Musuhi NATO, Lelucon Latihan Militer PKT Adalah Bunuh Diri

Shen Zhou

Pada  11 dan 12 Juli lalu, di tengah berlangsungnya KTT NATO, Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah sengaja mengerahkan pesawat tempurnya dalam jumlah banyak mengusik wilayah Taiwan, bahkan terlebih dulu mengirimkan kapal serbu amfibi tipe 075 ke perairan di timur Taiwan, mengambil posisi berhadapan langsung dengan NATO.

Latihan perang kali ini sepertinya juga demi memenuhi tuntutan Xi Jinping belum lama ini yakni “perencanaan perang”, tapi masih sangat jauh berbeda dari situasi pertempuran yang sesungguhnya. PKT terus memperburuk “pergolakan” situasi di sekitarnya, bahkan secara langsung memusuhi NATO, ulah PKT ini telah mengakibatkan “ketidakstabilan situasi keamanan” baginya.

PKT Sengaja Melawan NATO

Pada 11 Juli lalu, KTT NATO baru saja dibuka, PKT mengerahkan 38 unit pesawat tempur melewati garis tengah atau garis ekstensi Selat Taiwan dan pesawat tempur yang memasuki wilayah udara barat daya dan timur Taiwan ada sebanyak 32 unit, antara lain 10 unit J-10, 6 unit J-16, 6 Unit Su-30, 4 unit bomber H-6, 2 unit pesawat angkut Y-8 anti kapal selam, 1 unit pesawat perang elektronik Y-8, 1 unit pesawat polisi udara KJ-500, 1 unit pesawat nirawak (UAV); selain itu ada pula 1 unit helikopter anti kapal selam Z-9 juga tampak di wilayah laut di timur Taiwan.

PKT sudah menduga NATO pasti akan fokus membahas masalah Taiwan, oleh sebab itu telah PKT lebih awal mempersiapkan aksi mengusik Selat Taiwan mengincar KTT NATO. Ada 4 unit pesawat bomber H-6 milik PKT terbang mengitar ke kawasan tenggara Taiwan, hanya pesawat tempur yang tidak terbang mengiringinya untuk memberikan perlindungan, sampai di tengah perjalanan lalu berbalik arah; pesawat anti kapal selam dan perang elektronik juga menempuh jalur serupa dengan bomber H-6.

Pada 12 Juli lalu, pemimpin negara Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru turut menghadiri KTT NATO. PKT kembali mengerahkan 33 unit pesawat militernya, melintasi garis tengah atau garis ekstensi di Selat Taiwan, sebanyak 24 unit di antaranya  memasuki wilayah udara barat daya dan tenggara Taiwan, antara lain 12 unit J-10, 4 unit J-16, 1 unit Su-30, 4 unit bomber H-6, 1 unit pesawat perang elektronik Y-8, dan 1 unit pesawat nirawak (UAV); selain itu 1 unit helikopter anti kapal selam Z-9 juga muncul di wilayah perairan timur Taiwan. Kali ini pesawat tempur PKT tetap berbalik arah di tengah perjalanan, pesawat peringatan dini dan anti kapal selam tidak muncul, tapi 4 unit bomber H-6 kembali mengitari wilayah tenggara Taiwan.

Pada 13 Juli, satu unit pesawat patroli anti kapal selam P-8A Poseidon milik militer AS terbang melintasi Selat Taiwan, bisa dibilang sebagai respon terhadap PKT. Di hari yang sama, PKT mengerahkan 30 unit pesawat militer, melewati garis tengah atau garis ekstensi Selat Taiwan, sebanyak 16 unit terbang di wilayah udara barat daya, antara lain 11 unit J-11, 7 unit J-16, 6 unit Su-30, dan 1 unit pesawat anti kapal selam Y-8; tapi bomber H-6 tidak dikeluarkan; selain itu satu unit helikopter anti kapal selam Z-9 tiga kali muncul di perairan timur Taiwan.

