3 Maskapai Penerbangan Besar Tiongkok Semester I 2023 Rugi Puluhan Miliar Akibat Turis Masuk Tiongkok Hanya Pulih 1%

oleh Li Chengyu

Meskipun otoritas Partai Komunis Tiongkok (PKT) telah melonggarkan kebijakan pencegahan epidemi, namun menurut data resmi, jumlah wisatawan yang masuk daratan Tiongkok hanya pulih sebesar 1% pada kuartal pertama tahun ini. Sedangkan tingkat pemulihan wisatawan di Beijing dan Shanghai pada paruh pertama tahun ini juga di bawah 25%. Akibatnya, 3 maskapai penerbangan besar Tiongkok harus menderita kerugian sebesar RMB. 12,6 miliar pada semester pertama tahun ini.

Media Tiongkok yang mengutip laporan dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Tiongkok memberitakan, bahwa agen perjalanan di seluruh negeri pada kuartal pertama tahun ini hanya menerima 52.000 orang wisatawan internasional yang masuk, jauh dibandingkan dengan angka 3,7 juta pada periode yang sama tahun 2019 sebelum merebaknya virus COVID-19.

Jumlah ini setara dengan penurunan jumlah wisatawan yang datang secara nasional sebesar 98,6% pada kuartal pertama dibandingkan sebelum epidemi. Jadi pemulihannya hanya 1,4%.

Selain itu, data dari biro statistik terkait menunjukkan bahwa dari Januari hingga Juni 2023, jumlah wisatawan asing yang masuk ke Beijing hanya berjumlah 407.900 orang, belum sampai 11% dari jumlah setahun penuh 2019. Begitu pula jumlah wisatawan asing yang masuk ke Shanghai adalah 1,24 juta, atau hanya 13,8% dari total wisatawan asing yang masuk pada tahun 2019. Pada paruh pertama tahun ini, jumlah wisatawan mancanegara yang masuk Beijing dan Shanghai kurang dari seperempat dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

BACA JUGA : COVID-19 Kembali Bangkit di Tiongkok, Pendiri Falun Gong : Virus Menargetkan PKT

Pada semester pertama tahun ini, hanya ada 168 juta orang yang masuk dan keluar lewat pintu imigrasi di seluruh Tiongkok. Termasuk 80,27 juta warga negara Tiongkok, 74,9 juta penduduk Hong Kong, Makau, dan Taiwan, serta 8,43 juta kali kunjungan orang asing. Jumlah orang asing yang masuk dan keluar negara tersebut turun hampir 83% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Di antara 8,43 juta kunjungan tersebut, jumlah wisatawan hanya menyita porsi yang relatif kecil.

Angka dari Biro Statistik Tiongkok selalu “dipercantik” sebelum dipublikasikan, situasi sebenarnya mungkin bahkan lebih suram. Dalam beberapa bulan terakhir, video bandara internasional Shanghai dan Beijing kerap muncul di media sosial yang menunjukkan hanya ada sedikit orang di bandara, bahkan hampir tidak terlihat ada orang di area imigrasi. Cuma sedikit pesawat yang terlihat di apron bandara.

(foto X)

Sebuah video pada jam 20.00  menunjukkan bahwa di kawasan internasional Bandara Pudong Shanghai, tidak ada antrian sama sekali untuk pengawasan perbatasan karena penumpang sangat sedikit. Starbucks tutup, Sunshine Duty Free hanya buka satu pintu masuk, sedangkan deretan toko tutup. Beberapa toko yang buka hampir tidak terlihat ada pelanggan.

Tangkapan layar dari obrolan yang muncul di media sosial beberapa hari lalu menunjukkan, seorang bos agen perjalanan asing di Beijing mengatakan, bahwa saat ini sudah tidak ada lagi grup tur asing yang membawa turis ke Tiongkok, karena tidak ada peminat. Sehingga bisnis biro perjalanan terpaksa beralih ke pariwisata dalam negeri masing-masing. Seorang pemandu wisata di Tiongkok mengatakan bahwa dirinya telah bekerja sebagai pemandu wisata selama hampir 30 tahun, “Ini pertama kalinya saya menjumpai situasi seperti ini, sama sekali tidak ada satu pun grup wisata asing yang datang!”, katanya.

Saat ini, resesi ekonomi Tiongkok semakin serius, dan sikap “diplomasi serigala perang” otoritas PKT juga ikut mempercepat memburuknya hubungan dengan Eropa dan Amerika Serikat. Berlanjutnya pemisahan perekonomian Tiongkok dengan Eropa dan Amerika Serikat juga secara langsung berdampak terhadap operasional industri penerbangan dan pelayaran Tiongkok.

Pada paruh pertama tahun ini, 3 maskapai penerbangan besar Tiongkok terus mengalami kerugian operasional yang jumlahnya mencapai RMB. 12,58 miliar.

Laporan keuangan kinerja tengah tahunan dari maskapai Air China yang dirilis pada 30 Agustus menunjukkan, bahwa kerugian operasional pada semester pertama tahun ini adalah RMB. 3,45 miliar, dan kerugian operasional pada periode yang sama tahun lalu adalah RMB. 19,44 miliar. Menurut laporan keuangan tahunan maskapai China Eastern Airlines, kerugian operasional pada semester pertama tahun ini adalah RMB. 6,25 miliar, dan kerugian operasional pada periode yang sama tahun lalu adalah RMB. 18,74 miliar. Laporan keuangan setengah tahunan dari maskapai China Southern Airlines menunjukkan, kerugian operasional pada semester pertama tahun ini adalah RMB. 2,88 miliar, dan kerugian operasional pada periode yang sama tahun lalu adalah RMB. 11,49 miliar.

Mengenai alasan kerugian operasional paruh pertama tahun ini, ketiga maskapai besar tersebut menyebutkan, bahwa faktor-faktor seperti pemulihan penerbangan internasional yang lebih lambat dari perkiraan dan depresiasi nilai renminbi terhadap dolar AS adalah penyebab utama.

Selain tiga maskapai besar yang disebutkan di atas, maskapai yang lebih kecil seperti Hainan Airlines juga mengalami kerugian bersih, yakni RMB. 1,61 miliar dalam operasinya pada paruh pertama tahun ini. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, maskapai tersebut telah mencatatkan kerugian operasional sebesar RMB. 12,84 miliar. Sementara itu, maskapai China Express Airlines pada semester pertama tahun ini juga merugi sebesar RMB. 752 juta, pada periode yang sama tahun lalu, kerugian operasional maskapai tersebut berjumlah RMB. 953 juta. (sin)