Semacam Renungan terhadap ‘Pengobatan Medis’

Wu Huilin

Beberapa hari lalu, seorang teman lama Lai Lai muncul dengan “berita besar” yang menurutnya adalah “lelucon yang menarik”: “Ketika para dokter melakukan pemogokan, angka kematian nasional turun hingga 50%!” Saya sungguh berharap bahwa ini sekedar lelucon, tetapi ini betul-betul bukan lelucon!

47 tahun lalu, tepatnya pada 1976, terjadi pemogokan dokter selama 52 hari di kota Castello, Kolombia, dan telah muncul apa yang disebut “efek samping yang tidak biasa”, yakni: Tingkat kematian lokal turun hingga 35%.

Pada tahun yang sama, di Los Angeles, Amerika Serikat, ketika para dokter tidak puas dengan kenaikan harga asuransi malpraktik medis dan melakukan pemogokan, angka kematian pasien di kota itu turun sebesar 18%.

Pada 1973, pemogokan dokter nasional di Israel berlangsung selama satu bulan, menurut statistik dari Asosiasi Pemakaman Yerusalem, jumlah kematian secara nasional pada bulan itu turun 50%.

Sepuluh tahun kemudian, pada 1983, para dokter Israel sekali lagi mengadakan pemogokan umum nasional, kali ini pemogokan berlangsung selama 85 hari, dan keanehan kembali terjadi. Asosiasi Pemakaman Yerusalem Israel membuat statistik lagi, selama 85 hari ini, tingkat kematian penduduk nasional turun 50%.

Dr. Bruce Pomerant membuat survei terhadap penurunan angka kematian dengan pemogokan dokter di negara-negara Barat pada 1980-an yang menunjukkan bahwa penurunan angka kematian berbanding lurus dengan lamanya hari pemogokan dokter.

Misalnya:

1. Di Provinsi Manitoba, Kanada, dokter mogok kerja dua minggu, angka kematian turun 20%.

2. Dokter mogok kerja 3 minggu Di Provinsi Columbia Inggris, angka kematian turun 30%.

3. Di Israel, dokter mogok kerja 85 hari, angka kematian nasional turun 50%.

Artinya, semakin lama dokter pengobatan Barat mogok, semakin rendah pula angka kematian nasional, saat ini rekor dunia terjadinya penurunan adalah 50%.

Pada saat ini, 1 juta orang meninggal di Tiongkok setiap bulannya. Jika para dokter pengobatan Barat di Tiongkok mogok selama 3 bulan, semestinya akan terjadi 3 juta kematian dalam 3 bulan, dalam hal ini akan mengalami penurunan 1,5 juta kematian. Dengan kata lain, pemogokan umum dokter pengobatan Barat selama 3 bulan di Tiongkok dapat mencegah 1,5 juta kematian, ini setara dengan populasi kota yang diselamatkan dari kematian.

Menurut sebuah survei oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sepertiga pasien di seluruh dunia meninggal lebih dikarenakan penggunaan obat yang tidak layak daripada penyakit itu sendiri. Sepertiga lainnya meninggal karena kecelakaan iatrogenik.

Sepertiga meninggal karena obat, dan sepertiga mati karena pengobatan.

Penuaan adalah sebuah konsep yang diindoktrinasikan.

Eksperimen telah membuktikan bahwa selama seorang manula percaya bahwa dirinya masih muda, maka tubuhnya akan melakukan kerja sama.

Baru-baru ini penulis membaca sebuah artikel oleh Profesor Ellen J. Langer dari departemen psikologi Universitas Harvard, berjudul “Konsentrasi adalah Kekuatan Melawan Waktu”.

Konsentrasi yang dimaksudkan di sini berarti kita perlu berhenti dari waktu ke waktu untuk memikirkan apa yang sedang kita lakukan, bagaimana kita bereaksi dalam situasi tertentu, dan apakah ada pilihan lain?