Kemunculan pesawat militer PKT sengaja untuk menantang KTT NATO, bahkan mengimbangi latihan armada kapal kecil di timur Taiwan. Pihak militer Taiwan mengungkap, kapal jarak jauh PKT berlayar di perairan timur Taiwan, setiap hari ada satu unit helikopter Z-9 lepas landas dan mendarat di atasnya. Kapal jarak jauh tersebut adalah kapal serbu amfibi Guangxi tipe 075, dengan diiringi oleh 1 unit kapal perusak tipe 052D, berikut 1 unit kapal fregat tipe 054 dan 1 unit kapal logistik.

Ke empat kapal militer itu berada di bawah wewenang Komando Palagan Timur PKT, yang pada  29 dan 30 Juni lalu pernah dibagi menjadi dua armada berlayar melewati Laut Timur ke arah utara dan melintasi selat di antara kepulauan Jepang menuju ke arah Samudera Pasifik; sekitar 10 hari kemudian, seharusnya telah tiba di wilayah perairan timur Taiwan.

Dalam pernyataannya NATO menyebut tindakan PKT tersebut merupakan “ambisi global” dan “merusak peraturan internasional”, tindakan PKT sengaja mengincar KTT NATO kali ini, bisa dibilang telah memberikan suatu catatan yang sangat penting.

Apa Maksud Kapal Serbu Amfibi PKT Berlayar Ke Jepang?

Pada 29 dan 30 Juni, kapal amfibi Guangxi (32) dan kapal perusak CNS Baotou (133) milik PKT melintas di Selat Osumi yang terletak di antara Kyushu dan Tanegashima, serta menerbangkan satu unit helikopter Z-9, pihak Jepang segera merespon dengan menerbangkan pesawat tempurnya. Di saat yang sama, kapal fregat Anyang (599) dan Chaohu (890) juga melintasi selat di antara Yokoate-Jima dan Amami-Ōshima.

Angkatan Bersenjata Jepang pun mengerahkan kapal serangan cepat yakni kapal patroli P-1 dan P-3C untuk menindaklanjuti. Sekitar 10 hari kemudian, yakni 11, 12, dan 13 Juli, armada amfibi PKT mulai latihan di perairan timur Taiwan, helikopter anti kapal selam Z-9 yang lepas landas selama tiga hari berturut-turut, adalah tipe helikopter yang sama dengan yang lepas landas di wilayah perairan Jepang. Setengah bulan sebelum KTT NATO, kapal amfibi Armada Laut Timur PKT seharusnya telah berlayar, dan sejak awal bersiap melawan NATO. Kapal amfibi PKT seharusnya latihan di sekitar Taiwan, namun sengaja berlayar ke utara, melintasi kepulauan Jepang, berupaya menakuti Jepang, dan mencegah Jepang bekerjasama dengan NATO.

Misi utama kapal serbu amfibi tipe 075 PKT adalah pendaratan pantai di Selat Taiwan, mengapa berlayar ke Jepang? Apakah PKT juga Bersiap hendak mendarat di Jepang? Latihan seperti ini agak aneh, seolah-olah militer PKT sangat awam, tapi dikhawatirkan aksi tersebut membawa misi politik.

Pada 6 Juli lalu, Xi Jinping melakukan inspeksi pada lembaga palagan timur, dikatakan: “Saat ini, dunia telah memasuki masa perubahan pergolakan yang baru”; “ketidakstabilan situasi keamanan semakin besar”; harus “meningkatkan kewaspadaan akan bahaya”; “menjalankan fungsi pertempuran utama palagan”; “memperdalam perencanaan perang dan pertempuran”, “fokus pada pelatihan militer tempur yang sebenarnya, mempercepat kemampuan meraih kemenangan”.

Xi Jinping menyadari kemampuan militer PKT sangat tidak memadai, di saat yang sama juga dikatakan, “Harus mempertahankan pemikiran politik tingkat tinggi dan mengatasi masalah militer”. Kapal amfibi tipe 075 Komando Palagan Timur berlayar sampai ke Jepang, adalah semacam aksi politik, dan minim akan makna perang.

