2 Orang WNA Tiongkok Tewas Dalam Insiden Pembajakan Terhadap Konvoi Kendaraan Pengangkut Emas Tiongkok di Kongo

oleh Luo Tingting

Pada 1 September waktu Kongo, kendaraan konvoi yang membawa hasil tambang berupa emas dari perusahaan Tiongkok menghadapi perampokan bersenjata di Republik Demokratik Kongo. Insiden menyebabkan 4 orang tewas, termasuk 2 orang warga negara Tiongkok.

Serangan itu terjadi di kota Fizi di provinsi Kivu Selatan, bagian timur Kongo. Kepala eksekutif kota Fizi Sammy Badibanga Kalonji mengatakan pada  Sabtu (2 September), bahwa sebuah konvoi yang terdiri dari 4 kendaraan yang mengangkut emas dari perusahaan pertambangan TSM Mining telah mendapat serangan dari angkatan bersenjata di dekat Sungai Kimbo. Penyerang berhasil membawa hasil jarahan sejumlah emas ke dalam hutan”. 

Sammy Badibanga Kalonji mengatakan bahwa 2 orang warga negara Tiongkok, seorang tentara Kongo dan seorang sopir tewas dalam perampokan bersenjata tersebut, dan tiga lainnya terluka parah dalam serangan itu, termasuk seorang penambang Tiongkok, seorang tentara Kongo dan seorang pekerja. Ketiga orang tersebut sudah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.

Dia mengatakan bahwa para penyerang adalah penduduk setempat dari wilayah tetangga bernama Maniema.

Associated Press melaporkan bahwa lebih dari 120 kelompok bersenjata bersaing memperebutkan tanah dan sumber daya di Kongo bagian timur, dan serangan terhadap para penambang dan koperasi pertambangan sering terjadi. Pada tahun 2022, seorang karyawan Kongo di perusahaan pertambangan Tiongkok lainnya di Kivu Selatan terbunuh dalam perampokan bersenjata.

Dalam beberapa tahun terakhir, Partai Komunis Tiongkok telah meningkatkan investasi di Afrika, khususnya pertambangan, namun para penambang Tiongkok sering menghadapi ancaman dan serangan di daerah pertambangan akibat rendahnya tingkat keamanan.

Pada 19 Maret 2023, di sebuah tambang emas di daerah pegunungan terpencil di Republik Afrika Tengah, sekelompok pria bersenjata menyerbu dan membunuh 9 orang WNA Tiongkok yang bekerja di tambang emas tersebut.

Namun, selain memperingatkan warga Tiongkok untuk tidak meninggalkan Bangui, ibu kota Republik Afrika Tengah, pemerintah komunis Tiongkok belum menemukan metode perlindungan yang lebih baik daripada himbauan. (sin)