Profesor Langer melakukan percobaan yang sangat menarik. Dia dan mahasiswanya membangun sebuah “kapsul ruang-waktu”, dan mengaturnya persis seperti interior 20 tahun lalu, kemudian mengundang 16 manula yang berusia antara 70 dan 80-an, 8 orang menjadi satu kelompok, untuk membagi mereka menjadi “kelompok eksperimen” dan “kelompok kontrol”, serta membiarkan mereka tinggal di “kapsul ruang-waktu” itu selama seminggu. Selama tujuh hari, para manula itu terbenam di lingkungan 20 tahun lalu, dan mereka semuanya diminta untuk hidup lebih proaktif, serta tidak ada orang yang membantu mereka berpakaian atau berjalan. Satu-satunya perbedaan adalah perkataan dan perbuatan lansia di kelompok eksperimen harus “hidup” di 20 tahun lalu, sedangkan lansia di kelompok kontrol berbicara dan mengingat kembali apa yang terjadi pada 20 tahun lalu dengan cara bernostalgia.

Hasil dari percobaan tersebut adalah kebugaran fisik kedua kelompok lansia itu meningkat secara signifikan. Sebelum percobaan, mereka hampir semuanya diantar oleh anggota keluarga, mereka tua renta dan berjalan dengan tertatih-tatih. Setelah satu minggu, penglihatan, pendengaran dan daya ingat mereka meningkat signifikan, tekanan darah menurun, dan langkah berjalan serta kekuatan fisik mereka membaik secara nyata. Sebaliknya, kelompok eksperimen, yaitu orang-orang tua dengan “suasana kehidupan” pada 20 tahun lalu, membuat kemajuan yang lebih menakjubkan, tangan dan kaki mereka lebih gesit, dan mendapat skor lebih tinggi dalam tes kecerdasan. Orang luar ketika melihat foto sebelum dan sesudah eksperimen, hampir tidak dapat memercayai mata mereka sendiri.

Eksperimen telah membuktikan, para manula itu secara psikologis memercayai bahwa mereka 20 tahun lebih muda, maka tubuh mereka melakukan kerja sama yang sesuai. “Penuaan adalah konsepsi yang ditanamkan, kelemahan, ketidakberdayaan, berpenyakitan, dan seringkali merupakan semacam ketidakberdayaan yang sudah terbiasa serta bukan proses fisiologis yang tak terelakkan.” Misalnya, ketika orang menjadi tua, apakah ingatannya pasti menurun? Jawabannya tidak mutlak!

Yang benar-benar menghambat potensi kita adalah kita hidup dalam masyarakat yang memuja kemudaan dan acuh terhadap usia lanjut. Keyakinan keras kepala kita bahwa penuaan dan penurunan kapasitas adalah keterkaitan mutlak, dan pola pikir seperti ini bisa menghancurkan. Jika kita memiliki lebih banyak kendali atas hidup kita sendiri, memutuskan sendiri program hiburan, dan merawat sendiri tanaman di dalam ruangan, maka akan lebih berbahagia, lebih muda dan hidup lebih lama daripada orang tua yang dirawat sepenuhnya.

Pembaca Budiman, jangan menghela nafas tak berdaya di depan waktu yang berjalan pesat, setelah membaca artikel ini, Anda pasti mendapatkan banyak manfaat!”

Ini tentu saja bukan sebuah lelucon, melainkan sebuah artikel yang sangat penting, sangat serius dan sangat inspiratif. Seperti yang dikatakan di akhir artikel: “Teman-teman, jangan menghela nafas tak berdaya di depan berlalunya waktu. Setelah membaca artikel ini, Anda pasti mendapatkan banyak hasil!” Oleh karena itu, sangat penting untuk menyebarkannya secara luas agar dapat berbagi dengan semua orang dan mendapatkan banyak manfaat darinya.

Sejauh yang saya ketahui, hasil dari “percobaan” di paruh kedua artikel ini adalah bahwa hati bersimpati, dan kata-kata seperti “manusia didominasi oleh ideologi mereka sendiri”, “Ekspresi wajah berasal dari hati”, “niatan jahat berasal dari dalam hati”, “(Penyebab sakit adalah) tujuh bagian mental dan tiga bagian penyakit”, dan seterusnya, segera muncul di benak. Bagaimana pun, manusia itu “diperintahkan dan didorong oleh hati.” Jika hati teguh, maka baru ada “kepercayaan diri”, dan perilaku yang terwujudkan adalah berani, aktif melakukan hal yang benar, melakukan hal yang baik dan optimis, sebaliknya ‘ketakutan’ akan memunculkan kekuatiran, dan pesimis, dengan demikian kesalahan akan mengikuti.