Kapal induk Liaoning milik PKT mungkin tidak bisa dikerahkan, kapal induk Shandong dalam menghadapi kapal induk militer AS di Laut Selatan, buru-buru berlayar ke utara, tapi buru-buru berlayar kembali ke selatan. Di saat tidak berdaya, PKT hanya bisa mengirim kapal amfibinya mengitari kepulauan Jepang satu putaran. Pesawat tempur PKT tidak dapat mendarat di kapal amfibi, hanya helikopter yang bisa, menghadapi pesawat tempur milik Angkatan Bersenjata Jepang F-15 dan F-2, walaupun tahu akan berakhir konyol, tapi bisa dianggap telah dapat merampungkan misi menakuti.

Latihan Gabungan PKT Kembali Ungkap Kelemahan Sendiri

Kapal amfibi, kapal perusak, kapal fregat, bahkan kapal logistik PKT melintasi di selat yang sempit di antara kepulauan Jepang, sulit menghadapi rudal anti kapal dan serangan udara pesawat tempur, bahkan tidak mampu mengelak dari artileri dan artileri roket biasa sekalipun. Pelayaran politik seperti yang dilakukan kapal militer PKT seperti ini sangat tidak berakal sehat, namun senang sekali melakukannya.

Xi Jinping menuntut agar “fokus pada pelatihan militer tempur yang sebenarnya, mempercepat kemampuan meraih kemenangan”, latihan seperti ini berbeda sangat jauh dengan pertempuran yang sebenarnya. Setelah kapal amfibi PKT berlayar membuat satu putaran besar, akhirnya tetap saja menuju laut timur Taiwan, PKT juga sengaja memilih waktu berlangsungnya KTT NATO, mengirim banyak pesawat militer untuk latihan bersama, tapi tetap saja tidak seperti latihan perang.

Kapal amfibi PKT mendaratkan dan menerbangkan helikopter Z-9 di timur Taiwan, menandakan PKT menyadari kehebatan kapal selam AS dan Jepang. Kapal amfibi PKT hanya mengandalkan helikopter berbasis kapal, 1 unit kapal perusak dan 1 unit kapal fregat, membawa 1 unit kapal logistik, akan sulit memasuki Samudera Pasifik dengan aman, sulit mencapai perairan di timur Taiwan dengan selamat.

Walaupun kapal amfibi PKT bersikeras menyerang perairan timur Taiwan, helikopter Z-9 tidak akan mampu menghadapi pesawat tempur Taiwan, kapal perang PKT juga tidak mampu melawan serangan udara. PKT mengirim banyak pesawat militer dari daratan untuk bergabung dalam latihan tersebut, tapi hanya pesawat bomber, pesawat anti kapal selam, dan pesawat perang elektronik yang mampu menjangkau lokasi latihan, juga akan menjadi sasaran empuk pesawat tempur Taiwan. Jika pesawat tempur F-22 dan F-35 milik AS mendekat dari arah pangkalan militer Filipina, Palau, dan Guam, pesawat tempur PKT bukan tandingannya.

Jika benar akan berperang, kapal amfibi PKT mungkin harus dibagi dua jalur, kapal induk dan amfibi AS akan ditempatkan di timur Taiwan, akan ada lebih banyak pesawat tempur F-35 dan F/A-18 yang akan menantikan armada laut PKT. Pesawat tempur PKT sulit terbang keluar dari Rantai Pulau Pertama, pesawat pengisi bahan bakar yang sangat terbatas akan sulit menopang misi darat jarak jauh, bomber, pesawat anti kapal selam, dan pesawat perang elektronik PKT tidak mampu menghadapi pesawat tempur tentara gabungan.

