Mantan Dokter Magang di Rumah Sakit Umum Angkatan Darat Shenyang Mengungkap Kisah Lebih Dalam tentang Pengambilan Organ Hidup (Bagian 2)

Dilaporkan oleh reporter The Epoch Times Yi Ling dari Toronto, Kanada

Artikel di atas menjelaskan bahwa Zheng Zhi memasuki Departemen Urologi Rumah Sakit Umum Angkatan Darat Shenyang sebagai pekerja magang, dan secara pribadi berpartisipasi dalam pemindahan tentara muda secara langsung oleh Tentara Komunis Tiongkok  pada tahun 1994. Pengalaman operasi militer khusus ginjal dan bola mata.

Di bawah ini adalah lanjutan dari otobiografi Zheng Zhi

Bagian 3. Rahasia yang tersembunyi di bawah taman

Meninggalkan RSUAD Shenyang

Ketika masih magang, saya sempat dihubungi oleh pihak dari RSUAD Shenyang yang menghendaki saya untuk tetap bekerja di rumah sakit setelah masa magang selesai, mereka juga berjanji untuk mengembangkan kemampuan kerja saya secara menyeluruh. Banyak orang tahu bahwa remunerasi yang diberikan oleh RSUAD Shenyang cukup baik, penghasilan ahli dan staf medis tinggi, dan ada rasa superioritas menjadi salah satu bagian darinya. Senang sekali bisa bekerja di rumah sakit militer tersebut. Pada saat itu, karena latar belakang saya sehingga saya bisa bebas memilih rumah sakit militer mana saja yang ada di Kota Shenyang.

Sebelum meninggalkan sekolah, perjalanan kehidupan saya termasuk sangat mulus, saya pikir masa depan cerah, masyarakat baik, semuanya indah. Karena kejadian ini — pengambilan organ dari tubuh hidup — saya melihat sendiri sisi gelap dari masyarakat, sisi gelapnya rumah sakit militer di Tiongkok, dan tentara yang benar-benar gelap, brengsek.

Saat itu, karena tidak ingin terlibat dalam urusan dengan militer sehingga saya tidak mau bekerja di rumah sakit militer manapun, saya lebih memilih sebagai dokter penyakit dalam dan dokter anak di sebuah rumah sakit milik industri persenjataan, yaitu Rumah Sakit 153 di Kota Liaoyang. 

Sejak saya dilibatkan dalam kasus pengambilan paksa organ dari tubuh hidup, saya terus mengalami rasa ketakutan. Dapat dikatakan bahwa saya meninggalkan RSUAD Shenyang dalam keadaan sangat ketakutan. Meskipun saya sudah meninggalkan rumah sakit itu, tetapi rasa takut yang sulit saya jelaskan itu sama sekali tidak berkurang.

Pengambilan organ dari praktisi Falun Gong yang masih hidup

Suatu hari di tahun 2002, saya pergi ke Rumah Sakit Umum Angkatan Darat Shenyang untuk mengunjungi seorang pimpinan Kodam yang memiliki hubungan akrab dengan ayah saya, dan saya juga sering bermain ke rumahnya. Badannya kurus karena mengidap penyakit ginjal. Hari itu saya menemani pimpinan tersebut yang melakukan pemeriksaan fisik. Setelah hasil pemeriksaan fisik keluar, pihak rumah sakit menganjurkan transplantasi ginjal.

Pada saat itu, di koridor rumah sakit, seorang petugas RSUAD Shenyang sambil memiringkan kepalanya berbicara kepada pimpinan tersebut dengan suara lirih : “Saya akan carikan yang kualitasnya terjamin, segar, dari tubuh praktisi Falun Gong”.

Baru kemudian saya tahu bahwa praktisi Falun Gong yang ditahan telah dijadikan sumber untuk pengambilan organ. 

Kemudian, saya menemani pemimpin ini pulang, dalam perjalanan ia meminta pendapat saya tentang transplantasi ginjal yang disarankan tadi. Saya katakan, bahwa itu merupakan pilihan yang mengorbankan nyawa orang lain, sebaiknya jangan.

Pemimpin tersebut yang mengetahui bahwa saya telah berpartisipasi dalam pengambilan organ secara hidup-hidup. Setelah berhenti sejenak, ia kemudian menatap saya dengan ekspresi yang sangat serius, sambil menunjuk jarinya ke arah saya ia mengatakan : Cepat pergi dari sini, semakin jauh kamu pergi, semakin baik.

