Surat Terbuka yang Tulus dari Seorang Ibu ke Putranya: “Setelah Kamu Menikah, Kamu Bukan Lagi Anakku”

Etindonesia. Seorang ibu memberikan surat terbuka untuk putranya yang baru saja menikah dan kita semua dapat belajar satu atau dua hal darinya.

Surat itu berbunyi sebagai berikut:

“Anakku sayang,

Ibu tahu surat ini mungkin mengejutkan kamu, tetapi ibu pikir ibu dapat mengekspresikan pikiran ibu dengan jelas jika ibu menuliskannya.

Beberapa hari yang lalu, ibu mendengar kamu bertengkar dengan istrimu. Ibu terkejut dengan apa yang istrimu katakan tetapi itu membuat ibu menyadari sesuatu yang penting.

Istrimu mengatakan,: “Sejak ibumu datang untuk tinggal bersama kita, kamu menjadi malas, berharap dia melakukan segalanya untukmu dan kamu tidak mengangkat jari untuk membantu di sekitar rumah. Kamu telah menjadi bayi raksasa!'”

Kamu marah karena ini dan kamu berdua mulai berdebat. Ibu akui, ibu terluka ketika pertama kali mendengarnya tetapi istrimu benar, jika ibu berada dalam situasi seperti itu, ibu akan mengeluh juga. Kamu baru menikah satu minggu dan ibu ingin merawat kamu sampai kamu tenang. Ibu pikir sudah saatnya ibu mengambil cuti dari kalian berdua, ibu akan pulang besok. Ayahmu dan ibu berencana untuk bepergian dan melihat dunia bersama. Sebelum ibu pergi, ada tiga hal yang perlu kamu ketahui.

  1. Setelah menikah, kamu bukan lagi anakku

Jangan kaget dengan ini karena dalam hati ibu, kamu akan selalu menjadi anak laki-laki ibu. Kenyataannya adalah bahwa kamu sudah memiliki keluarga sendiri sekarang dan kamu harus belajar untuk menempatkan mereka sebagai yang pertama melebihi apa pun.

Ingat ketika kita pergi ke Mongolia untuk liburan dan wajah kamu berseri ketika kamu melihat bayi domba? Kamu sangat ingin memeliharanya, tetapi induk domba tidak membiarkan bayinya pergi. Kita pernah menjadi tidak terpisahkan seperti mereka tetapi cepat atau lambat, anak domba akan tumbuh dan ibu domba akan meninggalkan anaknya.

Kamu sekarang berusia 28 tahun dan sudah waktunya kamu meninggalkan yang berikutnya dan membuat milikmu sendiri. Sudah saatnya kamu mengisi rumahmu dengan kenangan kebahagiaanmu sendiri. Istrimu adalah keluargamu sekarang.

  1. Ingatlah untuk selalu mencintai dan mendukung istri dan anak-anakmu

Ketika ibu melahirkanmu, kamu tak lebih besar dari ukuran kedua telapak tangan ibu dan ibu berpikir kamu adalah hal terindah yang pernah ibu lihat. Ibu selalu lelah karena pada siang hari, ayahmu akan pergi bekerja dan ibu harus menjagamu dan melakukan pekerjaan rumah juga.

Ibu kelelahan sepanjang waktu dan melampiaskan kekesalan pada ayahmu, ayahmu adalah sansak pribadi ibu. Ayahmu sabar dan kapan pun dia pulang kerja dia tidak akan membiarkan ibu menganggerakkan tangan.

Istrimu akan mengalami hal yang sama dan kamu harus ingat untuk memainkan peran aktif dalam merawat anakmu. Tapi ingat untuk mencintai istrimu sepanjang jalan. Berbicara dari pengalaman, orangtua yang bahagia membesarkan anak-anak yang bahagia.

  1. Setelah menikah, istrimu adalah keluargamu

Ketika ibu masih kuliah, seorang profesor meminta kita semua menulis daftar sepuluh orang yang penting bagi kita. Kita menulis nama-nama sahabat, orangtua, saudara kandung, dan mitra kita. Kemudian dia menyuruh kita membuat daftar lain tetapi kali ini hanya dengan 9 orang sehingga kita harus mencoret satu nama. Dia meminta kami untuk terus melakukan ini semakin menurun, beberapa orang hampir menangis setelah mencoret beberapa anggota keluarga mereka.

Dia kemudian berkata, satu-satunya orang yang seharusnya Anda tinggalkan dalam daftar adalah pasangan Anda. Orangtua Anda tidak akan hidup selamanya dan saudara kandung, teman, dan anak-anak Anda akan memiliki keluarga sendiri. Satu-satunya orang yang dapat Anda andalkan berada di sisi Anda di usia tua adalah suami atau istri.

Ayahmu dan ibu dapat mengurus diri sendiri dan kami akan berada di sini jika kamu membutuhkan kami, tetapi sekarang saatnya bagi kamu untuk memprioritaskan keluargamu sendiri sekarang.(yant)

Sumber: Goodtimes