Lahir, tua, sakit dan mati adalah tahapan kehidupan yang tak terhindarkan, sedangkan “lahir” tidak dapat ditentukan oleh manusia, tetapi “tua, sakit dan mati” sangat berkaitan dengan “semangat dan mental” seseorang. Jika Anda selalu memiliki gagasan “menjadi tua, sakit dan mati” di dalam hati Anda, maka Anda akan dengan mudah jatuh ke dalam pusaran ini, seperti yang dikatakan John D. Rockefeller, orang terkaya di dunia pada abad ke-20, dalam suratnya yang ke-13 kepada putranya John Jr. pada 1911: “Tidak ada yang namanya makan siang gratis”:

“Jika kamu ingin seseorang menjadi lumpuh, kamu hanya perlu memberinya sepasang kruk dan tunggulah beberapa bulan lagi, maka tujuanmu dapat tercapai; dengan kata lain, jika kamu memberi seseorang makan siang gratis dalam jangka waktu tertentu, maka ia akan mengembangkan kebiasaan mendapatkan sesuatu secara gratis. Jangan lupa, setiap orang memiliki kebutuhan untuk “dirawat” sejak di dalam kandungan ibunda………. Ketika kamu memberi seseorang sedekah, maka kamu telah menyangkal martabatnya, dan kamu telah merampas nasibnya, di mataku hal ini sangat tidak bermoral. …….. Begitu seseorang telah memupuk kebiasaan, tak peduli itu baik atau buruk, maka kebiasaan itu akan selalu  menguasainya. Kebiasaan makan siang gratis, tidak akan membuat seseorang menempuh jalan yang mulus, tetapi hanya akan membuatnya kehilangan kesempatan untuk menang. Sedangkan kerja keras adalah satu-satunya jalan keluar yang dapat diandalkan.” 

Artinya, seseorang harus bekerja sendiri, berpikir bahwa ia bisa bekerja, dan jangan memiliki mentalitas “menjadi tua, sudah sakit, dan akan sekarat”, apalagi membiarkan bertumbuh suburnya “mentalitas ketergantungan diurus orang lain”.

Adapun data historis mengenai “pemogokan dokter dan penurunan kematian” yang disebutkan di paruh pertama artikel, mudah disalahartikan sebagai “informasi palsu (hoax)”. Namun, insiden “meninggal karena salah minum obat” dan “meninggal karena malpraktik” berada dimana-mana, tetapi sulit membuat orang percaya bahwa “tanpa dokter, obat-obatan, dan perawatan medis, kematian akan menurun.” Namun, kita tidak dapat memungkiri bahwa terlalu banyak informasi medis dan iklan yang berlebihan dapat dengan mudah membuat orang merasa takut, yang dapat merusak psikologis mereka, membuat orang berpikir negatif bahwa dirinya terpapar suatu jenis penyakit, atau bahkan terkena penyakit mematikan, yang pada akhirnya akan menyebabkan “sakit mental yang memengaruhi kesehatan”. Bukankah kita sering mendengar kasus nyata tentang seseorang yang mulanya masih hidup sehat, tetapi setelah pemeriksaan fisik dan diberitahu mengidap suatu penyakit, lantas rasa takut, khawatir dan kegalauan datang silih berganti, bergegas pergi berobatan, tetapi dengan cepat meninggal dunia, sedangkan kasus dokter tidak becus, obat palsu dan salah diagnosis dll terjadi dimana-mana. Namun, bagaimana pun kita tidak dapat sepenuhnya menyangkal atau mencampakkan perawatan medis, tetapi tidak harus terlalu bergantung padanya, setiap orang memperkuat “sifat dan jiwa” mereka menjadi optimis yang pro aktif, dan bekerja sendiri dalam menjalani kehidupan barulah berada pada jalur yang tepat. (Lin/whs)

Penulis adalah anggota peneliti khusus dari China Economic Research Institute, Republic of China (Taiwan).