Saat itu, saya sangat terkejut, saya sudah ketakutan setengah mati dengan adegan pengambilan organ, kini semakin takut dan bingung setelah mendengar ucapan pemimpin itu.

Belakangan saya tahu bahwa pemimpin tersebut mendengarkan saran saya, dia tidak melakukan transplantasi ginjal, dan dia mengandalkan cuci darah untuk mempertahankan hidupnya sampai dia meninggal setelah tahun 2005.

Ada ruang di bawah tanah taman di Biro Keamanan Publik Hubei yang dijadikan gudang tubuh manusia hidup

Pada tahun 2002, saya mengajukan paten untuk hasil temuan saya atas bantal higienis sekali pakai yang dapat terurai secara hayati. Pada tahun 2005, saya berada di Beijing dan sedang menegosiasikan kerja sama produksi produk yang dipatenkan. Saat itu, saya tinggal di Beijing dan bertemu banyak orang dari kalangan politik dan bisnis.

Saat itu banyak orang yang tertarik dengan produk yang saya patenkan, tidak lama setelah SARS, banyak orang yang takut tertular SARS beusaha mencari produk ini. Rumah sakit, penerbangan, kereta api, hotel, dan individu semuanya membutuhkannya, dan pasarnya sangat besar. Pada waktu itu saya juga merancang untuk memproduksi peralatannya.

Di Beijing, ada beberapa teman yang berhubungan akrab dengan keluarga saya. Termasuk seorang wanita ini yang di tahun 1990-an mengidap penyakit gastroenteritis yang tidak sembuh dengan pengobatan Barat, dan berobat di klinik ayah saya. Lantaran seringnya berhubungan jadi kedua keluarga ini menjadi dekat. Dia memiliki seorang menantu yang menjadi orang kepercayaan dari anggota Komite Tetap Politbiro dan memiliki akses ke banyak tokoh tingkat tinggi. Jadi di rumah, kami secara bercanda suka menjulukinya sebagai “kakak ipar yang kredibel”.

Saat itu, seorang kakak perempuan dan ibu saya pergi ke luar negeri, tinggal bertiga yang tinggal di Beijing. Di akhir pekan, “kakak ipar kredibel” ini terkadang datang ke rumah untuk menemani saya. Suatu ketika kita mengobrol mengenai topik Falun Gong. Saya mengatakan bahwa Falun Gong di Timur Laut Tiongkok sedang mengalami penganiayaan yang sangat serius.

Saat itu, dia tidak mengatakan apa-apa. tetapi ketika saya mengantarkan dia yang hendak pulang, dia tiba-tiba berbalik, menatap lurus ke arah saya dan menyampaikan sebuah kalimat yang diucapkan kata demi kata : “Di, Hu, Bei, Wuhan, ruang bawah tanah di taman belakang Biro Keamanan Publik Hubei, penuh dengan praktisi Falun Gong yang ditahan, mereka termasuk anak, anak, yang, belum, dewasa”.

Sejenak setelah berhenti, ia mengatakan : “Saya pernah pergi ke sana”.

Saat itu, saya hanya diam, tidak berani berbicara, saya tidak menanggapinya karena hati saya sangat berat.

Usai menghantarkan dia keluar dari pintu, tiba-tiba ada satu dorongan yang kuat muncul dari dalam diri saya untuk menyampaikan kejadian ini kepada dunia luar. Oleh karena itu saya harus meninggalkan Tiongkok.

Saya membutuhkan waktu lebih dari setahun untuk menemukan produk yang kemudian saya patenkan itu, dan sudah waktunya untuk menegosiasikannya dengan para investor yang berminat. Ada investor yang sudah mendesak saya untuk menjual patennya kepada dirinya karena dia tahu keuntungan menggiurkan. Namun, setelah mengalami hal-hal ini, saya menjadi mengerti bahwa paten dan uang tidak lagi penting bagi saya, dibandingkan dengan menyelamatkan kehidupan, uang tidak lagi berarti.

Bagian 4. Hengkang dari Tiongkok 

Perjalanan menuju Thailand

Saya pergi ke luar negeri pada akhir tahun 2005. Saat itu, saya memilih untuk berangkat dari Beijing, menurut saya tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang paling aman.

