Berapa Lama Kebersamaan Republik Rakyat Tiongkok-Korea Utara-Rusia Bisa Bertahan?

Wang He

27 Juli adalah peringatan 70 tahun gencatan senjata pada Perang Korea, RRT-Korut-Rusia memanfaatkan momentum ini untuk berangkulan. Beijing mengumumkan, Li Hongzhong selaku anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok (PKT) sekaligus sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional PKT akan memimpin rombongan delegasi partai dan pemerintahan PKT dalam rangka kunjungan ke Korea Utara. Sementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga memimpin rombongan delegasi militer federasi Rusia berkunjung ke Korea Utara untuk memberikan selamat. Situasi ini sangat berbeda dibandingkan sepuluh tahun silam.

Rusia-Korut Berangkulan

2013 silam, pada peringatan 60 tahun gencatan senjata Perang Korea, Kim Jong-Un juga merayakannya secara besar-besaran, tapi pihak Rusia tidak mengirimkan delegasi tingkat tingginya. Alasan utamanya adalah, Putin menentang Korea Utara mengembangkan senjata nuklir. Korut dan Rusia berbatasan langsung, dan Rusia menilai nuklirisasi semenanjung tidak sesuai dengan kepentingan nyata Rusia. Sejak 2006, 2009, dan 2013 Korut telah melakukan tiga kali uji coba nuklir, Rusia menuding Korut telah “merusak perdamaian dan juga stabilitas regional”, serta mendukung PBB memberikan sanksi kepada Korea Utara.

Tapi di 2014 saat Rusia mencaplok Crimea dan diberi sanksi oleh negara Barat, Rusia telah mengubah kebijakannya terhadap Korut, 2019 Kim Jong-Un akhirnya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Rusia secara resmi. Sejak meletusnya perang Rusia-Ukraina 2022 lalu, Korsel berpihak pada AS-Eropa, sedangkan Korut menjadi salah satu dari segelintir negara di dunia yang “tegas dan cepat” mendukung operasi militer Rusia (baik secara moril maupun material), tanpa disembunyikannya.

Kali ini Menhan Rusia memimpin delegasi militer berkunjung ke Korut, sebenarnya adalah sekali melangkah tiga tujuan: pertama, mendapatkan dukungan Korut lebih lanjut (rumor internasional mengatakan Korut memasok amunisi dan artileri bagi Rusia, pemakaian Rusia dalam perang terlalu besar, Rusia sudah sangat kekurangan amunisi); kedua, menghardik Korsel (karena Korsel menyatakan akan memasok senjata bagi Polandia secara tidak langsung mendukung Ukraina, sehingga ditetapkan sebagai ‘negara tidak bersahabat’ oleh Rusia); ketiga, bergabung dengan PKT mendukung Kim Jong-Un untuk menahan AS.

Penyesuaian dan Mengalahnya Kebijakan Xi Jinping Terhadap Korut

“Delegasi partai dan pemerintahan PKT” yang dipimpin Li Hongzhong kali ini, memiliki makna politik yang sangat berbeda dengan “delegasi pemerintahan PKT” yang dipimpin Li Yuanchao (juga anggota Komite Tetap Politbiro PKT) sepuluh tahun silam. “Delegasi partai dan pemerintahan” menunjukkan kedekatan hubungan PKT-Korut pada dua tingkatan yakni tingkat partai dan tingkat negara, yang ditonjolkan adalah kesamaan ideologi kedua pihak, serta kesepahaman sistem kenegaraan dan skala prioritasnya. Sedangkan “delegasi pemerintahan”, yang menunjukkan hanya sebatas hubungan antar negara.

Mengapa pada Juli 2013 silam Beijing hanya mengutus “delegasi pemerintahan”? Karena setelah Xi Jinping menjabat di tahun 2012 telah dilakukan penyesuaian kebijakan terhadap Korea Utara. Lagipula, rezim Kim yang mengembangkan senjata nuklir juga merupakan ancaman bagi Tiongkok. Faktanya, tidak ada satupun negara di dunia yang bersedia bertetangga dengan negara yang memiliki senjata nuklir.

12 Februari 2013, Korea Utara melakukan uji coba nuklir; di akhir bulan Maret Kim Jong-Un mengumumkan “satu tangan memegang nuklir, satu tangan mengembangkan ekonomi”. Xi Jinping pun merasa rezim Kim Jong-Un yang berusia muda itu memiliki perilaku yang sangat tidak menentu terhadap pihak luar. 

Tanggal 24 Mei, Xi Jinping pun menemui utusan khusus Korut yakni Choe Ryong-hae, mengatakan mewujudkan denuklirisasi Korea Utara adalah “hal yang diinginkan semua pihak”. Lalu pada 19 Juni, dalam “Dialog Strategis” antara Wakil Menlu Korut dan PKT, pihak Korut juga tidak menyampaikan informasi kepada Beijing bahwa rezim Kim Jong-Un bersedia kembali ke proses denuklirisasi.

