Dia Telah Menelepon Bosnya 9 Kali untuk Meminta Cuti, Tapi Tak Satupun Dijawab, Ketika Sampai di Rumah dan Menerima Pesan dari Bos, Dia Menangis

EtIndonesia. Dalam dunia kerja saat ini, tidak mudah untuk bertemu dengan bos yang baik, kebanyakan bos memberi kesan kepada karyawan bahwa mereka adalah bawahannya dan akan sebisa mungkin akan memeras tenaganya, tetapi pada kenyataannya ada beberapa bos yang benar-benar baik.

Wang lahir di keluarga pedesaan biasa, saat kuliah dia mengambil bidang program komputer, setelah lulus dari universitas, dia bekerja di perusahaan teknologi di industri tersebut. Meskipun skala perusahaannya tidak besar, hubungan antar karyawan sangat harmonis, dan bos memperlakukan semua karyawan dengan sangat baik.

Di tahun ketiga dia bekerja di perusahaan, bos dari perusahaan lain mengajaknya untuk bergabung dengan perusahaanya, tetapi dia menolak dengan sopan. Karena dia tahu bahwa di perusahaan sekarang ini, dia bisa mendapatkan lebih banyak perhatian dan bantuan yang berarti.

Bos selalu menekankan: “Selama semua orang bekerja keras, perusahaan akan menjadi lebih baik dan lebih baik. Saya tidak akan pernah mengecewakan semua orang.”

Di tahun kelima dia bekerja di perusahaan, bosnya memberi tugas untuk mengerjakan proyek penting dan meminta Wang untuk memfokuskan diri pada proyek itu. Proyek ini sangat penting untuk perkembangan perusahaan.

Wang sangat senang mendapat keparcayaan dari bos dan menugaskan dirinya untuk bertanggung jawab atas proyek ini. Untuk memenuhi harapan bosnya, dia mencoba yang terbaik dan bekerja keras setiap hari kecuali waktu tidur.

Namun, menjelang akhir proyek, tiba-tiba dia menerima telepon dari keluarganya. Di telepon, ibunya menangis dan memberi tahu Wang bahwa ayahnya tiba-tiba jatuh sakit, dan kondisinya sangat serius. Wang sangat khawatir, dia tahu proyek ini sangat berarti bagi perusahaan dan bos, tetapi baginya, ayahnya lebih penting.

Dia langsung menelpon bosnya dan ingin minta ijin untuk pulang dan mengurus ayahnya yang sakit. Tapi bos tidak menjawab 9 panggilan berturut-turut. Dalam keputusasaan, Wang buru-buru mengepak barang-barangnya dan memberi tahu temannya bahwa jika bos datang, untuk disampaikan alasan dia pulang, dan siap menanggung konsekuensinya.

Setelah Wang sampai di rumah, dia bergegas membawa ayahnya pergi ke rumah sakit. Setelah hari yang sibuk, dia akhirnya menyelesaikan prosedur rawat inap ayahnya.

Dokter mengatakan bahwa ayahnya perlu operasi, dan Wang sangat cemas. Pada saat yang sama,dia tidak bisa tidak juga mengkhawatirkan pekerjaannya. Bos telah baik kepadanya selama bertahun-tahun, tetapi dia pergi pada saat dibutuhkan. Dia siap untuk dipecat.

Keesokan paginya, Wang menerima pesan dari bosnya. Isi pesan itu membuat matanya melebar dan air matanya menggenang.

“Halo, saya makan malam dengan klien kemarin, dan minum anggur sampai mabuk, dan tidak memperhatikan telepon kamu. Saya mendengar ada sesuatu yang terjadi dengan ayah kamu, bagaimana kabar ayahmu sekarang? Jangan khawatir tentang proyeknya, saya akan tangani sendiri. Kamu konsentrasi untuk merawat ayahmu. Ngomong-ngomong, apakah kamu punya cukup uang sekarang? Saya akan mentransfer kamu Rp 100 juta dulu, dan jika tidak cukup, kamu bisa memberi tahu saya.”

Melihat pesan ini, dia tidak bisa menahan air matanya jatuh. Dia pikir bos akan marah padanya, dan tidak berharap dia begitu peduli padanya dan mentransfer uang di saat dia sangat membutuhkan.

Wang merasa sangat beruntung memiliki bos seperti itu. Dia segera membalas pesan bosnya, berterima kasih atas perhatian dan bantuannya, dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan mengurus urusan keluarga secepat mungkin.(yn)

Sumber: uos.news