Bersama istri dan anak, kami terbang dari Beijing Capital Airport menuju Hanoi, Vietnam. Seorang mahasiswa di Vietnam membantu kami melewati pemeriksaan imigrasi dan menyelesaikan beberapa urusan sehari-hari di Hanoi. Saya hanya tinggal selama 2 hari di Vietnam lalu melanjutkan perjalanan menuju Thailand.

Di Thailand, keluarga kami mendapat perlindungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tinggal di sana selama sekitar satu setengah tahun.

Saya juga mengalami banyak hal yang kurang menyenangkan di Thailand, seperti salah satu tetangga saya yang merupakan pembangkang, ditangkap polisi Thailand dan langsung di masukkan ke penjara. Agen-agen dari Kedutaan Besar Tiongkok untuk Thailand sering langsung mengancam warga Thailand etnis Tionghoa. Kebanyakan media Thailand pro-komunis Tiongkok, sehingga surat kabar rata-rata menerbitkan berita dan pidato para pemimpin Partai Komunis Tiongkok. Di tempat-tempat umum dan jalanan di Thailand, kita sering melihat beberapa orang yang melambai-lambaikan bendera merah RRT.

Saat itu, saya tahu bahwa penetrasi PKT di luar negeri sangat serius, sehingga kami tidak merasa aman, belum lagi soal mata-mata PKT yang cukup banyak di Thailand. Selama berada di Thailand, jiwa saya belum juga tentram, rasa takut belum juga berkurang.

Tiba di Kanada

Saya mendarat di Kanada pada  September 2007. Karena sudah memiliki pengalaman hidup di Thailand, jadi di Kanada saya lebih berhati-hati.

Sekitar 1 bulan setelah tiba di Kanada, saya mengalami kecelakaan mobil yang membuat salah satu kaki dan pinggang saya cedera, bahkan saya harus berjalan dengan kaki pincang selama beberapa tahun. Kejadian tidak mulus di Kanada ini menambah ketakutan saya.

Di Toronto, saya mulai memperhatikan media. Saya menemukan bahwa sebagian besar media berbahasa Mandarin telah disusupi oleh PKT, dan isinya cenderung memihak kepada PKT. Jika  media-media ini yang saya gunakan untuk melaporkan tentang kasus pengambilan paksa organ pasti tidak aman bagi saya dan keluarga.

Selama 8 tahun hidup di Kanada, saya juga terus mengikuti laporan berita media “The Epoch Times”. Saya sedang mencari media yang paling aman dan paling cocok untuk memberitakan kejadian yang telah saya alami.

Selama periode itu, saya benar-benar hidup dalam keadaan yang sangat tertekan, terjerat, tidak berdaya, dan sering kali berada dalam keputusasaan dan situasi ketidakberdayaan yang mendalam…

Saya berharap dengan hengkang dari Tiongkok dapat mengungkap insiden pengambilan paksa organ dari tubuh hidup kepada dunia, meskipun harus melalui perjalanan yang penuh hambatan dan bahaya. Namun, jika salah memilih media, maka akan membawa banyak masalah bagi diri saya sendiri. Selain itu, jangan-jangan insiden pengambilan organ itu malahan gagal diungkapkan.

Hari-hari itu sungguh membosankan, bagaimana tidak, begitu banyak rahasia yang ada dalam hati saya belum bisa dituangkan, bahkan saya selalu berada dalam situasi yang tidak aman…. Siang kebingungan, entah apa yang harus diperbuat, sedangkan malam sering bermimpi buruk. Seakan momok ketakutan, kecemasan yang terus mendampingi saya sepanjang hari…

Memaparkan insiden pengambilan paksa organ dengan nama samaran

Akhirnya pada tahun 2015, saya memberanikan diri untuk memaparkan kejahatan pengambilan organ secara hidup-hidup yang pernah saya alami lewat media “The Epoch Times”.

Pada saat itu, ketika reporter muncul di depan saya, saya merasa seperti bertemu dengan seorang kerabat dekat, seorang yang saya harapkan bisa menjadi penolong bagi saya. Namun, tidak saya pungkiri, bahwa pada saat itu saya juga sangat gugup …

Kesempatan sudah terbuka di depan mata saya, maka saya harus mengerahkan semua keberanian untuk menuangkan seluruh rahasia yang terpendam dalam hati ini agar masyarakat dunia tahu tentang kekejian yang dilakukan oleh PKT. Meskipun waktu itu juga sempat muncul pikiran, apakah media ini akan mempublikasikannya ? Dan bahaya apa saja yang mungkin menimpa diri saya bila sudah dipublikasikan ? 

