke AS dari Januari hingga Mei tahun ini membuat Tiongkok harus kehilangan gelar sebagai negara terbesar yang mengekspor barang ke AS. Gelar yang sudah 15 tahun disandangnya itu sekarang beralih ke Meksiko dan Kanada.

Data terbaru yang dirilis Kementerian Perdagangan AS menunjukkan bahwa, nilai barang yang diimpor dari Tiongkok mulai Januari hingga Mei tahun ini mengalami penurunan sekitar 25% YoY, menjadi USD. 169 miliar, menyumbang hanya 13,4% dari total impor AS dari berbagai negara di dunia. Angka ini merupakan yang terendah dalam 19 tahun terakhir.

Sementara itu, pada paruh pertama tahun ini, impor AS dari Meksiko naik ke rekor tertinggi, mencapai USD. 195 miliar, diikuti Kanada dengan total impor sebesar USD. 176 miliar. Ini juga untuk pertama kalinya dalam 15 tahun terakhir Tiongkok tersingkir dari posisi pertama. Selain itu, terhadap kategori produk Tiongkok yang diimpor AS juga mengalami penurunan, terutama terhadap volume impor semikonduktor, penurunannya mencapai 50%.

“Gangguan rantai industri selama pandemi merupakan faktor kunci dalam penurunan ekspor Tiongkok,” kata Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor di Aiken School of Business di University of South Carolina, AS.

Ekonomi Tiongkok sedang berada dalam kondisi amburadul, penurunan ekspor bulan Juni 2023 tercatat sebagai yang terburuk selama 3 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok usai dicabutnya kebijakan lockdown ekstrem terhadap epidemi, bukannya membaik malahan membuat investor kehilangan kepercayaan.

Pemerintah AS juga terus mengejar agenda keamanan ekonomi. Termasuk mengeluarkan “Undang-Undang Penurunan Inflasi” (Inflation Reduction Act) dan “Undang-Undang Chip & Sain” (CHIPS and Science Act), dan lain-lain, selain itu juga memberikan subsidi yang bertujuan untuk mendorong perusahaan memindahkan operasinya kembali ke Amerika Serikat. Pada saat itu, ekonomi berbasis ekspor Tiongkok dan perusahaan yang mengandalkan Tiongkok sebagai pusat manufaktur jelas semakin tertekan untuk melakukan reformasi. (sin)