Kapal serbu amfibi PKT seharusnya mengemban misi pendaratan gelombang pertama yang krusial di arah serangan utama, lalu dengan cepat kembali mengangkut pasukan pendaratan gelombang kedua; sekarang justru mengitar ke perairan timur Taiwan dengan susah payah, sulit bekerjasama dengan kapal pendaratan lain untuk melancarkan serangan pendaratan berskala tertentu, juga tidak mampu dengan cepat terlibat dalam aksi pendaratan gelombang kedua, juga tidak mampu menjamin keselamatannya sendiri. Kapal pendaratan PKT sangat terbatas, masih saja membagi pasukannya, seakan tidak tahu apa kegunaan kapal serbu amfibi, lebih banyak digunakan untuk kebutuhan politik.

Xi Jinping meminta Komando Palagan Timur agar “menjalankan fungsi pertempuran utama palagan”, dan “memperdalam perencanaan perang dan pertempuran”. Baru saja perkataan Xi Jinping usai, Palagan Timur pun memperlihatkan kemampuan “perencanaan perang” dan kemampuan “perang utama” begitu tak berdaya.

13 Juli 2023 lalu, pesawat tempur Dassault Rafale milik Prancis dan F-35 milik AS sedang terbang melintasi wilayah udara Palau. (Sumber: akun Twitter AU Prancis)

PKT Tidak Mampu Melawan Militer AS dan Militer Gabungan

Satu ajang perang Rusia-Ukraina, telah mengungkap tuntas kemampuan perang militer Rusia sesungguhnya. Kini, kekuatan militer PKT bahkan telah terungkap walaupun belum berperang.

Memasuki Juli, AS dan pasukan koalisi sedang bersamaan menggelar banyak latihan perang, antara lain “Northern Edge 23-2”, “Exercise Mobility Guardian 2023”, dan “Cope Thunder 23-2”, yang secara optimal akan memanfaatkan tiga basis di barat Samudera Pasifik, kembali mengeluarkan jurus pamungkas pada PKT.

Pada 10 Juli, AS menerbitkan naskah pers, berjudul “Strengthening Alliances: US Marines Return to the Philippines for MASA 23”. Pasukan Ekspedisi Marinir I dan III AS telah tiba di Filipina, untuk menghadiri latihan dukungan penerbangan (MASA 23) di berbagai tempat di Filipina mulai  6 hingga 21 Juli, untuk melatih dibangunnya keunggulan yang krusial di tengah lingkungan berperang yang rumit.

Pesawat tempur generasi kelima AS seperti F-22 dan F-35 segera ambil posisi, Prancis mengirimkan 10 unit pesawat tempur Dassault Rafale untuk mendukung, sementara pesawat tempur Inggris, Kanada, dan Australia telah tiba di tempat. Pesawat tempur F/A-18 milik Korps Marinis AS juga telah tiba di Filipina, memperlihatkan akan mempertahankan Selat Bashi di selatan Taiwan, akan bekerjasama dengan AU Taiwan, dan bersama-sama mengendalikan situasi di wilayah perairan dan udara di barat daya dan tenggara Taiwan.

8 Juli 2023, roket HIMARS Korps Marinir AS diangkut pesawat tiba di pangkalan militer Filipina. (US Marine Corps)

Korps Marinir AS memiliki setidaknya 127 unit pesawat tempur F-35B/C, juga mempunyai lebih dari 180 unit pesawat tempur F/A-18A/B/C/D, dan roket HIMARS yang dapat mengendalikan Selat Bashi. Hanya Korps Marinir AS saja akan sulit untuk dihadapi oleh PKT.

PKT mencari musuh dimana-mana menyebabkan “ketidakstabilan situasi keamanannya” sendiri.

5 Juli lalu, PKT mengungkapkan, 2 unit kapal fregat Rusia tiba di Shanghai, seusai kunjungan 7 hari tersebut, akan dilakukan latihan gabungan dengan armada AL PKT dengan melakukan gerakan formasi, telekomunikasi, penyelamatan di laut dan lain-lain. Waktu itu bertepatan dengan KTT NATO. Pihak NATO sedang membantu Ukraina menghalau mundur pasukan Rusia, PKT justru memperlihatkan sikap bersahabat dengan Rusia, yang sengaja memusuhi NATO.