Saat itu, perasaan campur aduk itu memang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Rasanya seperti ketika kita tiba di tepi tebing yang curam, tetapi di tepi tebing kita masih bisa melangkah mundur lalu menjauh. Tetapi saya saat itu bahkan tidak punya jalan untuk mundur, karena sudah terputus, satu-satunya cara yaitu terus melangkah ke depan…

Kebanyakan orang tidak dapat membayangkan betapa jahatnya PKT. Dia adalah iblis yang tega melakukan apa saja di luar yang dapat dibayangkan manusia bermoral. Dia tidak mentaati hukum dan aturan meskipun itu dibuat untuk mengelabui orang. Mungkin saja hanya seorang saja dalam ruang ini yang patut dicurigai membahayakan, tetapi dia tega saja membunuh semua orang dalam ruangan ini…. seakan semua orang, semua turunan terlibat yang harus dihabisi. PKT sangat jahat. 

Pada saat itu, sangat sulit bagi orang awam untuk membayangkan gejolak batin saya, sungguh… Sejujurnya, setiap kali saya mengucapkan sepatah kata, setiap kalimat apa saja, saya merasa seperti sedang membuat sebuah “keputusan hidup atau mati”, saya tidak tahu apa konsekuensinya bagi saya setelah diucapkan. Kecemasan ekstrim sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

Bahkan hingga kini saya masih ingat, betapa terisolasi dan tidak berdayanya saya saat itu, ibarat saya ingin berdiri atau ingin bergerak, tetapi saya tidak tahu apakah saya harus memegang tangan reporter atau meja…

Meskipun saat itu wawancara dengan reporter berhasil diselesaikan, tetapi setelah itu saya justru merasakan takut yang sulit dijelaskan, karena saya seakan telah membongkar habis seluruh rahasia kehidupan diri dan keluarga saya… 

Pada tahun 2015, dengan nama samaran George, Zheng Zhi memaparkan seluruh proses pengambilan paksa organ oleh militer PKT di Shenyang, Tiongkok pada tahun 1994. (Yi Ling/Epoch Times)
Pada 2 Agustus 2023, Zheng Zhi datang kembali ke tempat pengambilan foto 8 tahun lalu, dan sekarang mengambil foto dari bagian depan. (Yi Ling/Epoch Times)

Bagian 5. Tampil di depan umum untuk memaparkan kejahatan pengambilan organ secara hidup-hidup

Reporter : Setelah 8 tahun berselang, Zheng Zhi memutuskan untuk mengungkapkan identitas dirinya. Dia mengatakan kepada saya bahwa keputusan itu terutama dikarenakan dia baru-baru ini membaca sebuah berita bahwa pada tahun 2019, Zhang Xiuqin, seorang praktisi Falun Gong di Kota Harbin, Tiongkok menjadi sasaran pengambilan organ paksa. Kesaksiannya sebelum praktisi wanita tersebut dibunuh untuk diambil organnya yang baru dipublikasikan akhir-akhir ini, membuat Zheng Zhi semakin teguh dengan niatnya…

Kejadian itu sangat mempengaruhi saya, saya tidak bisa lagi cuma diam, tetapi sudah waktunya untuk tampil dan mengungkap kejahatan PKT itu. Sebagai orang yang menyaksikan adegan pengambilan organ secara hidup-hidup, saya tahu betapa menyakitkan hal itu. Kebanyakan orang tidak dapat membayangkan betapa menyedihkan pengambilan paksa organ secara hidup-hidup tanpa obat bius…

Membantai warga Tiongkok untuk diambil organ tubuhnya kemudian dijual demi uang, ini adalah kejahatan total yang dilakukan PKT, jadi kejadian ini terlalu besar mempengaruhi hati dan pikiran saya, jadi bagaimana pun saya harus berani tampil dan secara terbuka mengungkap masalah ini.

Pengambilan paksa organ dari tubuh hidup bukanlah fenomena yang terjadi hanya di satu tempat, tetapi seluruh berlangsung di militer Tiongkok. Semua rumah sakit militer terlibat, dan jumlahnya cukup besar.

