Apa Artinya Xi Jinping Berkali-kali Disebut Sebagai Diktator di Luar Negeri?

Yuan Bin

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada 14 September  yang sedang mengunjungi Amerika Serikat, menerima wawancara dari Fox News. Ketika ditanya apa pendapat pemerintah Jerman tentang perang Rusia-Ukraina, dia menjawab, “Jika Putin memenangkan perang ini, sinyal apa yang dikirimkan kepada diktator lain di seluruh dunia, seperti Presiden Tiongkok Xi Jinping? Jadi Ukraina harus memenangkan perang ini.” 

Setelah mengetahui pernyataan Annalena Baerbock, Beijing memanggil duta besar Jerman untuk Tiongkok pada  17 September untuk memprotes secara langsung dan menyatakan ketidakpuasannya.

Baerbock bukanlah politisi Barat pertama yang secara terbuka menyebut Xi Jinping sebagai diktator.

Pada 20 Juni lalu, Presiden AS Joe Biden menyebut Xi Jinping sebagai “diktator” ketika berbicara tentang “insiden balon” saat menghadiri acara penggalangan dana di California, yang juga menimbulkan “ketidakpuasan dan pertentangan yang kuat” dari Partai Komunis Tiongkok (PKT). 

Pada saat sama ketika mengungkapkan ketidakpuasan yang kuat, PKT juga dengan gusar dan gugup menuduh pernyataan kedua pria tersebut sebagai pernyataan yang “sangat tidak masuk akal”, “pelanggaran serius terhadap martabat politik Tiongkok dan sebuah provokasi politik terbuka.”

Duta Besar AS untuk Jepang, Rahm Emanuel, mungkin akan bertindak lebih jauh dengan pernyataan “pelanggaran serius terhadap martabat politik Tiongkok.”

Emmanuel adalah salah satu orang pertama yang mempertanyakan “hilangnya” Li Shangfu, Menteri Pertahanan Partai Komunis Tiongkok dan rekan dekat Xi Jinping. Bahasa yang digunakannya pedas dan tajam. Seminggu yang lalu, dia bertanya dengan nada sinis di Twitter : “Tim Xi Jinping seperti novel Christie “No Survival”. Pertama, Menteri Luar Negeri Qin Gang menghilang, lalu komandan Pasukan Roket menghilang, dan sekarang Menteri Pertahanan Li Shangfu sudah dua minggu tidak muncul. Siapa yang akan memenangkan kontes pengangguran ini? Pemuda Tiongkok atau kabinet Xi Jinping?”

Media asing melaporkan bahwa Emanuel sedang meningkatkan kritik langsungnya terhadap Xi Jinping, menggambarkan pemimpin Tiongkok ini sebagai manajer ekonomi yang tidak becus, seorang pecundang dalam kebijakan luar negeri dan calon Machiavellian yang kikuk, pemerintahan di bawah kepemimpinannya bahkan lebih berantakan.

Dalam sebuah wawancara Jumat lalu, Emmanuel juga mempertanyakan Xi Jinping : “Mengapa Tiongkok (PKT) tidak transparan kepada siapa pun?” “Penipuan dan kebohongan adalah karakteristik yang ada dalam semua tindakan Negara PKT. Sebagai pemimpin dunia, hal ini tidak dapat diterima.”

Beberapa dekade terakhir, baik karena ilusi terhadap PKT atau karena takut terhadap PKT, hampir tidak ada seorang pun yang menyebut nama pemimpin PKT sebagai diktator di depan umum, terutama presiden Amerika Serikat. Meskipun bagi para politisi di negara-negara Barat, sebagian besar orang mengetahui bahwa PKT adalah rezim otokratis totaliter terbesar di dunia saat ini, dapat dikatakan bahwa merupakan konsensus yang tidak terucapkan bahwa semua pemimpin Partai Komunis Tiongkok setiap periode adalah diktator. 

Sekarang keadaan normal ini jelas telah berubah. Tidak hanya presiden AS yang secara terbuka menyebut Xi Jinping sebagai seorang diktator, menteri luar negeri Jerman juga mengikuti jejaknya, para diplomat AS juga secara terbuka mengejek Xi Jinping karena ketidakmampuannya, hal seperti ini dapat dikatakan belum pernah terjadi sebelumnya. Seperti yang diberitakan oleh media asing, “Dalam situasi diplomatik, sangat tidak lazim untuk menyerang pemimpin asing dengan menyebut nama (bahkan pemimpin negara saingannya), atau menggunakan sarkasme dan ejekan untuk menyoroti masalah dalam negeri negara lain.”

Apa Artinya hal yang Sangat Tidak Lazim Ini?

Ini tidak hanya berarti bahwa “martabat politik” pribadinya menghadapi tantangan Barat. Karena Xi Jinping dan PKT mempunyai ikatan yang erat dan keduanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu yang ditantang bukan hanya apa yang disebut sebagai “martabat politik” pribadi Xi Jinping, juga bukan hanya reputasi pribadinya, terlebih adalah Partai Komunis Tiongkok, partai otokratis totaliter terbesar di dunia, adalah reputasi partai otokratis totaliter ini. 

Dari sini kita dapat melihat bahwa PKT menjadi semakin tidak populer di masyarakat internasional, dan dari sini kita juga dapat melihat bahwa semakin banyak politisi Barat yang tidak lagi takut menyinggung PKT. Ketika PKT menjadi semakin tidak populer di masyarakat internasional, dan ketika semakin banyak politisi asing yang berani mengkritik secara terbuka pemimpin i PKT, apakah PKT masih bisa hidup dengan mudah di masyarakat internasional? Apakah dia masih jauh dari kepunahan? (lin)