2 unit kapal fregat Armada Pasifik Rusia yang berkunjung ke Shanghai, sebelumnya bahkan sempat mengitari wilayah utara Taiwan, tapi beban benaman kedua kapal fregat itu hanya 2250 ton, hanya sekitar setengah dari kapasitas kapal fregat 054A milik PKT. Kekuatan kapal perang permukaan Armada Pasifik Rusia tidak besar, tindakan ini hanya untuk menggandeng PKT memusuhi NATO.

Pada 15 Juli, situs militer PKT kembali mengumumkan, militer Rusia akan ikut bergabung dalam latihan perang “North United 2023” yang diorganisir Komando Palagan Utara PKT di Laut Jepang, guna meningkatkan koordinasi strategis pasukan kedua negara. KTT NATO baru berakhir, PKT kembali mengikat diri dengan Rusia.

PKT terus mengancam Taiwan, Jepang, dan Filipina; juga terus mendorong Korea Utara untuk mengacau, yang akibatnya semakin menjauhkan Korea Selatan. Xi Jinping menekankan “masa perubahan pergolakan yang baru” dan “ketidakstabilan situasi keamanan semakin besar” serta harus “meningkatkan kewaspadaan akan bahaya”. Faktanya, PKT sendiri sedang memperburuk “pergolakan” di sekitarnya, PKT sendiri menciptakan “ketidakstabilan situasi”; pemimpin PKT sendiri menempatkan diri di tengah “kekhawatiran”, juga mendorong Tiongkok ke ambang bahaya.

Pada 12 Juli lalu, Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengepalai konferensi aliansi yang dihadiri oleh pemimpin Australia, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Uni Eropa. Ia berkata, “NATO merupakan suatu aliansi regional, tapi kita menghadapi tantangan global”. Ia menyatakan, ambisi global Beijing dan perang Rusia terhadap Ukraina membutuhkan kerjasama koordinasi yang lebih erat antara NATO, Uni Eropa dan mitra Indo-Pasifik, ikatan antar rezim diktator semakin erat, “Oleh sebab itu kita harus menjaga ketertiban internasional yang berlandaskan pada peraturan.”

Bersama Jepang dan Korea Selatan, NATO telah menandatangani rencana hubungan kemitraan baru, yang akan membuat PKT semakin cemas; tapi PKT terus memusuhi NATO, seakan takut kurang akan musuh. Pada konferensi pers Kemenlu PKT tanggal 12 Juli lalu, juru bicara Wang Wenbing mengatakan, agar “setelah NATO mengacaukan Eropa, lalu berusaha untuk mengacaukan Asia Pasifik dan dunia lagi.”

Perkataan Wang Wenbing telah mengungkap sikap PKT yang sebenarnya terhadap perang Rusia-Ukraina, dan secara langsung mengincar NATO. Ia juga menyebutkan, kawasan Asia Pasifik tidak membutuhkan “NATO versi Asia Pasifik”. Akan tetapi justru karena PKT terus menantang negara tetangganya dan NATO, sehingga NATO dan sekutu Indo-Pasifik terus mempererat kerjasama.

Kesimpulan

Dengan kekuatan militernya saat ini, PKT akan sulit berperang melawan tentara gabungan AS, Jepang, dan Taiwan, apalagi untuk menghadapi pasukan gabungan NATO yang jauh lebih banyak.

Saat ini sepertinya militer Rusia akan merosot ke posisi kekuatan militer kedua dunia; PKT yang menyebut dirinya di posisi ketiga, memiliki perbedaan kekuatan militer yang sangat besar dengan AS, jika digabungkan dengan India di posisi keempat, Inggris di posisi kelima, Korea Selatan di posisi keenam, Jepang di posisi ke delapan, dan Prancis di posisi kesembilan, ditambah lagi dengan Australia, Kanada, dan lain-lain, maka PKT memang benar-benar akan sangat “terancam”.

“Kekhawatiran” pemimpin PKT adalah akibat ulahnya sendiri, bisa dibilang aksi bunuh diri. (Lin)