Saya telah menyembunyikan identitas asli selama 16 tahun berada di luar negeri. Saya telah menanggung ketakutan, keraguan, depresi dan keputusasaan yang tak terbayangkan selama kurun waktu tersebut. Sekarang saya tidak lagi merahasiakan identitas asli saya dan mengungkap kejahatan pengambilan paksa organ di Tiongkok. Saya tahu PKT itu jahat, dan tidak realistis untuk mengatakan bahwa saya sama sekali tidak khawatir dengan upaya pembalasan PKT terhadap diri saya, tetapi saya akan menghadapi semuanya itu dengan tenang…

Anda perlu tahu, Praktisi Falun Gong di daratan Tiongkok, mereka tahu dan sadar bahwa siksaan di penjara menyakitkan, mereka juga tahu bahwa mental bisa ambruk, tubuh bisa kelelahan, tetapi mereka tetap bersiteguh untuk mengklarifikasi kebenaran kepada orang-orang awam, kepada rakyat yang bermoral. Keyakinan yang kuat dari para praktisi Falun Gong di daratan Tiongkok itu sungguh menginspirasi semua orang di dunia.

Kanada adalah negara demokrasi dengan supremasi hukum, di mana hak asasi manusia dijamin negara. Sebagai manusia, sebagai orang yang memiliki hati nurani, saya tidak punya alasan untuk terus diam.

PKT tidak berhak mewakili rakyat Tiongkok, dia itu bukan pemerintah, tapi organisasi kriminal. Saya ingin mengatakan kepada semua orang yang dijerumuskan oleh PKT ke dalam pengambilan paksa organ secara hidup-hidup, simpan buktinya, demi menebus dosa-dosa kalian itu ketika Partai Komunis Tiongkok dibubarkan.

Saya akan menjaga dengan baik bukti dan saksi di tangan saya, dan ketika PKT jatuh tak lama lagi, atau ketika Persidangan Besar tiba, saya akan memberikan semua bukti itu untuk bersaksi.

Selama bertahun-tahun, saya berada di bawah tekanan yang tak terbayangkan. Tidak peduli berapa banyak kesedihan yang saya alami dan berapa kali saya mengalami keputusasaan, tetapi saya yakin bahwa kebaikan pada akhirnya akan mengalahkan kejahatan, dan umat manusia pasti akan menghakimi organisasi kriminal PKT !

Zheng Zhi di Kanada. (Disediakan oleh Zheng Zhi)
Sertifikat paten di Tiongkok yang diberikan kepada Zheng Zhi. (Disediakan oleh Zheng Zhi)
Sertifikat paten di Tiongkok yang diberikan kepada Zheng Zhi. (Disediakan oleh Zheng Zhi)

Aplikasi untuk permohonan paten. (Disediakan oleh Zheng Zhi)

Dokumen mengajukan perlindungan dari PBB. (Disediakan oleh Zheng Zhi)

[Catatan Penutup]

Falun Dafa adalah metode kultivasi Buddha kelas tinggi yang diperkenalkan oleh Master Li Hongzhi pada tahun 1992. Pada bulan Juli 1999, Jiang Zemin, pemimpin PKT saat itu, menggunakan aparat negara untuk melancarkan penindasan berdarah terhadap praktisi Falun Gong karena keegoisannya. Pada saat itu, baik warga sipil, militer maupun pejabat di Tiongkok yang sudah mengikuti metode kultivasi ini sudah mencapai ratusan juta orang.

Setelah tahun 2000, jumlah transplantasi organ di Tiongkok tiba-tiba membumbung tinggi. Pengacara hak asasi manusia Kanada dan penulis buku “Bloody Harvest : The Killing of Falun Gong for Their Organs” David Matas yang bersaksi di sidang kongres AS pada 24 Juni 2016 mengatakan, bahwa dia bersama 2 orang penulis lain dari laporan investigasi terbaru tentang pengambilan paksa organ oleh PKT, cenderung percaya bahwa PKT telah melakukan 60.000 hingga 100.000 atau bahkan mungkin lebih untuk transplantasi organ setiap tahunnya. Keyakinan tersebut diperoleh melalui kajian terhadap sejumlah data yang relevan dari semua pusat transplantasi organ dan rumah sakit di Tiongkok.