Di sisi lain, 7 hingga 8 Juni 2013 Xi Jinping menemui Obama di Annenberg Estate (sekarang menjadi Sunnylands, red.), keduanya mencapai kesepahaman kerjasama menyeluruh AS-RRT, termasuk masalah Korea Utara. Lalu 27 hingga 30 Juni Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye berkunjung ke Tiongkok, dialog dengan Xi Jinping berlangsung cukup menggembirakan. Waktu itu, hubungan Tiongkok-Korsel dalam ekonomi dan dimensi sosial, serta perkembangan masa depan hubungan politik telah jauh melampaui hubungan Korea Utara dengan Tiongkok.

Maka, pemerintahan Xi pun memanfaatkan peringatan 60 tahun gencatan senjata Perang Korea itu menghardik Kim Jong-Un. Li Yuanchao memimpin rombongan, selain tidak ada sebutan delegasi partai, juga tidak dihadiri oleh Menteri Hubungan Internasional yakni Wang Jiarui yang melangkah di garis terdepan dalam membangun hubungan PKT-Korut; serta mengubah istilah “Perang Membantu Korut Melawan AS” yang biasanya digunakan menjadi “Perang Korea” saja. Hal ini jelas merupakan upaya menjaga jarak dengan Korea Utara. Dan selama beberapa tahun Xi Jinping tak pernah menemui Kim Jong-Un, tapi di luar dugaan melakukan kunjungan khusus ke Korea Utara di tahun 2014.

Namun setelah Trump dilantik menjadi presiden dan usainya “Kongres Nasional ke-19”, situasi internasional dan dalam negeri mengalami perubahan besar. Xi Jinping bimbang dalam kerumitan “melindungi partai”, hubungan AS-RRT pun berubah drastis. Dua kali KTT AS dengan Korut juga menyulut pemerintahan Xi menyesuaikan kembali kebijakan terhadap Korut, dan kembali lagi ke jalan lama memainkan kartu as Korea Utara menjegal AS (baca artikel “Kebijakan Xi Jinping Terhadap Korut, Kembali Ke Titik Semula?”). 

Jadi kali ini Li Hongzhong yang memimpin “delegasi partai dan pemerintahan Tiongkok” berkunjung ke Korea Utara kembali menekankan status hubungan partai PKT dengan Korea Utara (tapi tidak seperti level hubungan kedua negara di era Jiang Zemin. Pada peringatan 40 tahun gencatan senjata Perang Korea di Juli 1993, yang diutus PKT adalah Komite Tetap Politbiro untuk pergi ke Pyongyang menghadiri peringatan tersebut).

Berapa Lama Kebersamaan RRT-Korut-Rusia Dapat Bertahan?

Saat ini, situasi di Semenanjung Korea sedang mengalami perubahan yang mendalam. Pertama, Kim Jong-Un melakukan pemerasan dengan nuklir secara besar-besaran, terus meluncurkan rudal, mematangkan persiapan melakukan uji coba nuklirnya yang ketujuh, ini adalah faktor utama ketegangan situasi di Semenanjung Korea; kedua, setelah Presiden Korsel Yoon Suk-Yeol dilantik tahun 2022 lalu, perkembangan hubungan dengan AS dan Jepang, serta koordinasi militer AS-Jepang-Korsel yang maju pesat (kapal selam nuklir AS tiba kembali di Korea Selatan setelah 40 tahun absen), telah menjadi keunggulan strategis yang sangat signifikan, hal ini tentu menimbulkan efek deterensi yang sangat kuat terhadap Korut, RRT, dan Rusia. Untuk kesekian kalinya, RRT-Rusia-Korut kembali berangkulan, di tahap awal ini telah terbentuk pola RRT-Rusia-Korut VS AS-Jepang-Korsel.

Pertanyaannya adalah, di bawah tekanan kuat AS-Jepang-Korsel, saling berangkulannya RRT-Rusia-Korut memiliki batasan tertentu. Pertama, baik Putin maupun Xi Jinping, sama-sama tidak percaya pada Kim Jong-Un, dan tidak ingin ikut terseret ke dalam lubang gara-gara si “manusia roket kecil” (the Little Rocket Man, red.) itu. Kedua, Rusia terjebak dalam kubangan perang dengan Ukraina, dan akan terdegradasi menjadi negara ketiga, sehingga tidak akan bisa memberikan dukungan yang nyata bagi PKT maupun Korut. Ketiga, perekonomian PKT sedang terseok-seok, Xi Jinping ibarat duduk di kawah gunung api, sudah cukup kewalahan mengatasi masalahnya sendiri, jika bukan karena keputusan yang tidak rasional, dia tidak akan mendukung Korea Utara memprovokasi perang.

Dengan kata lain, antara RRT-Rusia-Korut saling memanfaatkan sekaligus juga saling antisipasi satu sama lain, siapapun tidak ingin membantu pihak lain tapi tidak mendapatkan keuntungan darinya, ditambah lagi kekuatan masing-masing pihak yang sangat terbatas, sekedar menggertak masih  bisa, tapi untuk bertikai dengan AS-Jepang-Korsel jelas tidak akan berani. 

Persiapan matang AS-Jepang-Korsel telah menghadang (bulan Agustus pemimpin ketiga negara akan kembali menggelar pertemuan, membahas provokasi Korut dan tantangan PKT), kebersamaan RRT-Rusia-Korut tidak akan bertahan lama. (sud/whs)