Mereka menemukan bahwa waktu tunggu untuk transplantasi organ di Tiongkok jauh lebih cepat daripada di Amerika Serikat. Menurut laporan Kementerian Kesehatan AS, waktu tunggu rata-rata untuk transplantasi organ di AS adalah 2 tahun untuk transplantasi hati, 3 tahun untuk transplantasi ginjal, dan sekitar 0,6 tahun untuk transplantasi jantung. Tetapi di Tiongkok, situs resmi rumah sakit Tiongkok umumnya menjamin bahwa organ untuk pasien yang membutuhkan transplantasi dapat ditemukan dalam waktu 1 hingga 2 pekan.

Menurut situs Rumah Sakit PLA Kedua PLA (Rumah Sakit Changzheng Shanghai), bahwa waktu tunggu rata-rata untuk pasien transplantasi hati adalah satu pekan. Menurut Pusat Dukungan Jaringan Transplantasi Internasional (Tiongkok) (Shenyang) dari Rumah Sakit Pertama Universitas Kedokteran Tiongkok, bahwa untuk transplantasi hati umum hanya membutuhkan waktu tunggu paling cepat 1 bulan dan paling lambat tidak lebih dari 2 bulan. Transplantasi ginjal dapat dilakukan paling cepat dalam waktu 1 pekan, dan donor yang cocok dengan HLA (Human Leucocyte Antigen) dapat ditemukan tidak lebih dari 1 bulan. Jika ada masalah, operasi transplantasi akan dilakukan lagi dalam waktu 1 pekan.

Memiliki organ yang cocok untuk transplantasi tidaklah mudah. Menurut Minghui.com, dalam hal pencocokan organ, proporsi pencocokan golongan darah yang sama hanya sekitar 30%. Dari sudut pandang medis, kemungkinan pencocokan HLA lengkap antara anggota keluarga dekat adalah 50%. Secara umum, probabilitas untuk pencocokan antara orang yang tidak memiliki hubungan darah adalah antara 20% hingga 30%. Jadi menurut laporan media, kemungkinan pencocokan kerabat tidak langsung yang diberikan oleh komunitas transplantasi di Tiongkok adalah sekitar 20% hingga 30%.

Situs web National Morrow Donor Program (www.marrow.org) di Amerika Serikat menyediakan sekumpulan data tentang pencocokan HLA. Sekitar 200 dari 4.000 pendonor yang bisa menjadi pendonor potensial. Dan di antara 200 pendonor petensial itu, rata-rata hanya 4,5 orang yang cocok bagi seorang pasien. Jika probabilitas pencocokan dihitung berdasarkan pendonor potensial, maka angkanya hanya sekitar 5%, tetapi jika mau mengikuti persyaratan pencocokan yang lebih akurat, maka angkanya semakin kecil menjadi hanya 1%.

David Matas saat bersaksi di depan Kongres AS mengatakan bahwa jumlah tahanan kriminal yang dieksekusi di Tiongkok tidak dapat menjelaskan tentang dari mana sumber organ berskala besar di Tiongkok untuk kebutuhan transplantasi itu berasal. Jadi sumber utama transplantasi organ di Tiongkok pasti adalah para praktisi Falun Gong.

Dalam sebuah wawancara ia mengatakan, bahwa jumlah terpidana mati di Tiongkok tidak dapat memenuhi permintaan transplantasi organ tahunan yang mencapai 100.000.”Saya pikir jumlah terpidana mati di Tiongkok adalah antara 2.000 dan 6.000 orang. Maksud saya, jumlah terpidana mati di Tiongkok yang dieksekusi setiap tahunnya tidak mungkin mencapai 1 juta atau 100.000 orang”.

Untungnya, melalui wawancara dengan seseorang yang mengalami langsung pengambilan paksa organ, kita dapat mengungkap satu sisi tentang sumber organ ilegal yang digunakan PKT untuk transplantasi organ di Tiongkok. Kami berharap wawancara ini dapat mendorong lebih banyak orang untuk tampil dan mengungkapkan fakta kebenaran kepada dunia tentang kejahatan PKT dalam pembunuhan lewat pengambilan paksa organ dari tubuh hidup. (sin)

BACA : Mantan Dokter Magang di Rumah Sakit Umum Angkatan Darat Shenyang, Tiongkok  Mengungkap Kisah Lebih Dalam tentang Pengambilan Organ Hidup (Bagian 1)